Badan terasa sangat panas, kepala begitu pusing. Malam itu aku merasa demam yang aku alami semakin parah, tubuh juga lemas tidak mampu digerakan.
Begitu lelah tetapi tidak bisa beristirahat.
Darah keluar dari mulutku saat batuk. “Apa... aku akan mati?.” aku sangat putus asa.
Rasa sakit yang aku derita tidak dapat ditahan lagi. Mungkin mati akan jauh lebih baik untukku daripada terus seperti ini.
Namun mendengar Roxy terlihat begitu sedih saat aku mengatakan itu. Walaupun aku sudah melukainya, tetapi anjing itu masih begitu perhatian padaku.
Roxy, Akita, goblin, kambing, kucing, kuda dan empat ekor ayam. Mereka semua yang aku selamatkan sebelumnya dari kepompong, saat ini mereka mengitari ku dengan tatapan sedih.
Tersadar jika ada kain basah di dahi, seseorang pasti menaruhnya agar demamku turun. ‘Siapa yang menaruh kain basah ini di kepalaku?.’ aku menatap para bintang, ‘Tidak mungkin mereka, apa ini perbuatan goblin?.’
Aku tersenyum.
Mereka seperti anggota keluarga yang bersedia ketika melihat salah satu keluarga akan segera menjemput ajalnya.
“Meninggal di tengah kawanan binatang...” aku mulai tertawa kecil, tapi itu justru membuatku batuk keras, “...yah aku tidak bisa membayangkan sesuatu yang lebih baik dari ini.”
Aku merasa bisa mati dengan tenang sekarang.
Tetapi rasanya ada yang kurang, “Benar, kemana pria tua itu?.” pria tua yang aku selamatkan sebelumnya, tidak terlihat di manapun.
“Apa dia sudah pergi?.”
Ketika aku berpikir demikian, perlahan aku mendengar suara ketukan palu.
Saat mencari darimana asal suara, aku mendapati pria tua bertubuh kecil sedang mengetuk besi yang dia panaskan menggunakan api unggun.
“Bist du wach?,” pria tua itu kembali berbicara dengan bahasa yang tidak aku pahami, “Warte einen Moment, lass mich die Vorbereitungen beenden.” aku sama sekali tidak mengerti apa yang dia bicarakan.
Pria tua itu berteriak ke arah goblin, yang kemudian goblin itu mengganti kain basah di keningku dengan yang lebih dingin.
Kain dingin Itu membuatku merasa lebih baik.
“Terim.... terimakasih.” aku menggunakan segenap kekuatan yang tersisa untuk mengatakan itu.
Tetapi goblin seakan tidak peduli. Dia sepertinya melakukan semua ini hanya karena takut pada pria tua.
Setelah beberapa saat, pria tua itu datang dengan berbagai jenis pisau dan gunting yang dibuat menggunakan beragam peralatan seperti sendok, garpu dan obeng.
‘Apa yang ingin dia lakukan?.
Melihat semua pisau yang dia bawa membuatku merasa takut.
Pria tua lalu mulai membersihkan lenganku yang terpotong, setelahnya dia mulai membalut luka menggunakan kain yang terbuat dari kepompong Assassin Spider.
‘Kenapa dia tidak menggunakan perban saja?.’
Sebelumnya aku hanya mengikat luka lengan menggunakan kain. Aku berterima kasih karena pria tua itu telah merawat lukaku sehingga darah tidak lagi keluar.
Berikutnya pria tua kembali berbicara dengan bahasa yang tidak aku mengerti, “Halte seinen Kopf.”
Goblin segera bergerak di belakangku setelah mendengar perkataan pria tua. Manusia berkulit hijau itu memegang kepalaku dengan erat, aku tidak tahu apa yang sedang mereka rencanakan.
Pria tua kemudian memasang alat penjepit pada rongga mata kiri yang membuatku tidak bisa menutup mata.
‘Apa dia tahu?’.
Seperti yang aku duga, pria tua mulai melakukan orasi pada mata kiri ku. Pecahan bola mata dia copot begitu cepat. Awalnya aku tidak merasakan apa pun, serta biasa saja saat melihat bola mata ku yang menghitam dengan luka goresan.
Tapi beberapa saat berikutnya rasa sakit yang teramat pedih menyerang, pria tua yang seakan tahu itu akan terjadi mulai mengambil pisau dan gunting lalu melakukan sesuatu pada rongga mataku.
Aku tidak akan percaya jika tidak melihatnya sendiri, pria tua itu mengangkat beberapa larva dari ronggeng mataku. Tidak tahan melihat itu aku hampir pingsan, tapi rasa sakit yang terus aku rasakan membuatku tetap terjaga.
“Du bist ziemlich gut darin, überhaupt nicht zu schreien.” Kata pria tua sambil terus mengambil larva dari rongga mataku.
Semakin banyak larva yang dia ambil, rasa sakit kepala mulai berkurang, hingga akhirnya aku bisa beristirahat dengan damai.
***
Pagi harinya aku terbangun. Kepalaku masih terasa sakit, tetapi jauh lebih baik sekarang. Beberapa hewan terlihat terkejut saat aku bangkit. Mereka segera berhamburan, terkecuali untuk dua anjing yang tidur di pangkuanku.
Roxy menyalak padaku, itu membuatku Sedih. Aku segera memeluknya dan meminta maaf setelah apa yang aku lakukan kemarin. Suasana haru berlangsung agak lama, hingga akhirnya Akita ikut terbangun lalu segera minta dibelain.
Anjing dari Jepang itu terus menatapku seperti akan menangis jika aku tidak melakukannya. “Ini dia untukmu.” aku mengusap bawah dagu anjing besar itu. Dia terlihat menikmatinya.
“Du bist wach!,” suara pria tua terdengar menghampiri, dia datang sambil membawa daging kelinci bakar yang sepertinya menjadi menu sarapannya.
Aku masih tidak mengerti apa yang dia katakan, dia terus berbicara beberapa hal yang aku tidak pahami. Karena lapar aku pun mengambil beberapa mie instan untuk di masak, lalu minum softdrink untuk ku minum.
Setelah bangun aku merasa tubuhku semakin sehat, rasa pusing yang aku rasakan menghilang begitu aku menghirup udara. Rasanya seperti saat aku bangun tidur ketika baru saja pulang dari Dungeon.
“Seolah aku baru saja dihidupkan kembali.”
Nikmatnya mie instan membuatku kembali pulih. Pria tua hanya menatapku yang menikmati sarapan, dia sepertinya tidak lagi tertarik dengan daging kelinci bakarnya.
Aku pun menawarkan padanya mie instan. Pria tua itu terlihat menikmati mie instan yang aku buatkan untuknya.
[Membuka job (Thief)]
Seketika aku menyemburkan kuah mie setelah mendengar pengumuman yang baru aku dengar. Melihat itu pria tua dan para bintang menatapku dengan heran.
“Entah bagaimana aku tiba-tiba membuka job pencuri.”
Tidak mengerti kenapa bisa seperti ini, apa itu karena aku mencuri makanan dari pemilik Minimart?. Aku mulai panik karena takut ada seseorang yang melihatku melakukan penjarahan toko.
‘Apa ada cctv atau semacamnya?.’
Saat aku memeriksanya beruntung kamera pengawas tidak berfungsi.
“Huff, syukurlah aku bisa menjarah semuanya tanpa khawatir.” Roxy dan Akita menatapku dengan curiga. Tatapan itu membuatku sangat grogi. Mereka Seolah ingin mengatakan. “Swiper jangan mencuri, Swiper jangan mencuri.”
Tapi mereka segera diam saat aku menyogok kedua anjing dengan whyskiss, makanan binatang peliharaan yang sering aku lihat di televisi.
“7 rasa yang berbeda. Bagaimana rasanya memakan sesuatu dengan 7 rasa yang berbeda.”
Sepertinya bukan hanya para anjing yang suka dengan makanan itu, karena para bintang lainnya pun mulai berkumpul. Bahkan goblin pun ikut mengantri saat aku mulai membagikan makanan pada para hewan.
Itu membuatku penasaran dengan rasa dari makanan Whyskiss, “Mungkin aku bisa mencobanya.” Aku memakan yang bentuknya seperti potongan berukuran kecil, lalu saat aku mulai mengunyah, ledakan terjadi di dalam mulutku.
“HUEEEK!” Aku muntah, rasanya sangat menjijikkan, jauh lebih buruk dari daging panggang yang aku masak.
“Itu rasa teraneh yang pernah masuk ke mulutku.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
setianto67
Pantas lah kalau bahasa Jerman seperti pernah dengar saat lagi nonton Liga Jerman
2023-06-20
0