Aliza tersedu-sedu menangis di hadapan Garret, ingin rasanya dia memeluk suaminya lalu berlindung di belakang suaminya, namun dia tahu itu cara yang akan membahayakan keluarganya dan juga Garret. Fuad memiliki kekuasaan sosial, semudah itu menghancurkan orang-orang dengan mengandalkan kekuasaannya.
"Terima lah, Bu. Saya pamit," ucap Garret.Di tanda tangan Aliza, dia menuliskan nomor ponselnya agar mereka dapat berbicara dengan leluasa.
Mayang yang curiga beranjak melihat keadaan itu.
"Lo kenapa nangis?"
"Cuma terharu karena orang-orang kantor masih peduli," jawab Aliza.
Garret kembali ke Pak Maman. Dia membuka jaketnya dengan amarah yang tertahan.
"Apa ada sesuatu yang terjadi?"
"Istri saya sedang tidak baik-baik saja, dia diperbudak di dalam rumah itu."
Garret menceritakan cara Fuad dan Mayang bersikap kepada Aliza, Pak Maman pun menarik kesimpulan bahwa Aliza harus di selamatkan. Tetapi di sisi lain, waktu Garret di dunia manusia sisa sehari lagi, tak boleh lewat dari itu. Jika tidak, pintu dimensi akan tertutup untuknya, dan tidak akan bertemu anaknya lagi.
"Saya harus bagaimana lagi, Pak?"
Pak Maman diam, sulit berada di situasi itu. Pak Maman sadar dirinya hanya rakyat biasa, dia tak memiliki kekuatan untuk melawan Fuad. Garret merogoh tasnya, dia mengeluarkan emas dan berliannya.
"Apa ini bisa membantu kita, Pak?" tanya Garret seraya memperlihatkan perhiasannya yang dari Canai.
"Hah? Ini dari dunia mu?" tanya Pak Maman terkejut.
"Ini akan jadi milik Pak Maman, tapi tolonglah Carikan solusi, saya tidak tahu aturan dunia hukum di sini, jadi saya mohon bantu saya, gunakan ini untuk menyelamatkan istri saya," pinta Garret.
Pak Maman pun ke toko emas yang ada di pasar, yang masih saudara jauhnya. Menjual sebagian emas itu dengan nilai harga yang lebih murah.
"Total 500 juta, uni hanya sebagian di jual," kata Pak Maman membawa koper berisi uang tunai.
Pak Maman pun berinisiatif mencari seseorang penegak hukum yang dapat bekerjasama dengan mereka. Pak Maman menghubungi pihak pengacara yang terkenal di kota itu. Sementara Garret menunggu di dalam mobil saja. Dia mencoba menelpon Aliza, tapi saat itu Aliza sedang memasak di dapur di awasi oleh Mayang.
***
Aliza membuka paket itu, ternyata ada pakaian dan sejumlah uang, bergegas dia menyembunyikannya dari Mayang dan Fuad. Mayang masuk mengecek kamera Aliza, dia mencari paket yang tadi diantarkan oleh kurir itu.
"Mana paket tadi?" tanya Mayang.
"Hanya baju yang dikirim temanku, sebelumnya baju ku pernah tak sengaja di sobeknya," kata Aliza.
Saat Mayang ingin mengambil baju itu, Aliza mencegat tangannya. Tatapannya setajam pisau dapur ke Mayang.
"Jangan pernah menyentuh barang-barang ku, atau tidak kita akan mati sama-sama di rumah ini," ucap Aliza yang tak ingin Mayang berbuat sesuka hatinya.
Mayang mengurungkan niatnya, dia tahu sisi keburukan Aliza jika sudah marah, maka nyawa pun tak ada harga di matanya. Dia bisa mati karena pertengkaran itu. Mayang keluar dari kamar Aliza seraya membanting pintu.
Aliza kembali duduk di atas ranjang. Mengusap baju yang diberikan Garret untuknya. Dia ingin kembali ke Canai bersama Garret, menemui anaknya, dan hidup bahagia bersama keluarga kecilnya, tetapi itu tidak mungkin untuk saat ini, Ibunya masih sakit dan butuh perlindungan.
"Satu-satunya pria mencintai ku dengan tulus hanya kamu," lirih Aliza.
Dia menyesali karena dulu sempat menolak Garret hanya karena komitmennya pada Fuad, ternyata Garret adalah pil untuk bersiap menghadapi sakit hati dari Fuad.
Aliza melirik ponselnya, ada nomor baru yang memanggilnya sebanyak seratus kali, dia yakin itu Garret. Aliza pun bergegas masuk ke kamar mandi untuk menelepon balik Garret.
"Akhirnya kau menelepon ku juga," ucap Garret.
"Kenapa kamu bisa ada disini sayang? Dominic bagaimana?"
"Dia bersama permaisuri Canai, dia menangis setiap hari merindukanmu, aku kemari untuk memberitahu itu," jawab Garret memelas.
Tangis Aliza tumpah ruah, dia ingin bertemu Dominic, dia ingin menyusui anaknya, memeluknya, memberi kehangatan, kenyamanan tidur. Namun dia malah egois berjuang mempertahankan hak warisannya,sementara Dominic.bituh figur seorang Ibu.
"Maafkan Aku, huhu huhuh... Aku Ibu yang gagal, jahat .."
"Jika Dominic sudah besar, dia pasti mengerti posisi Ibunya, kamu tidak salah, ini sudah keadaan yang harus kita lalui, kita harus kuat, kamu wanita kuat," tutur Garret.
Seperti biasa, setiap ucapan Garret selalu memenangkan hatinya. Hanya Garret yang dapat memahami keluh kesahnya.
"Sayang, aku ingin pulang, tapi Ibuku sudah lumpuh, aku harus membayar utang-utang kami, aku harus menjaga Ibuku dari jahatnya mereka," jelas Aliza.
Garret terluka hatinya mendengar tangis Aliza, mendengar tekanan demi tekanan yang dihadapi oleh istrinya, sesulit itu Aliza berjuang sendiri, mengorbankan harga dirinya diinjak-injak oleh Fuad dan Mayang.
"Waktu ku untuk kembali sisa sehari lagi, aku janji sebelum kembali, kamu akan menyelesaikan masalah mu, dan terserah kamu, apakah ingin kembali ke Canai atau tidak," kata Garret.
Fuad mengetuk pintu kamar Aliza sangat keras, memanggil seperti meneriaki buronan. Mayang baru saja melaporkan sikap Aliza yang tak ingin menunjukkan baju itu.
"Aliza buka pintunya!"
Suara itu di dengar oleh Garret dari balik telepon, Garret mengecam Fuad karena berani mengasari istrinya. Garret melarang Aliza untuk membuka pintu. Dia bergegas ke rumah Fuad dengan modal maps rute Pak Maman.
"Jangan tutup teleponnya, tunggu aku di sana sayang," kata Garret.
Pak Maman meneriakinya di arah belakang, pria paruh baya itu berlari menyusulnya, Garret menghentikan mobil agar Pak Maman ikut. Pak Maman mengambil alih posisi kemudi. Sementara di rumah Fuad, Aliza meringkuk ketakutan di dalam kamar mandi. Tangannya memegang gagang sapu air untuk antisipasi.
"Apa Lo yang sembunyiin? Weh, buka pintunya! Perempuan sial Lo ya!" Fuad tak henti menendang pintu itu.
Dia sudah geram karena hingga saat itu Aliza belum menandatangani hak kepemilikan yang warisan Ayahnya. Sementara Fuad mendapat tekanan dari para investor.
"Pasti Aliza sedang menyembunyikan sesuatu, gak mungkin tidak." Mayang mengompori Fuad.
Fuad berniat mendobrak pintu itu, dia menendang sekuat tenaga. Aliza masih memegang ponselnya di dalam kamar mandi, dia sudah siaga jika Fuad berhasil merubuhkan pintu kamarnya.
"Brengsek!" Fuad menghardiknya.
Di bantu oleh Ririn, pintu kamar itu terbuka lebar. Fuad dan Mayang mengetahui Aliza sedang di kamar mandi.
"Lo keluar sekarang atau pintu ini gue dobrak lagi?"
Aliza jera membuka pintu itu, dia mematung di dalam kamar mandi dengan tersenyum miring, seolah mengejek Fuad dan Mayang.
"Lo memang harus diberi perhitungan!" Fuda memaki.
Aliza mengangkat gagang sapu itu untuk menyerang Fuad juga. "Kalian pikir gue akan diam saja? Salah!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Mr.VANO
biadap si fuad,,,,,manusia seraka
2023-03-31
0
$uRa
ayo Aliza. orang baik semoga di lindungi....
2023-03-01
0