Aliza memahami kesepian Garret, tanpa berucap dia meraih tubuh Garret untuk dipeluknya. Aliza ingin Garret merasa sendirian dan bersedih berlarut-larut, dia tahu Garret menjalani hidup dengan kehampaan. Tidak mudah menjalani kehidupan hingga menuju keabadian, sendiri, dan tak memiliki sanak saudara menemani hari-harinya.
"Aku ada disini, jangan katakan bahwa kamu sendiri," ucap Aliza.
Aliza merasa hatinya begitu cepat luluh ketika berhadapan dengan Garret. Mereka berdua bagai dua jiwa yang terbagi menjadi dua. Ada berkesinambungan diantara keduanya.
Tiba-tiba di luar ada yang mengetuk pintu. Garret mencium ada penghuni Canai yang sedang bertandang ke rumahnya, dia pun meminta Aliza untuk bersembunyi di kamarnya untuk sementara waktu.
"Jangan keluar dari sini, sepertinya ada yang sedang datang," kata Garret.
Garret menemui tamunya itu, saat membuka pintu, ada tiga pria berbadan besar berdiri dengan wajah garangnya.
"Kau menyembunyikan manusia itu?" tanya salah satu dari mereka.
Garret terkejut karena para penjaga gapura itu mengetahui keberadaan Aliza dirumahnya. Tai ada celah lagi untuk Garret mengelak, berbohong tak ada gunanya, sebab penghuni Canai lebih tahu dengan kehadiran orang asing di wilayah mereka.
"Kami mau menjemputnya," kata pria itu lagi.
"Tidak perlu, saya sudah menjadi penduduk Canai abadi, saya memiliki hak untuk membiarkan gadis itu tetap disini, kami akan menikah," papar Garret.
Cara itulah yang dapat menyelamatkan Aliza dari hukuman para penjaga gapura. Garret akan menikahi Aliza agar dia bisa menjadi penghuni Canai sesuai aturan yang berlaku.
"Kapan kalian menikah?" tanya pria itu.
"Malam ini," jawab Garret.
"Kami tunggu," ujar pria itu lalu mereka enyah dari rumah Garret.
Sejenak Garret terdiam memikirkan cara menjelaskan itu kepada Aliza, tetapi dari dalam kamar Aliza keluar sembari ketakutan.
"Aku sudah mendengar semuanya," ujarnya dengan tubuh gemetaran.
"Maaf, Aliza. Ini tidak sesuai dengan rencana kita," ucap Garret merasa bersalah. Dia merasa gagal melindungi Aliza.
Sulit menerima yang akan terjadi, Aliza tahu dia hanya bisa memilih di antara dua pilihan, memilih di hukum sesuai aturan Canai ataukah memilih untuk menikah dengan Garret.
"Berarti aku akan selama-lamanya ada di hutan ini?" tanya Aliza.
Garret tahu kekhwatiran Aliza, dengan cara menikah Aliza tidak akan kehilangan jati diri sebagai manusia selama Garret tidak menyerap energi manusia yang ada pada Aliza.
"Tidak akan, kamu bisa kembali selama kamu memiliki jati diri sebagai manusia, aku memang akan menjadi suami mu, tapi tidak akan menahan mu untuk kembali ke dunia mu," jelas Garret dengan keikhlasannya.
Garret meraih tangan Aliza, dia mengusap kepala perempuan itu dengan kelembutan.
"Aliza, aku janji akan berusaha mengembalikan mu ke dunia manusia," ucapnya kembali.
Aliza diguncang kegelisahan, bagaimana bisa ia menikah dengan Garret sedangkan di dunianya ada laki-laki yang ia cintai. Menikah dengan Garret sama saja mengkhianati Fuad, tetapi di sisi lain, dia harus tetap menyelamatkan diri dari hukuman penghuni Canai. Di hukum sama saja tidak akan bisa kembali lagi ke dunianya. Dengan berat hati, Aliza memutuskan untuk mengambil keputusan terbaik bagi dirinya sendiri.
"Aku mau menikah dengan mu," ucapnya.
Garret tahu keputusan Aliza berdasarkan keterpaksaan, tak ada jalan lain lagi untuk Aliza tetap menjadi manusia selain menikahinya. Garret menyadari, ini ternyata jalan yang akan mewujudkan bayangan Aliza menggendong anaknya yang seringkali dia lihat.
"Baiklah, aku akan memanggil kepala nikah Canai, kita diperintahkan segera menikah malam ini," kata Garret.
Aliza hanya mengangguk. Ingatannya malah berfokus pada Ibunya dan Fuad. Tanpa kesengajaan Aliza sudah menyakiti hati kedua orang yang ia sayangi itu.
***
Sania masih bersandar di pohon besar itu. Suara para makhluk gaib itu sudah tak terdengar lagi, dia melirik ke jam tangannya, sudah jam tiga sore, Sania yakin para aktivitas makhluk gaib itu sepertinya sudah berakhir.
"Gue harus lanjutin perjalanan, keburu gelap," gumam Sania.
Terdengar dari kejauhan ada deru suara motor yang kian mendekat. Sania menoleh kebelakang, ternyata benar ada seorang pria yang mengendarai motor. Pria muda itu tampaknya baru saja dari ladang karena saat itu sedang membawa buah hasil panennya.
"Pak, tolong saya," seru Sania sembari melambaikan tangan agar pengendara itu berhenti.
Pria itu menepikan motornya di dekat Sania. Ia memandangi Sania dari ujung kaki hingga kepala.
"Kau dari mana?" tanyanya pada Sania dengan tatapan dingin.
Seluruh tubuh Sania gemetar, dia merasa ada yang aneh dengan aura pria itu.
"Sa-saya dari De-desa Kunan berlibur, saya ingin keluar dari sini," sahut Sani gelagapan.
Pria itu melirik kiri kanan, dia menghela nafasnya, tanpa Sania menjelaskan, ia sudah tahu yang telah terjadi pada gadis berambut cokelat itu.
"Lalu saya harus apa?" tanya pria itu lagi. Tatapannya tetap saja dingin.
Sania menundukkan wajahnya, dia dilema untuk mengucapkan minta tolong pada pria misterius itu.
"Kalau begitu saya pergi," kata pria itu dengan menghidupkan kembali motornya.
Bergegas Sania mencegatnya, dia menahan tangan pria misterius itu. Saat menyentuhnya, Sania merasakan kulit pria itu sama dengan kulit manusia pada umumnya. Ada rasa lega di hatinya sebab pria yang ia temui itu bukan mahkluk gaib melainkan manusia sama sepertinya.
"Tolong bawa saya keluar dari sini, saya takut .." ucap Sania memohon.
Tanpa berpikir panjang, pria itu mengangguk.
"Naiklah dibelakang," ujar pria itu mengajak Sania naik ke atas motornya.
Mereka menempuh perjalanan yang cukup becek, bahkan sesekali motor butut pria itu terhenti karena terjebak di lumpur yang dalam. Keduanya semakin masuk ke hutan belantara yang berbeda dari hutan Canai. Pikiran Sania mulai kacau menebak-nebak yang akan terjadi pada dirinya nanti. Dia merasa meminta tolong dengan pria yang memboncengnya suatu kesalahan.
Dari jauh terlihat sebuah rumah kayu yang sangat estetik, pria itu menghentikan motornya lalu meletakkan keranjang buahnya di atas tanah. Sania masih mengunci mulut, dia takut banyak bertanya pada pria dingin itu.
"Kau tetap disini, atau iku aku masuk ke dalam?" tanya pria itu.
Sania hanya berdiam di tempat, rasanya ingin berlari, memberontak sebab pria itu membohonginya.
"Sebentar lagi akan malam, kau akan menyaksikan segala macam rupa yang berkeliaran jika tetap berada di luar rumah," sambung pria itu lagi memberikan peringatan pada Sania.
Tak ada pilihan lain, Sania memang harus turut lagi. Sania mengikuti masuk ke dalam rumah kayu itu. Di dalam rumah semuanya bernuansa estetik minimalis. Sania menjalarkan pandangannya mencari seseorang selain mereka berdua di rumah itu.
"Ini rumah .." lirih Sania yang takut melanjutkan kalimatnya.
"Ini rumahku, dan aku hanya tinggal seorang diri, istri sudah meninggal," sahut pria itu.
Pria itu malah membuka bajunya di hadapan Sania. Sontak Sania berbalik badan, dia terkejut karena tindakan pria itu.
"Kau akan memperkosa ku?!" tanya Sania membentak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Mr.VANO
posisi sania,,,ke takutan,apapun bisa teruucap
2023-03-31
0
$uRa
wahh .Sania ge er....padahal orang itu kau mandi
2023-03-01
0