Pintu rumah itu terbuka, sepertinya sesuatu telah mendobraknya secara paksa. Aku masuk secara perlahan.
Darah berceceran dari ruang tamu hingga area dalam. Mengikuti jejak darah aku menemukan jasad seorang pria di dapur.
Tidak tahu mayat siapa, yang jelas itu adalah tetanggaku karena sering terlihat di halaman depan rumah bersama tiga keluarganya dan satu ekor anjing yang menyebalkan.
Luka sayatan di leher sepertinya menjadi penyebab kematian pria ini. Sementara darah yang berceceran dari ruang tamu hingga dapur berasal dari luka di kakinya.
“Apa dia menyeret kakinya saat berusaha kabur menuju pintu belakang?.” Pikirku setelah menganalisa keadaan mayat.
Melihat pintu belakang yang terbuka, aku berpikir jika seseorang telah kabur mendahului pria ini.
Aku termenung beberapa saat.
Seandainya aku sering bersosialisasi dengan tetangga, mungkin aku akan merasa kehilangan setelah melihat mayat pria ini.
Tapi sayangnya tidak.
Kehidupanku setelah pindah ke lingkungan perumahan begitu monoton. Berangkat kerja dari jam 6 pagi lalu pulang jam 10 malam, kemudian hari libur selalu dihabiskan untuk beristirahat.
Begitu sibuk hingga tidak ada waktu untuk berinteraksi bahkan dengan para tetangga.
Melakukan rutinitas itu selama dua tahun, membuat aku terkadang mempertanyakan kemanusiaan ku sendiri.
‘Bukankah aku tidak berbeda dari robot?.’ Di benakku pemikiran seperti itu sering terlintas.
Aku kembali sadar setelah mendengar suara berisik dari salah satu kamar, sepertinya ada sesuatu di dalam sana.
Perasaan bahaya mulai mendekat, aku segera bersiap menghadapi apapun yang akan datang.
Dari dalam kamar muncul seekor kelinci putih dengan mata merah, binatang itu terlihat lucu jika saja tidak ada darah yang menempel pada kupingnya.
Kuping kelinci terlihat tidak normal, itu keras dan mengkilap seperti mata pisau. Mungkin itu adalah senjatanya.
Dia mulai menggeram setelah melihatku, kelinci bersiap menyerang. Walaupun aku sudah pernah melawan monster ini sebelumnya di dalam Dungeon, tapi aku tetap waspada, khawatir jika kelinci yang saat ini aku hadapi berbeda.
Kelinci mulai berlari. Aku bersiap dengan pisau menghadapi serangan.
Tapi tiba-tiba kelinci melakukan manuver, monster kecil itu melompat ke dinding lalu menggunakan dinding sebagai pijakan untuk melompat kembali ke arahku.
Gerakan Zigaz yang begitu epik hingga aku tidak sempat mengelak. Serangan kelinci berhasil mengenai ku, lengan yang terluka mulai berdarah karena sayatan tajam kuping kelinci.
Tapi aku tidak memperdulikan luka tersebut, karena serangan berikutnya akan segera datang. Kelinci itu sudah menargetkan leherku, seketika aku teringat dengan jasad pria di belakang.
Mungkin aku juga akan berakhir sama seperti pria itu yang terbunuh karena sayatan di leher.
Tidak, itu tidak boleh terjadi.
Kelinci mulai melakukan gerakan seperti sebelumnya, tapi manuver yang sama tidak akan bekerja untuk kedua kalinya. Aku sudah membaca gerakan kelinci, hingga menghadapinya menjadi hal mudah.
Pisau aku ayunkan di saat yang tepat, mengenai leher kelinci dan memangkasnya.
Jeritan kelinci terdengar saat pisau yang aku gunakan memotong leher kelinci hingga putus. Aku sangat terkejut melihat pisau dapur yang jarang digunakan bisa memotong leher kelinci dengan begitu mudah.
“Mungkin ini karena efek tiga pekerja yang aku miliki.”
[Mengalahkan kelinci belati, mendapat 20 Exp]
[Job Explorer level up]
Nama monster ini sesuai karakteristiknya. Dan juga satu job telah naik level, tapi kenapa dua job lainnya tidak?.
Apa mungkin masing-masing job membutuhkan poin Exp yang berbeda untuk naik level?.
“Banyak hal yang masih tidak aku ketahui.” gumamku.
Mayat kelinci segera aku ambil untuk digantung agar darahnya cepat mengering. Setelah itu aku berniat kembali ke rumah, tapi Indra pendengar yang dipertajam menangkap suara dari bawah tanah.
Apa itu suara dari monster lain?
Tidak, suara itu terdengar seperti rintihan seekor anjing.
Seketika aku teringat dengan anjing peliharaan keluarga ini yang selalu mengejarku di pagi hari ketika mau berangkat kerja.
Entah kenapa setiap pagi hewan berkaki empat itu selalu berdiri di depan gerbang rumahku dan terus menggonggong. Itu membuatku takut saat ingin pergi bekerja.
Salah satu anak tetangga yang merupakan seorang gadis seusia denganku, mengatakan jika peliharaannya hanya ingin berkenalan dengan tetangga introvert yang tidak lain adalah aku.
Sungguh apa seekor anjing bisa sepintar itu?
Tapi walaupun sudah berkenalan secara resmi, anjing hitam berjenis Doberman itu terus mengejarku setiap pagi dengan gigi tajam dan air liurnya.
Itu sangat menakutkan untukku, tapi gadis yang merupakan majikannya hanya tertawa melihat aku dikejar-kejar, apa penderitaan ku hanya sebuah hiburan baginya?.
Aku juga merasa anjing itu melihatku tidak sebagai manusia, tapi seekor kelinci buruan.
Mengingat kenangan itu membuatku terganggu. Aku diam berdiri di depan basemen, tidak tahu apakah harus membuka pintu itu atau tidak.
Karena takut jika anjing yang sedang terjebak di dalam ruang bawah tanah akan menyerangku jika membuka pintu, aku pun memilih untuk pergi.
Tapi perasaanku tidak tenang saat mendengar suara anjing yang terdengar seperti meminta tolong.
“Terserahlah...” menghela nafas berat, aku bersiap membuka pintu menuju basemen.
Pisau aku siapkan jika anjing itu bersikap agresif dan menyerang. Tapi aku berharap jika hal semacam itu tidak terjadi, karena nurani ku tidak akan tega melakukannya.
'Mungkin aku hanya akan lari seperti yang selalu ku lakukan saat anjing hitam itu mengejarku.'
Setelah meyakinkan diri, aku perlahan membuka pintu bawah tanah lalu melihat di depan tangga seekor anjing meringkuk sambil terus bersuara kecil.
Saat mendengar pintu telah terbuka, anjing segera bangkit, dia hendak lari keluar, tapi segera kembali diam ketika melihatku dengan pisau di tangan.
‘Dia sungguh anjing yang cerdas.’ pikirku.
Aku melihat anjing yang tidak bergerak dengan pisau yang masih ku genggam. Binatang itu begitu kurus, sangat berbeda dengan anjing menyebalkan yang selalu mengejarku di pagi hari.
Mungkin dia sama kelaparan seperti aku. Tapi melihat jika tidak ada sumber air di basemen, aku merasa kondisi anjing bahkan lebih buruk.
Menyingkirkan pisau, aku meninggalkan basemen agar anjing itu bisa keluar. Tapi karena terlalu kelaparan membuat anjing sulit berjalan.
Karena kasihan aku segera mengambil air dari sumur dan memberinya kepala kelinci yang baru saja aku buru. Kuping kelinci yang tajam aku singkirkan agar tidak melukai anjing.
Dia makan begitu lahap. Mengambil kesempatan aku mencoba membelai tubuh anjing, namun yang aku rasakan hanya benjolan tulang rusuk karena tubuh yang begitu kurus.
Satu mangkuk air dan satu kepala kelinci sudah habis dimakan. Anjing itu menatap tubuh kelinci yang aku gantung di punggung, tapi aku mengatakan jika daging itu bukan untuknya.
Seakan paham dengan perkataanku, anjing berhenti menatap daging kelinci, dia menunduk di depanku seakan ingin berterima kasih.
Kemudian dia berjalan menuju dapur lalu terlihat menangisi mayat pria yang tidak lain adalah majikannya.
Melihat itu membuatku sakit, aku tidak mungkin meninggalkannya begitu saja.
“Datanglah ke rumahku jika kau ingin makan daging kelinci panggang.”
Aku mengajaknya makan malam.
Anjing itu menatapku sesat sebelum akhirnya kembali duduk di samping mayat majikannya. Aku tidak akan memaksanya untuk mengikuti.
Meninggalkan rumah tetangga, aku segera pulang. Tapi setelah menutup pintu pagar, aku melihat pemandangan yang setiap pagi aku lihat di hari yang normal.
Anjing itu berdiri di depan pagar, menatapku seakan ingin menyapa.
Aku tersenyum padanya, lalu kembali membuka pagar mempersilahkannya masuk kedalam rumahku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Astraloud
niceee
2024-03-16
0
uzumaki anas
lanjut bang walau sepi
2023-01-27
1