Petir menyambar dengan begitu keras tepat di atas kepalaku. Menghantam monster laba-laba dan menyebabkannya menjerit kesakitan.
Sekilas aku melihat wajah dua orang wanita dengan perbedaan yang begitu besar diantara keduanya.
Satunya merupakan wanita tua yang begitu mengerikan, seperti pemeran nenek Sihir dalam film jadul, wajahnya berwarna hijau dengan rambut seperti gulungan jaring laba-laba.
Sementara yang lainnya begi cantik bagaikan sebuah Dewi, rambut hitam panjang tergerai bagikan malam yang begitu menerbangkan, penampilannya bagaikan putri keraton jaman dahulu.
“Sial apa yang aku pikirkan disaat seperti ini!.”
Aku kembali tersadar dari lamunanku saat laba-laba berhenti berteriak. Monster itu terdiam seakan telah terbunuh, tapi aku masih merasakan perasaan bahaya masih belum menghilang yang menandakan jika laba-laba masih hidup.
Dengan cepat aku menggunakan kesempatan ini untuk bangkit. ‘Tidak mungkin bukan dua sosok yang sering diceritakan dalam kisah tabah air tiba-tiba muncul di depanku disaat seperti ini.’ aku mengaggap apa yang baru aku lihat hanyalah halusinasi karena kehilangan banyak darah
Laba-laba masih tidak bergerak saat aku berhasil menjauh. Di bagian punggung laba-laba itu masih terlihat bara api, sementara dua kaki sebelah kirinya patah.
Mengambil kesempatan untuk menyerang, aku segera mengambil senjata yang paling sulit aku gunakan untuk melawan laba-laba.
“Seharusnya ini akan berhasil.”
Menggunakan lengan sabit, aku menyerang kepala laba-laba. Ujung sabit itu langsung menembus tengkorak hingga dagu, tapi laba-laba masih bisa hidup walaupun kepalanya mendapatkan luka fatal.
“Sial, apa sebenarnya dia monster kecoa?.”
Akibat mendapatkan serangan kini laba-laba kembali bisa bergerak. Aku sangat waspada, walaupun hanya dengan satu lengan, tapi aku yakin bisa mengalahkan monster yang telah terluka parah.
Akan tetapi seperti yang sebelumnya aku ketahui bahwa monster laba-laba begitu pintar. Dibandingkan melakukan serangan balasan, monster laba-laba justru mundur.
“Hah?.” aku sangat heran, tidak mengerti apa yang akan dia lakukan.
Monster laba-laba berjalan menggunakan benang menuju ruang listrik di mana dia mengumpulkan cadangan makanan termasuk diantaranya Roxy.
“Chotto matte!, cadangan makanan? Jangan bilang kalau...” Apa yang melintas di kepalaku membuatku sangat panik.
Dalam dunia game, fitur makanan hanya memiliki satu fungsi yakni memulihkan kesehatan.
Jadi bagaimana jika seandainya kesehatan laba-laba dipulihkan ketika memakan cadangan makanannya di dalam kepompong?.
“Itu sangat curang sialan!.”
Dengan putus asa aku melempar pisau dapur kearah laba-laba yang tengah memanjat tiang listrik menuju puncak dimana ia menggantung makannya.
Pisau yang terlempar dengan penuh amarah itu mengenai salah satu mata laba-laba. Sebuah tembakan yang sempurna, aku seharusnya merasa senang karena bisa mengenai target yang begitu kecil dari jarak jauh.
Tetapi tidak, aku tidak senang karena serangan itu tidak menghentikan laba-laba untuk naik ke puncak.
“Seandainya aku bisa membidik jaring itu....”
[Skill Beginner Dagger Art level up]
“Eh?.” aku terkejut tiba-tiba pengumuman memberitahuku jika telah menaikkan level skill teknik belati.
[Berhasil membuka (Throwing Daggers) dari Skill (Beginner Dagger Art V)]
___________________________________________
Throwing Daggers: Mengonsumsi 20 energi sihir. Menaikan fokus 15%, Kecepatan 30%, Kemahiran 15%. Jika lemparan pisau atau belati berhasil mengenai titik vital target maka akan menimbulkan efek (Stunned) selama 2 detik. Waktu pendingin 2 menit.
___________________________________________
Melihat rincian skill yang baru terbuka, membuatku memiliki kesempatan untuk menjatuhkan laba-laba dari atas tiang listrik.
Belati kelinci aku ambil dari item box.
Tatapanku tertuju pada laba-laba, karena beberapa kakinya parah akibat sambaran petir, membuat gerakan laba-laba menjadi lebih pelan.
“Aku hanya memiliki satu kesempatan.”
Satu lemparan berisi seluruh harapan yang aku miliki.
Jleb! Belati dilapis Aura tepat mengenai bagian belakang leher laba-laba.
[Berhasil melakukan serangan kejutan skill (Backstabe) aktif]
[Berhasil mengenai titik vital, target mengalami abnormal status (Stunned)]
Tanpa suara monster itu terjatuh dari ketinggian menghantam permukaan tanah, mengakibatkan suara gemuruh dan guncangan.
Mata dan mulutku terbuka melebar melihat kejatuhan laba-laba raksasa. Akan tetapi aku segera tersadar jika abnormal status (Stunned) hanya berlangsung selama dua detik.
Dengan seluruh kekuatan yang masih tersisa, aku berlari menuju tempat laba-laba terjatuh. Monster itu sungguh bukan sekedar lelucon, walaupun telah terluka parah tapi dia masih berjuang keras tidak menyerah untuk menaiki puncak.
“Sangat gigih. Tapi maaf aku harus membunuhmu!.”
Mengambil lengan sabit, aku melompat begitu tinggi lalu mengayunkan senjata belalang sembah pada laba-laba yang tidak bergerak.
Sabit kedua menancap di kepala laba-laba, membuatnya pecah dengan otak yang berceceran.
Kali ini aku memastikannya tewas.
[Berhasil mengalahkan Bos Field, Spider Assassin]
[Mendapat +1000 Exp]
[Mendapat Kotak harta Perunggu]
[Mendapat 1 poin Statistik]
[Mendapat Gelar (Giant Killer)]
[Mendapat Gelar (Field Liberator)]
[Job Explorer level up]
[Job Hero level up]
[Job Conquest level up]
..............
.........
....
“Arrrrg!”
Rasa sakit yang tidak tertahankan kembali menyerangku, membuatku hampir jatuh pingsan. Namun aku mencoba untuk tetap bertahan.
“Tunggu aku teman!.”
Tanpa memikirkan kondisiku sendiri yang kehilangan satu lengan, aku mulai memanjat tiang listrik sutet.
Aku tidak mengerti, saat bertarung di dalam Dungeon aku mendapatkan pemulihan instan ketika naik level, tetapi semakin lama pemilih itu semakin berkurang.
Awalnya aku berpikir karena perbedaan di dalam Dungeon dan di luar Dungeon yang membuat pemulihan lebih lemah.
Tapi semakin lama aku sadar jika bukan karena Dungeon yang mempengaruhi menurunnya efektivitas pemulihan naik level.
“Dugaanku, gigitan tikus besar....” kaki ku terpeleset tapi beruntung masih bisa bertahan.
Dengan susah payah aku kembali menaiki menara. “.... Aku menduga gigitan tikus besar yang mengakibatkan efek pemulihan menurun. Mungkin ini semacam abnormal status yang tidak aku ketahui.”
Sesampainya di puncak menara Eiffel dengan kearifan lokal, aku segera membawa kepompong berisi Roxy. Aku bisa langsung mengetahui kepompong yang aku ambil adalah Roxy karena ingatanku tidak akan melupakan temanku.
Setelah turun aku mencoba melihat keadaan Roxy, kepompong yang berdenyut membuatku yakin dia masih hidup.
Kemudian saat aku berusaha membuka kepompong, itu bukan Roxy.
“Sial!.” aku menjerit keras saat yang aku bawa bukanlah seekor anjing melainkan makhluk humanoid berkulit hijau.
Tatapan kami bertemu, monster yang aku yakin merupakan ras fantasi lainnya bernama Goblin menatapku tidak peduli, lalu kembali tidur.
“.......”
Aku terdiam sejenak melihat reaksi goblin yang seakan tidak peduli akan apapun kecuali tidur. Hingga aku teringat akan masalah Roxy.
“Oh ayolah, aku benar-benar harus naik lagi ke atas.”
Karena mengambil kepompong yang salah aku pun terpaksa kembali menaiki menara Eiffel (sutet).
Sesampainya di atas menara, aku justru kebingungan dimana kepompong yang menyimpan Roxy. Di puncak masih tergantung 20 lebih kepompong.
“Yang pasti bukan ini, kan?.”
Aku menunjuk bola putih berukuran hampir dua meter, kepompong terbesar yang tergantung di atas menara.
Tidak mungkin sebuah kepompong yang hanya berisi seekor anjing bisa mencapai ukuran sebesar itu.
“Aku penasaran dengan isi kepompong itu... Ah tidak, Roxy harus di dahulukan.”
Aku hampir lupa dengan tujuanku mendaki menara. Satu kepompong lainnya aku turunkan, saat dibuka terlihat wajah kakek tua berjenggot dan kumis tebal.
Entah siapa pria tua cebol ini, yang jelas itu bukan Roxy.
Sepertinya perlu waktu hingga aku menemukan sahabat karibku.
[Note: Roxy crying in the cocoon T-T]
[Author: Roxy menangis di dalam Kepompong]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments