___________________________________________
[Courage I]
Rank: Epic
Keterangan: Teriakan keberanian seorang pahlawan. Memberikan peningkatan Statistik (Buff) pada Kekuatan 5%, Stamina 5% dan Kesehatan 10%. Peningkatan Statistik berlaku pada pengguna skill dan semua rekan yang mendengar teriakan ketika skill digunakan. Efek bertambah 1.5× pada setiap rekan yang mendengar teriakan sang pahlawan.
Efek skill bertahan selama 1 menit dengan waktu pendingin 5 menit.
___________________________________________
Sebuah skill yang memberikan buff pada semua rekan, sangat cocok untuk pertarungan party. Itu berarti Roxy juga ikut bertambah kuat saat aku menggunakan skill ini.
“Roxy, keberanian!.” ucapku mengaktifkan skill.
Anjing itu pun menyalak sebagai balasan.
[Skill (Courage) aktif]
[Kekuatan meningkat]
[Stamina meningkat]
[Kesehatan meningkat]
Tubuhku terasa lebih ringan dan kelemahan juga menghilang. Efek skill hanya bertahan selama satu menit, jadi kami harus secepatnya menghadapi monster penghuni are Minimarket
Seperti biasa Roxy maju lebih dahulu. Karena kelincahan dia lebih baik dariku, Roxy pun selalu menjadi umpan sementara aku akan menyerang monster dari belakang begitu monster menargetkan Roxy.
‘Padahal aku memiliki tiga job yang seharusnya kuat, tapi entah kenapa aku tidak bisa mengungguli kelincahan Roxy.’
Aku terus mengawasi saat Roxy berjalan semakin mendekati Minimarket. Perasaan bahaya perlahan mulai tumbuh, tapi aku masih tidak tahu berada di mana monster yang menghuni area ini.
Perasaan itu semakin kuat hingga aku merasa tubuhku mulai merinding. ‘Tapi.... Tapi ada di mana?’ aku tidak bisa memastikan keberadaan monster, perasaan itu begitu kuat dan tersebar seakan monster itu berada di setiap sudut, membuat keberadaan monster itu sulit di deteksi.
“Sial, di saat seperti ini....”
Dengungan di kepalaku semakin keras, rasanya kepalaku ingin pecah.
Rasa sakin yang kembali aku rasakan pada rongga mata kiri semakin memperburuk kondisi.
Ini mengingatkanku saat dahulu sewaktu kecil mengalami sakit gigi. Merasakan rasa sakit yang teramat parah, namun tidak ada yang bisa aku lakukan untuk menghilangkan rasa sakit itu.
Semakin lama dibiarkan rasa sakit semakin menyebar, telingaku menjadi begitu sensitif, kepalaku mulai terasa pusing, mataku pun tidak kuat melihat cahaya terang.
Semua yang aku lihat.
Semua yang aku dengar.
Semuanya yang ada di sekitarku, seakan membuat penderitaan yang aku alami semakin bertambah parah.
Lalu yang lebih parah dari itu semua adalah kehilangan kewarasan karena emosi yang tidak terkendali.
***
Suara gonggongan terdengar, Roxy menyalak ke arahku.
Karena merasa terganggu aku pun berteriak. “Anjing bodoh, diamlah!.” teriakan penuh amarah, tetapi Roxy tidak mengindahkan, dia justru menggonggong semakin keras, membuat rasa sakit yang aku rasakan semakin terasa menyiksa.
Aku tidak sanggup berdiri hingga akhirnya jatuh berlutut di tanah sambil menahan rasa sakit.
Roxy mulai berlari ke arahku. Anjing itu mulai membuatku merasa kesal.
Aku tidak tahu apa yang dia inginkan, tapi jika dia tidak menghentikan gonggongan menyebabkan itu, mungkin aku tidak bisa menahan diriku lagi.
Suara itu semakin kuat saat Roxy mendekat, telingaku berdengung terasa menyakitkan. Pisau di tangan aku genggam dengan kuat, aku merasa tidak tahan lagi menahan semua ini.
Dahulu ketika sakit gigi yang aku rasakan sudah terlalu parah, membuat emosiku tidak terkendali. Akibatnya aku berbuat nekat dengan cara menyakiti diri sendiri.
Menampar pipi atau menghantam kepala sendiri, aku melakukan semua itu agar meredakan rasa sakit yang kurasakan. Tapi hasilnya justru sebaliknya, rasa sakit itu semakin menjadi-jadi.
Dengan mata terpejam menahan rasa sakit, aku mengayunkan pisau di tangan. Berikutnya suara tangisan Roxy terdengar, membuat gonggongan menyebalkan yang dia buat terhenti.
Tubuhku terdorong saat Roxy menabrak ku, membuat aku terpental beberapa meter dari posisi semula, rasa sakit akibat tabrakan membuatku semakin mengutuk anjing ini.
Setelah itu Roxy tidak lagi bergerak, dua terdiam dengan mata setengah terbuka seakan menahan vrasa sakit. Darah mengalir di perutnya akibat tebasan pisau.
Melihat itu aku terdiam sejenak.
Setiap kali aku merasakan sakit gigi, aku bertindak gegabah dengan menyakiti diri sendiri. Semua yang aku lakukan justru membuat rasa sakit yang aku alami semakin parah.
Gonggongan Roxy membuatku semakin sakit, tapi apakah tindakan yang aku lakukan untuk menghentikannya membuat aku menjadi lebih baik?.
“Tidak..... apa yang telah aku lakukan....”
Aku sangat menyesal telah menyerang satu-satunya teman yang menemaniku di dunia yang hancur ini.
Luka yang aku berikan padanya sangat lebar hingga darah tidak berhenti keluar. Aku sangat panik, apa yang harus aku lakukan untuk menyelamatkan Roxy?.
Saat aku panik, suara serangga terdengar di arah depan. Perasaan bahanya yang sebelumnya aku rasakan di seluruh area kini hanya menunjukkan satu arah.
Tempat itu adalah tempat di mana aku sebelumnya berdiri. Bos field yang sebelumnya aku cari ternyata selama ini monster itu berada di atas kepalaku sendiri.
Seekor laba-laba sebesar kerbau mengawasi terus mengawasi dengan delapan matanya. Monster itu terlihat marah seakan telah gagal memberikan serangan.
“Tunggu, mungkinkah Roxy yang dari tadi terus menggonggong ke arahku bermaksud untuk memberikan peringatan?.”
Mengetahui fakta itu membuatku semakin merasa bersalah. Roxy sampai rela membahayakan dirinya sendiri untuk menyelamatkan aku, tapi sebagai balasannya aku justru memberinya luka mematikan.
Laba-laba kembali menyerang, dari jarak lima meter dia menembakkan benang ke arahku.
Karena jarak dan kecepatan serangan membuatku aku tidak sempat menghindar, benang laba-laba pun berhasil menempel pada tubuh Roxy yang berada dalam pelukanku.
Dengan cepat laba-laba kembali menarik benangnya, merebut Roxy dariku. Begitu Mendapatkan Roxy, laba-laba segera naik ke atas menggunakan benang, Monster itu berjalan begitu cepat melalui benang tipis.
“Brengsek, kembalikan dia!.” Dengan panik aku mengejar laba-laba.
Sambil berlari laba-laba menggulung tubuh Roxy dengan jaring, membuatnya menjadi kepompong lalu mengikatnya tergantung bersama kepompong lain di atas menara listrik.
"Aku harus menyelamatkan Roxy."
Setelah itu laba-laba mengarah perhatiannya padaku, sekarang giliran ku yang akan dia jadikan kepompong.
Tetapi tentunya aku tidak akan membiarkan itu terjadi, “Tunggu aku Roxy, aku akan menyelamatkanmu!.” aku berteriak
Walaupun aku tahu jika laba-laba merupakan monster yang lebih kuat dari semua monster yang aku hadapi sebelumnya. Ditambah saat ini tidak ada bantuan dari Roxy, mampukah aku melawannya?.
“Aku pasti bisa....” aku berusaha menyakinkan diriku sendiri.
“Tidak, aku harus bisa melakukannya, jika tidak maka aku akan menyesali tindakanku hari ini seumur hidupku!.”
Tekad kuat.
Untuk Roxy, aku harus menang, tidak ada pilihan untuk kekalahan. Jika pun aku tidak bisa memenangkan pertarungan, maka tidak ada artinya aku hidup. Aku tidak mungkin hidup dengan rasa bersalah yang akan menghantuiku.
Serangan laba-laba datang, aku pun siap menghadapinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Nino Ndut
lanjut mau liat ampe ch 20an..klo masih kayak gini mc nya fix membosankan thor
2023-02-13
0
NOTE
lebay banget mendeskripsikan sesuatu, hal yng bisa di jelaskan dengan 1 kalimat tapi di jelaskan dengan 1 paragraf, bertele2 dan tidak berbobot.
2023-02-04
0
uzumaki anas
lanjut
2023-01-27
1