“Beruntung gas yang aku beli setengah tahun lalu masih tersisa.” aku memanggang daging yang aku buru dengan penuh rasa senang.
Bau harum dari daging yang terbakar membuat perutku semakin lapar. Tapi aku juga khawatir jika para monster tertarik oleh bau yang dihasilkan.
Tidak ingin tamu tidak diundang datang ke rumahku setelah mencium bau enak. Aku pun menyalakan kompor dengan api besar agar daging panggang cepat matang.
Selesai memasak, aku bersiap untuk memakan daging panggang itu sebagai menu makanan malam.
“Apa kau mau?.” ucapku menawarkan sebagai daging panggang pada tamu.
Anjing itu terus mengawasi ketika aku memasak. Tapi begitu aku menawarkan hasil masakan yang sudah matang, anjing itu langsung kehilangan minat.
“Apa yang salah?.”
Aku heran melihat anjing kurus itu tidak mau memakan masakan buatan ku. Tapi aku segera mendapatkan jawaban begitu memakan daging panggang yang aku masak.
Arang, aku seperti makan arang kayu daripada daging panggang.
Permukaan daging gosong sementara bagian dalam masih mentah. Sangat menjijikkan, mungkin memakan daging mentah jauh lebih baik daripada memakan masakan yang aku buat.
Tapi karena tidak mau membuang makan, aku pun tetap memakannya walaupun rasanya begitu pahit dari bagian daging yang gosong.
“Tapi rasanya agak enak di bagian tengah.”
Sesuatu tersangkut di sela gigi, itu adalah bulu kelinci. Karena tidak mengerti cara menguliti, aku pun memanggang daging kelinci beserta kulitnya.
Tapi tentu saja aku membuang bagian dalamnya karena tidak ingin memakan kotoran.
Perasaan bersalah menghantuiku saat melihat anjing kurus itu tiduran di sofa ruang tamu.
Aku harus menunjukkan sopan santun sebagai pemilik rumah, jika ada seseorang tamu bukankah wajar untuk menyuguhi hidangan utuk mereka?.
Didorong oleh rasa bersalah, aku mengambil pisau lalu segera keluar untuk berburu. Beruntung aku kembali mendapatkan seekor kelinci dan dua tikus besar...
Aku tidak yakin tikus bisa dimakan, tapi setelah menawarkannya pada tamuku, dia tanpa sungkan memakan ketiga hasil buruanku.
“Tanpa sungkan,” aku hanya bisa tersenyum getir melihat anjing hitam itu makan dengan rakus. Seharusnya aku hanya menawarkan dua tikus, tapi apalah daya, semuanya sudah terjadi.
Level job Hero naik saat berburu, mungkin itu satu-satunya hal baik yang aku dapatkan karena memberikan makanan pada anjing ini.
Setelah selesai memberi tamu makan, aku sadar jika hari hampir malam. Perasaanku tidak nyaman, seakan sesuatu akan datang di malam hari.
Apa mungkin saat malam para monster menjadi lebih aktif?. Aku tidak tahu, mungkin lebih baik menghindari keluar malam agar tidak terjadi hal yang merepotkan .
Pergi ke sumur, aku bersiap untuk mandi. Karena perburuan yang baru saja aku lakukan membuat bajuku ternoda oleh darah, harus segera di cuci jika tidak maka noda darah akan sulit untuk dihilangkan.
Anjing itu datang menghampiri saat aku sedang mencuci. Apa setelah puas makan dia juga ingin aku memandikan tubuhnya?.
“Dasar kau seenaknya saja memintaku melakukan apapun yang kau inginkan.” aku menggerutu saat menyikat tubuh anjing. Dia terlihat senang saat aku memandikannya.
Sebuah kalung terikat di leher, saat melihatnya aku pun akhirnya teringat dengan nama anjing itu.
“Roxy, jadi kau seorang perempuan?.”
Anjing itu menggonggong seakan mengiyakan perkataanku. Aku segera memintanya untuk diam karena tidak ingin keributan menarik perhatian monster.
Saat malam tiba ternyata yang aku khawatir benar terjadi. Monster lebih banyak berkeliaran, bahkan mayat yang tergeletak di pinggir jalan pun mulai bangkit.
Mereka seperti zombie.
Karena tidak ingin monster-monster itu mengetahui keberadaan kami, aku dan Roxy pun segera bersiap untuk tidur.
Lagipula tidak ada hal lain yang bisa aku lakukan di tengah kota mati ini.
Tapi aku mungkin akan bosan. Apa aku perlu keluar untuk mencari orang-orang yang selamat?
Entahlah, mari pikirkan itu untuk besok. Aku tidur di kamarku dengan Roxy yang menemani di bawah kasur.
Tidurku malam itu terasa tidak nyaman dikarenakan rasa sakit pada mata sebelah kiri yang sudah hancur.
Rasa sakit itu sudah aku rasakan sejak bangun didalam Dungeon, semakin hari rasa sakit itu semakin parah.
Aku takut jika luka di mata kiri menimbulkan infeksi yang mungkin akan berakibat fatal dikemudian hari.
“Apa yang harus aku lakukan?.”
Rasa perih di mata membuatku tidak bisa tidur. Tapi sesuatu menyentuh area sekitar mata kiri, terasa berair dan dingin, membuat rasa sakit mulai mereda hingga akhirnya aku tertidur.
***
Esok harinya, aku melihat keadaan Roxy lebih baik. Dia jauh lebih aktif dari kemarin. Mungkin hanya perlu dua hari untuknya Hinga kembali menjadi anjing Doberman galak seperti dulu.
Memikirkan itu membuatku agak khawatir.
Di dalam kamar mandi aku menatap cermin untuk melihat kondisi bola mata sebelah kiri. Itu hancur dan membusuk, aku merasa merinding melihatnya.
Air dingin pagi hari membuatku merasa tenang. Kali ini Roxy tidak ikut mandi, mungkin dua tidak suka mandi dengan air dingin.
Setelah selesai mandi, aku mulai menyusun rencana yang aku pikirkan tadi malam.
Hal pertama yang aku inginkan adalah mendapatkan makanan.
Sadar aku tidak bisa memasak, jadi tidak bisa berharap pada dagi monster karena tidak biasa mengolahnya.
Daging monster hanyalah pilihan terakhir. Tapi akan beda ceritanya jika seandainya nanti aku bisa memasak, atau seseorang datang lalu Memasak untukku .
“Karena itulah, aku pikir pergi ke minimarket adalah pilihan terbaik.”
Minimarket adalah tempat kedua yang sering aku kunjungi selain warung makan.
Tempat itu selalu aku kunjungi setidaknya satu bulan sekali untuk membeli Token listrik sekaligus mengisi persediaan makanan ringan.
Jaraknya hanya dua ratus meter dari rumah, akan sangat mudah jika menggunakan motor. Tapi kesialan menimpaku karena dua ban motor kempes. Sepertinya itu akibat digigit oleh monster saat berada di Dungeon.
“Apa yang harus aku lakukan sekarang?.”
Bukannya aku tidak bisa keluar rumah tanpa menggunakan motor. Aku hanya khawatir bertemu dengan monster kuat di jalan dan tidak bisa kabur.
Tapi jika aku tidak pergi ke minimarket, artinya hari ini aku pun harus memakan arang daging seperti kemarin.
Mengingat apa yang aku makan kemarin sejati membuat wajahku menghitam. “Tidak, aku tidak mau menahannya lagi.”
Aku pun terpaksa jalan kaki menuju minimarket. Roxy iku bersamaku, entah apa yang dia inginkan. Apa anjing itu ingin menjagaku, atau hanya karena Roxy tidak ingin di tinggal sendiri.
Apapun alasannya, aku tidak masalah membawanya asalkan Roxy tidak mengejarku dengan tatapan gila seperti yang dia selalu lakukan di masa lalu.
Tas besar yang digunakan saat pindah, aku gunakan untuk membawa barang. Senjata yang aku miliki hanya pisau dapur dan kuping kelinci yang aku simpan.
Setelah mempersiapkan diri, kami berdua pun keluar dari rumahku untuk mulai perjalanan menuju minimarket.
“Bukankah ini cukup menegaskan, Roxy?.”
Anjing itu menggonggong menangapi perkataanku.
“Hahaha... kau cukup bersemangat juga rupanya.”
Aku memberanikan diri untuk mengelus kepala Roxy. Anjing itu tidak berusaha menolak.
“Baiklah, mari mulai berpetualang.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Don T
bukannya pas naik lvl pertama udah sembuh? 🤔
2023-01-13
1
anggita
Roxy.. 🐶🐕🦺
2022-12-03
1