Kami berhasil pulang sebelum malam, para zombie sudah bangun dan monster berjenis hantu pun keluar. Aku memastikan tidak ada monster mengikuti.
“Sepertinya aman.”, akhirnya kami pulang dengan selamat.
Sesampainya di rumah, aku dan Roxy segera mandi untuk membersihkan keringat dan sisa darah Monster.
Setelahnya aku hanya terbengong di dalam kamar tidak tahu harus melakukan apa, sementara Roxy sudah mulai tidur di bawah kasur. Suara dengkuran kecil anjing itu dapat aku dengar dengan jelas.
“Dia pasti lelah.”
Roxy telah banyak membantu hari ini. Dia menyelamatkan aku dari serangan tikus besar yang hampir saja memakan mata terakhir milikku. Dan juga jika tidak ada Roxy, rencana yang aku susun untuk mengalahkan Belalang sembah tidak mungkin bisa berhasil.
Bukan hanya menjadi sahabat yang membuatku tidak lagi merasa kesepian. Roxy juga sudah menjadi partnerku saat berburu.
‘Bisakah aku mempercayainya untuk menjaga punggungku?.’
Pikiranku terus mengambang memikirkan banyak hal hingga membuatku tidak kunjung tidur.
Akhirnya aku bangkit dari tempat tidur dengan perlahan karena takut membangunkan Roxy. Aku menuju ke meja yang berada di kamar, lalu mulai menulis apa yang aku alami beberapa hari terakhir.
‘Menulis buku harian sebelum tidur, aku pikir sudah setua apa aku ini?.’ dalam hati aku menertawakan diri sendiri karena melakukan sesuatu yang mungkin hanya dilakukan oleh orang-orang jaman dahulu.
Setelah tiga puluh menit menulis aku merasakan fokus mulai berkurang. Ternyata cara ini berhasil membuatku merasa mengantuk. Dengan cepat aku segera kembali ke tempat tidur, mengakhiri hari ini.
Ketika tengah malam rasa sakit pada mata kiri kembali menghantui. Aku merasakan seakan ada sesuatu yang bergerak dan menggigit pecahan bola mataku dari dalam.
Itu terasa sangat menyakitkan hingga membuatku kesulitan untuk tidur dan merasakan panas di sekujur tubuh, aku demam.
Tapi seperti hari kemarin, sesuatu yang terasa basah mengusap rongga mata kiri, membuatku merasa lebih baik hingga bisa kembali tidur dengan tenang.
***
Ketika bangun di pagi hari aku merasakan lengket di rongga mata kiri, aku penasaran apa yang membuatnya seperti itu.
Tapi rasa penasaranku terganggu ketika tiba-tiba merasakan sakit perut yang tidak tertahankan.
Alam tiba-tiba memanggilku, dengan cepat aku pergi ke toilet sebelum bencana merusak pagi hari yang tenang.
“Kemana perginya Roxy?.”
Ketika menuju toilet aku tersadar jika Roxy sudah tidak ada di kamarku, pintu pun sudah terbuka walaupun sebelumnya aku yakin sudah menguncinya, lalu kunci kamar aku letakkan di atas meja.
“Apa dia tahu bagaimana membuka pintu dengan kunci?.” aku semakin kagum atau lebih tepatnya merinding ngeri dengan kecerdasan anjing itu.
Sesampainya di kamar mandi, aku melihat pintu toilet tertutup seakan ada seseorang yang sedang menggunakannya.
Tetapi merasa tidak ada orang lain di rumah ini selain diriku, aku pun membukanya tanpa permisi. Namun yang aku lihat sungguh mengejutkan, seekor anjing Doberman hitam sedang menggunakan toilet rumahku sambil membaca sebuah buku yang aku tulis tadi malam.
“...........”
Tubuhku mematung tidak mampu bersaksi setelah melihat apa yang ada di dalam toilet.
Roxy dengan heran menatapku yang mematung di depannya. Hingga suara sesuatu yang jatuh ke dalam air menyadarkan aku.
“Jangan membaca diary seseorang sembarangan.” dengan marah aku merebut buku milikku dari Roxy.
“Apa kau tahu jika membaca buku diary seseorang tanpa ijin kau tidak akan diijinkan naik taksi?.”
Roxy hanya memiringkan kepalanya seakan tidak mengerti apa yang sedang aku bicarakan.
Pagi yang aneh, karena terlalu terkejut melihat seekor anjing duduk di toilet sambil membaca buku, membuatku lupa dengan perutku yang mulas.
Selesai menghadapi panggilan alam, aku melanjutkannya dengan mandi, seperti biasa Roxy tidak ikut saat mandi pagi karena air terlalu dingin.
Saat mandi aku mulai mencium bau busuk, itu pasti berasal dari para mayat yang tergeletak di sekitar rumah.
“Aku harus secepatnya pergi ke minimarket.”
Kemarin aku dan Roxy gagal pergi ke minimarket. Jarak yang hanya sejauh dua ratus meter begitu sulit di tempuh karena banyak monster menghadang perjalanan kami.
Hanya setengah perjalanan kami lalui, hingga akhirnya malam tiba yang memaksa kami untuk kembali pulang.
“Aaah...”
Rasa sakit di rongga mata kiri kembali kambuh. Roxy yang melihat aku kesakitan segera menggonggong seakan menghawatirkan keadaanku.
“Aku tidak apa-apa Roxy. Mungkin di minimarket ada obat yang bisa aku minum untuk merdeka rasa sakit.” ucapku sambil mengusap kepala Roxy agar dia tidak begitu khawatir terhadapku.
Sebelum melanjutkan percobaan menunju Minimarket, aku lebih dahulu mempersiapkan perlengkapan.
Pertarungan kemarin sangat berat hingga aku kehilangan pisau dapur andalanku ketika melawan Kelabang cangkang besi.
Walaupun aku bisa menggunakan belati kelinci, tapi senjata itu terlalu rapuh, hanya dengan dua kali pemakaian membuat belati yang berasal dari telinga kelinci itu patah.
Akan sangat berbahaya jika ditengah pertarungan tiba-tiba senjata yang aku gunakan rusak.
“Bagaimana jika monster yang aku lawan mengambil kesempatan itu untuk menyerang?.” aku sulit membayangkan kemungkinan yang bisa saja terjadi.
Karena itu aku lebih suka jika menggunakan senjata besi seperti pisau dapur yang lebih tahan lama dibandingkan belati kelinci.
Aku masih memiliki cadangan pisau di dapur, totalnya ada empat, mungkin aku harus mengambil semuanya untuk cadangan.
Di belakang rumah aku melakukan uji coba kecil, untuk menentukan mana yang lebih baik antara pisau dapur atau belati kelinci.
Untuk masalah ketahanan jelas pisau dapur lebih baik. Tapi untuk ketajaman dan kekuatan aku rasa belati kelinci lebih unggul.
Aku teringat bagaimana belati kelinci bisa membelah cangkang kelabang besi dengan mudah, sedangkan pisau dapur tidak bisa melakukannya.
Apa itu karena pengaruh [Aura]?
Aku rasa bukan.
Untuk menguji seberapa lama aku bisa menggunakan [Aura], aku terus mengaktifkan Skill itu terus menerus. Akhirnya aku mengetahui jika bisa menggunakan [Aura] selama 30 menit hingga aku kehilangan semua tenaga sihir.
“Aku ingin bereinkarnasi menjadi rumput yang diinjak-injak oleh manusia dan dikotori anjing liar.”
Ternyata efek dari kehilangan energi sihir dalam jumlah besar adalah gangguan mental. Aku merasa pesimis dan rendah diri, seakan kehidupanku begitu tidak berarti.
Kondisi seperti itu berlangsung selama lima menit, setelahnya aku kembali pada diriku sendiri, pemikiran pesimis yang sebelumnya aku rasakan menghilang begitu saja. Itu menandakan bahwa energi sihir telah dipulihkan.
Selama pengujian [Aura] aku mendapati fakta menarik seputar senjata mana yang lebih baik jika aku dalam mode memakai skill [Aura].
Ternyata hasilnya belati kelinci menjadi lebih kuat saat aku mengaktifkan skill [Aura]. Walaupun pisau dapur juga mendapatkan tambahan kekuatan tapi tidak sebesar belati kelinci.
Aku tidak tahu kenapa bisa seperti itu. Belati kelinci bersinar redup saat aku gunakan dengan [Aura], tapi pisau dapur tidak demikian.
“Apa ini karena belati kelinci adalah senjata dari tubuh monster?.” hanya alasan itu yang saat ini bisa aku pikirkan.
Hal berikutnya yang aku siapkan adalah perlengkapan keselamatan.
“Cukup nyaman bukan?.” ucapku saat mengenakan pelindung dada yang aku buat sendiri.
Aku hanya melubangi cangkang kelabang pada empat sisi sudut untuk mengikatnya dengan tali. Alat yang sangat sederhana tapi cukup kuat.
Walaupun cangkang kelabang sekeras besi, tetapi saat aku gunakan sebagai pelindung dada terasa begitu ringan sehingga tidak membebaniku.
“Mungkin aku juga perlu membuat pelindung untuk Roxy.”
Ingatanku saat melihat Roxy terluka akibat serangan belalang sembah membuatku semakin berhati-hati.
Saat itu Roxy terselamatkan karena naik level sehingga seluruh lukanya disembuhkan. Tapi mungkin selanjutnya dia tidak akan seberuntung itu. Karenanya memberikan Roxy perlindungan adalah sebuah keharusan.
Pada akhirnya hari ini aku tidak jadi melakukan perjalanan ke Minimarket, karena memilih untuk berlatih serta mempersiapkan perlengkapan.
Aku dan Roxy juga melakukan latihan kecil dengan memburu monster disekitar rumah agar kerja sama kita menjadi lebih baik lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Nino Ndut
asli kebanyakan mikir n pesimis bener nih mc
2023-02-13
0
anggita
trus 💪berkarya thor. smoga novelnya sukses dan lancar.
2022-12-03
3