12. Sambaran

Belasan bola terbuat dari benang lengket dilempar oleh laba-laba. Dengan sigap aku menghindar semuanya, “Tck, turun kau pengecut!.” aku mengumpat pada monster yang saat ini aku lawan.

Cara bertarung laba-laba begitu berhati-hati, dia akan berdiri pada benang yang membentang tinggi, lalu menyerang menggunakan bola lengket.

Jika seperti ini terus aku mungkin akan kehabisan stamina, “Oh tidak....” salah satu kaki menginjak bola lengket membuatku terjebak.

Melihat aku tidak bisa bergerak, dengan cepat laba-laba melakukan serangan dengan gigi taringnya. Tetapi....

“Akhirnya kau turun juga!.”

Itu adalah sebuah jebakan dengan trik kecil. Saat laba-laba mendekat, aku dengan cepat mengaktifkan semua skill yang aku miliki.

“Mati!.”

Belati kelinci aku ayunkan ke arah kepala laba-laba. Namun monster itu begitu cerdas hingga mampu menahan serangan dariku menggunakan kakinya.

Belati kelinci patah begitu melukai salah satu kaki laba-laba, monster itu menjerit kesakitan, tetapi tidak membuang kesempatan untuk melakukan serangan balik.

Aku merasakan sesak nafas saat sebuah pukulan menghantam dadaku. Walaupun aku telah menggunakan pelindung dada dari cangkang kelabang besi, tetapi dampak dari serangan kaki laba-laba masih terasa begitu kuat.

Laba-laba menendang beberapa kali dengan enam kakinya, membuat tubuhku terpental dengan luka dalam parah. Aku menyemburkan batuk darah, seluruh tubuh terasa sakit, seluruh tulang rusuk telah patah.

'Sangat kuat, aku tidak bisa melawannya.' aku hanya terkapar tidak berdaya. Laba-laba mendekatiku yang sudah tidak bisa bergerak dan melawan.

Mulut monster itu terbuka lebar menunjukkan dua taring yang besar nan mengerikan. Dia tidak berniat menjadikan aku kepompong seperti yang dia lakukan pada Roxy. Laba-laba berniat langsung memakanku.

“Aaaa!.”

Aku berteriak keras, saat mulut besar laba-laba berniat mengunyah kepalaku. Bukan karena aku takut, melainkan rasa sakit menjengkelkan itu kembali membuatku tersiksa.

Rasa sakit yang selalu membuatku dalam masalah.

Aku selalu kehilangan fokus pada saat-saat krusial karena rasa sakit ini. Pertama saat melawan bekalang sembah, Roxy terluka karena melindungi ku.

Lalu sekarang hal yang sama kembali terjadi, tapi jauh lebih buruk. Nyawa Roxy terancam karena kesalahanku, rasa sakin yang teramat parah membuatku kehilangan kendali.

“Cepat bunuh aku sialan.”

Aura mengalir dengan sendirinya, memberikan aku kekuatan. Intimidasi meledak begitu kuat, aku tidak pernah merasakan yang seperti ini sebelumnya.

Tubuhku tiba-tiba bisa digerakan, dengan cepat aku mengambil pisau dapur dari dalam item Box untuk melakukan serangan balik.

Jika heran kenapa aku memilih pisau dapur daripada belati kelinci yang lebih kuat jika dialiri energi aura, maka jawabannya sangat sederhana.

Walaupun mampu menimbulkan kerusakan lebih besar, tetapi belati kelinci sangar rapuh sehingga hanya bisa digunakan satu atau dua kali pemakaian.

Sementara itu saat ini yang aku butuhkan adalah senjata tahan lama yang bisa aku gunakan untuk menyerang berkali-kali.

Serangan pertamaku menusuk dagu laba-laba, membuat monster itu seketika menutup kembali mulut mengerikannya dan menyingkir dari wajahku.

[Melakukan serangan kejutan, skill (Backstabe) aktif]

Aku terus melakukan serangan, hingga luka yang aku timbulkan membuat Laba-laba memuntahkan darah hijau langsung mengalir ke wajahku, sangat menjijikkan.

Terasa perih saat cairan itu mengenai mata, sehingga aku tidak bisa melihat, aku berusaha melakukan serangan lainnya dengan mata tertutup.

Serangan itu berhasil beberapa kali melukai laba-laba, hingga monster itu memberikan serangan balasan. Sadar akan apa yang akan terjadi aku pun berusaha mempertahankan diri.

Tetapi aku tidak memiliki cara bertahan apapun selain menggunakan lenganku.

Seandainya aku menyimpan setidaknya satu cangkang kelabang besi di dalam item box, mungkin aku bisa menggunakannya sebagai perisai.

Namun aku tidak berpikir begitu cerdas karena memenuhi item box dengan belati kelinci, sehingga kini aku hanya bisa menyesali tindakan itu.

Jeritan ku kembali pecah ketika tangan kiri tergigit oleh laba-laba. Kekuatan gigitan monster raksasa itu tidak perlu dipertanyakan lagi, lenganku langsung terputus.

Crunch Crunch Crunch!

Suara gigitan terdengar keras seakan seseorang tengah mengunyah tulang dan daging.

Kehilangan banyak darah dengan rasa sakit yang begitu menyiksa membuatku tidak lagi bisa bertahan.

Dengan nafas berat aku terdiam, hanya mampu menatap laba-laba menikmati lengan kiri ku yang dipatahkan.

“Hanya sampai sini.... Berharap Roxy memaafkan aku... Mungkin dia akan mengigit ku di alam baka.”

Tidak ada yang bisa aku perbuat untuk lepas dari krisis ini. Maka satu-satunya yang bisa aku lakukan hanyalah merelakan segalanya.

Menarik nafas dalam lalu menghembuskan secara perlahan, aku mencoba menenangkan pikiran ketika kematian ada di depan mata.

Mataku terpejam. Dalam ketenangan aku kembali mengingat saat masa kecil dimana sakit gigi hampir membuatku gila.

Aku tidak pernah menyangka jika rasa sakit yang menyiksaku akan lenyap hanya dengan satu kejadian tidak terduga.

‘Teman sekolahku tidak sengaja memukul belakang leherku membuat otakku seakan tersambar petir, itu membuatku kehilangan kesadaran. Saat terjatuh dagu ku membentur lantai dengan keras membuat gigiku yang berlubang terlepas.’

Aku merasa terselamatkan saat itu, mungkin jika sakit gigi bertahan lebih lama bisa membuatku bertindak lebih nekat.

Aku kembali membuka mata...

Namun saat aku menatap ke atas, bukan hanya mulut laba-laba yang aku lihat, tetapi aku juga merasa seolah beberapa pasang mata tengah menatapku.

Kemudian sebuah kilat menyinari penglihatanku.

***

[Sudut pandang orang ketiga(TP POV)]

Sore itu begitu gelap, angin bertiup kencang menandakan badai sebentar lagi tiba.

Namun tiba-tiba seluruh alam mengalami keanehan. Entah itu angin, manusia maupun waktu semuanya bergerak begitu lambat seakan terhenti oleh kekuatan misterius.

Dalam waktu yang perlahan membeku, dua sosok tidak diketahui menatap pertarungan Budi dengan Laba-laba raksasa yang saat ini terhenti.

“Itu merupakan Skakmat yang sangat jelas.” ucap seorang wanita dengan suara serak. Nada suaranya memberitahu jika pemilik suara sudah begitu uzur.

Sosok itu bungkuk dengan kulit wajah ketipu dan gigi menghitam, mengenakan gaun hitam dan sebuah tongkat bermotif tengkorak dia jadikan tumpuan untuk berdiri.

Wanita tua membicarakan keadaan Budi yang saat ini terlihat tidak mungkin memenangkan pertarungan melawan monster laba-laba.

“Berapa presentase kemenangan pemuda ini jika saja luka di mata kirinya tidak pernah ada?.” Tanya sosok lainnya.

Suara dari sosok itu begitu jernih seperti aliran air. Sangat menenangkan ketika mendengarnya.

Berbeda dengan wanita tua, sosok itu lebih muda dan begitu cantik rupawan, mengenakan kebaya hijau dengan mahkota emas di kepalanya.

Wanita tua menatap Budi yang tidak bergerak, dia mengusap dagunya sendiri seakan sedang berpikir.

“80%.”

Perkataan singkat wanita tua memberikan penilaiannya membuat sosok lainnya terkejut.

“Bukankah itu mengagumkan?, Setiap job yang pemuda itu miliki bahkan belum menembus level 10. Tapi dia sudah mampu melawan Laba-laba Assassin level 30.”

Suara jernih begitu terdengar sangat mengagumi Budi. Mendengar pemikiran wanita muda, membuat wanita tua tidak senang.

“Hemp, apa gunanya, dia pada akhirnya juga akan mati.” wanita tua mendengus kesal, “Sangat disayangkan dua gelar terkuat lenyap dari dunia ini begitu saja dengan sia-sia.” suara serak itu terdengar penuh amarah.

“Dilihat dari mana pun dia hanya bajingan yang beruntung, dia pasti telah menghabiskan keberuntungan seumur hidupnya untuk menjadi yang perta melenyapkan Dungeon. Sebab itulah sekarang dia mati dengan menyedihkan, karena tidak ada lagi keberuntungan yang tersisa.”

Wanita tua terus mengoceh, sementara wanita muda hanya menatap wajah Budi dengan penuh penyesalan.

“Anda benar Nyonya Lampir, sungguh disayangkan.”

Wanita muda memejamkan matanya lalu berbalik hendak meninggalkan tempat itu diikuti oleh wanita tua dibelakangnya.

Akan tetapi tiba-tiba langit bersinar terang, sebuah cahaya menjalar dari langit menuju permukaan.

Bagaikan akar tanaman, cahaya itu membentuk sebuah serat, meliuk-liuk seperti tidak terkendali namun terarah ke satu titik.

Sebuah petir turun ke bumi, menyambar tepat di belakang kedua wanita itu.

Membuat keduanya begitu terkejut.

Seperti air danau yang dilempari dengan batu besar, ketenangan bagaikan air yang ditunjukkan wanita muda mulai menghilang,

“Deus Ex Machina.” gumamnya dengan suara lembut.

Raut wajahnya bagaikan laut yang mulai tergulung ombak.

****

[Note: Emang ada wajah seperti itu?]

[Author: Namanya juga Foreshadowing]

Terpopuler

Comments

Cika Ciki

Cika Ciki

Semangat kak

2023-01-29

0

lihat semua
Episodes
1 1. Prolog
2 2. Pulang
3 3. Statistik
4 4. Seekor Anjing
5 5. Skill Memasak yang Aku Miliki
6 6. Cangkang Besi
7 7. Belalang Sembah
8 8. Hari persiapan
9 9. Percobaan Kedua
10 10. Rintangan terakhir?
11 11. Ceroboh
12 12. Sambaran
13 13. Hanya Satu Kesempatan
14 14. Kepompong Gacha
15 15. Pengobatan
16 16. End Arc 1 (Keseharian yang berubah)
17 17. Keanehan Pagi ini
18 18. Serangan pagi
19 19. Hadiah dari Dwarf
20 20. Rencana hari ini
21 21. Benda Antik
22 22. Senjata dari Dwarf
23 23. Pertarungan saat Pagi Buta
24 24. Singkong dan Kopi
25 25. Ladang dan Sinyal Radio
26 26. Panel Surya
27 27. Perburuan Malam
28 28. Pertarungan di Jalan
29 29. Pemantauan
30 30. Gelombang Panas
31 31. Now this is...
32 32. Bala bantuan
33 33. Evolusi kedua
34 34. TV dan Internet
35 35. Pengungsian
36 36. Arc 2 End (Sebuah Keluarga)
37 37. Pergi ke Kota Sawi
38 38. Mengantri
39 39. Dipenjara
40 40. Dikejar Monster Kuat
41 41. Pengunjung Penjara
42 42. Ditarik-tarik
43 43. Konspirasi
44 44. Sebuah Pesta
45 45. Ibu Raya?
46 46. Serangan Geng Belati Merah
47 47. Lebih dari Raya
48 48. Minum Bersama
49 49. Segila Apa?
50 50. Sarapan pagi
51 51. Jin Peliharaan?
52 52. Memasak Bersama
53 53. Kembali Minum
54 54. Menatap Shower
55 55. Pembukaan Toko Asongan
56 56. Pelanggan Aneh
57 57. Pawai Pembersihan
58 58. Rencana Yang Gagal
59 59. Penangkapan
60 60. Liliana Allways
61 61. Sukarelawan untuk menjadi Umpan
62 62. Menjadi Sejarah
63 63. Pengintaian
64 64. Seekor Rusa
65 65. Arc 3 End (Kota Sawi)
66 66. Pagi Baru
67 67. Perdebatan
68 68. Rencana untuk Budi
69 69. Di saat Pesta
70 70. Pelayanan Pelayan
71 71. Dengan Liliana
72 72. Kota Jati
73 73. Pengejaran
74 74. Pencegatan
75 75. Hukuman
76 76. Mansion Gofar
77 77. Pergerakan The Daki
78 78. Sergapan
79 79. Kadal
80 80. Tuntutan
81 81. Pesta Lagi?.
82 82. Toko Kembali Dibuka
83 83. Siti dan Goliath
84 84. Gangguan
85 85. Persyaratan
86 86. Terlalu Kasar
87 87. Moral yang Aku Miliki
88 88. Dia bukan Mereka
89 89. Pabrik
90 90. Dipindahkan tiba-tiba
91 91. Permainan
92 92. Perburuan 1
93 93. Perburuan 2
94 94. Banaspati
95 95. Fungsi Gelar
96 96. Siti Tahu
97 97. Ancaman Budi
98 98. Kembali bekerja
99 99. Hampir Selesai
100 100. Kekuatan Kontrak Sihir
101 101. Berikan di padaku
102 102. Sperti Seorang Raja
103 103. Menjadi guru Alkemis
104 104. Keanehan pada Sebuah Batu
105 105. Api Kekacauan
106 106. Game Simulasi
107 107. Jalur Energi
108 108. Bercak merah
109 109. Hari Bersejarah Kami
110 110. Persyaratan Maksimal
111 111. Bisnis Hunian
112 112. Proyek Tembok Kota
113 113. Mark Up
114 114. Malam Bersama Para Karyawan
115 115. Aku Siapa?
116 116. Seperti Kucing Liar
117 117. Bukan Siapa-siapa
118 118. Berpapasan
119 119. Rencana Brilian
120 120. Memasuki Kota Jati
121 121 : Penyelamatan
122 pengumuman
Episodes

Updated 122 Episodes

1
1. Prolog
2
2. Pulang
3
3. Statistik
4
4. Seekor Anjing
5
5. Skill Memasak yang Aku Miliki
6
6. Cangkang Besi
7
7. Belalang Sembah
8
8. Hari persiapan
9
9. Percobaan Kedua
10
10. Rintangan terakhir?
11
11. Ceroboh
12
12. Sambaran
13
13. Hanya Satu Kesempatan
14
14. Kepompong Gacha
15
15. Pengobatan
16
16. End Arc 1 (Keseharian yang berubah)
17
17. Keanehan Pagi ini
18
18. Serangan pagi
19
19. Hadiah dari Dwarf
20
20. Rencana hari ini
21
21. Benda Antik
22
22. Senjata dari Dwarf
23
23. Pertarungan saat Pagi Buta
24
24. Singkong dan Kopi
25
25. Ladang dan Sinyal Radio
26
26. Panel Surya
27
27. Perburuan Malam
28
28. Pertarungan di Jalan
29
29. Pemantauan
30
30. Gelombang Panas
31
31. Now this is...
32
32. Bala bantuan
33
33. Evolusi kedua
34
34. TV dan Internet
35
35. Pengungsian
36
36. Arc 2 End (Sebuah Keluarga)
37
37. Pergi ke Kota Sawi
38
38. Mengantri
39
39. Dipenjara
40
40. Dikejar Monster Kuat
41
41. Pengunjung Penjara
42
42. Ditarik-tarik
43
43. Konspirasi
44
44. Sebuah Pesta
45
45. Ibu Raya?
46
46. Serangan Geng Belati Merah
47
47. Lebih dari Raya
48
48. Minum Bersama
49
49. Segila Apa?
50
50. Sarapan pagi
51
51. Jin Peliharaan?
52
52. Memasak Bersama
53
53. Kembali Minum
54
54. Menatap Shower
55
55. Pembukaan Toko Asongan
56
56. Pelanggan Aneh
57
57. Pawai Pembersihan
58
58. Rencana Yang Gagal
59
59. Penangkapan
60
60. Liliana Allways
61
61. Sukarelawan untuk menjadi Umpan
62
62. Menjadi Sejarah
63
63. Pengintaian
64
64. Seekor Rusa
65
65. Arc 3 End (Kota Sawi)
66
66. Pagi Baru
67
67. Perdebatan
68
68. Rencana untuk Budi
69
69. Di saat Pesta
70
70. Pelayanan Pelayan
71
71. Dengan Liliana
72
72. Kota Jati
73
73. Pengejaran
74
74. Pencegatan
75
75. Hukuman
76
76. Mansion Gofar
77
77. Pergerakan The Daki
78
78. Sergapan
79
79. Kadal
80
80. Tuntutan
81
81. Pesta Lagi?.
82
82. Toko Kembali Dibuka
83
83. Siti dan Goliath
84
84. Gangguan
85
85. Persyaratan
86
86. Terlalu Kasar
87
87. Moral yang Aku Miliki
88
88. Dia bukan Mereka
89
89. Pabrik
90
90. Dipindahkan tiba-tiba
91
91. Permainan
92
92. Perburuan 1
93
93. Perburuan 2
94
94. Banaspati
95
95. Fungsi Gelar
96
96. Siti Tahu
97
97. Ancaman Budi
98
98. Kembali bekerja
99
99. Hampir Selesai
100
100. Kekuatan Kontrak Sihir
101
101. Berikan di padaku
102
102. Sperti Seorang Raja
103
103. Menjadi guru Alkemis
104
104. Keanehan pada Sebuah Batu
105
105. Api Kekacauan
106
106. Game Simulasi
107
107. Jalur Energi
108
108. Bercak merah
109
109. Hari Bersejarah Kami
110
110. Persyaratan Maksimal
111
111. Bisnis Hunian
112
112. Proyek Tembok Kota
113
113. Mark Up
114
114. Malam Bersama Para Karyawan
115
115. Aku Siapa?
116
116. Seperti Kucing Liar
117
117. Bukan Siapa-siapa
118
118. Berpapasan
119
119. Rencana Brilian
120
120. Memasuki Kota Jati
121
121 : Penyelamatan
122
pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!