Bab 8

Aliza duduk di tepi ranjang, menitikkan air mata, memikirkan dia bukan wanita yang suci lagi, kegadisannya di renggut oleh Garret, suaminya. Dia merasa sudah berkhianat kepada Fuad, pria yang sudah bertahun-tahun menjadi kekasihnya. Saat itu Garret tertidur pulas, dia membawa kebahagiaan bersama Aliza di alam mimpi.

Dari jendela, Aliza melihat di sekeliling rumah Garret lalu lalang penghuni Canai sedang beraktivitas seperti manusia pada umumnya, tercetus di benak Aliza, jika dia tak dapat keluar dari dimensi Canai, akankah dia menjalankan kehidupan seperti mereka? Batinnya.

"Kau tidak tidur?" tanya Garret yang mengejutkannya.

Aliza masih malu-malu bila mengingat adegan percintaannya tadi. Dia hanya menggelengkan kepala tanpa membalikkan badannya. Garret mendekat lagi, dia memahami Aliza sedang merindukan keluarganya di dimensi seberang, tapi apa dayanya, hutan Canai memiliki aturan yang sangat ketat.

"Kau akan bertemu mereka jika sudah waktunya," kata Garret menenangkan.

Aliza mengukir senyuman, bersyukur dia bisa bersama Garret dengan kondisi seperti itu. Tanpa Garret, dia tak akan berputus asa.

"Maafkan aku, Garret. Aku belum bisa menjadi pasangan sesuai yang kamu mau," ucap Aliza. Karena dia merasa tidak mungkin mencintai Garret sedang ada pria lain yang juga mengisi hatinya.

"Aku paham itu, jika kau pergi dari sini, tolong, jangan lupakan aku, jika dunia mu jahat padamu, ingatlah ..aku akan selalu menerima mu kembali," kata Garret yang akan tetap menunggu Aliza jika perempuan itu kembali ke dunianya.

Aliza terenyuh mendengar itu, dia beranjak memeluk Garret. Di dalam pelukan Aliza, tak terasa air mata Garret menetes, meskipun dia tahu suatu saat akan melepaskan Aliza, tapi setidaknya rasa kesepian itu terobati dengan kehadiran Aliza yang sudah lama ia nantikan.

Entah apa yang akan terjadi selanjutnya, Aliza pun hanya mengikuti alur, dia masih mencintai Fuad, tetapi takdir malah berkata lain dengan menghadirkan Garret untuk menjadi suaminya di hutan Canai.

"Maafkan aku, Fuad .." ucapnya dalam hati.

Garret kini yakin, bayangan Aliza menggendong anaknya adalah gambaran mereka di masa depan. Entah itu sesaat atau selamanya, Garret ingin Aliza menjadi Ratunya seorang. Jika Aliza suatu saat kembali ke dunia manusia, dia akan tetap menunggu sampai istrinya itu kembali lagi padanya.

Di belahan hutan lainnya, Sania duduk di teras rumah Rio. Dia berharap bisa kembali ke dunia manusia, dia tak ingin hidup di dimensi jin yang sangat asing baginya. Rio yang memperhatikan gerak-gerik Sania hanya melihat keberanian Sania untuk keluar dari rumahnya.

"Kau mau pergi?" tanya Rio dengan melipat kedua tangannya.

Sania tak bergeming, bagaimana bisa dia melakukan perjalanan seorang diri sementara bagian bawahnya masih sangat nyeri, itu akibat dari Rio yang berjam-jam menghujam tubuhnya tanpa henti.

"Kau mau meninggalkan pengantin mu?" tanya Rio lagi.

Sania menunduk, sebenarnya ingin bersama Rio. Adegan cinta yang mereka lalui semalam menumbuhkan benih cinta itu, akan tetapi bukan kehidupan jin yang dia mau, Sania ingin hidup normal di dunia manusia, serta berkumpul dengan keluarganya.

"Aku hanya takut kau akan berbuat jahat padaku," sahut Sania dengan keraguannya.

Rio mendekat ke Sania, "Apa di dunia mu ada laki-laki yang bisa kau percaya i?" tanyanya.

Sania bak tertampar dengan pertanyaan Rio. Laki-laki yang silih berganti mendekatinya hanya datang sesaat lalu pergi menyimpan luka. Bahkan, pacar terakhirnya merenggut kesuciannya, berulang kali Sania hanya di janji untuk dinikahi tetapi semua hanya omong kosong. Sania pun trauma bila menjalin hubungan dengan pria lagi.

"Di dunia kami, kesetiaan kami junjung tinggi, tak kata cerai seperti di dunia manusia," ujar Rio.

Sania tertegun, penjelasan tentang kehidupan di dunia Rio teramat menyenangkan, kehidupan asmara juga materi cukup menunjang pada Rio, lantas mengapa dia ketakutan karena tak bahagia? Batinnya menelaah.

***

Tiga bulan kemudian ..

Perempuan paruh baya itu tak henti menangis, dia memikirkan anaknya yang tak kunjung kembali dari perjalanan dinas. Dia Bu Ati, Ibu Aliza yang sudah tiga bulan menunggu kepulangan putri sulungnya, tapi tetap saja tak ada kabar dari tim pencarian. Pihak kantor tempat Aliza dan Sania bekerja mengarahkan tim SAR mencari kedua penulis mereka, namun mereka hampir menyerah karena tak ada tanda-tanda yang di dapatkan saat di Desa Kunan.

"Sabar, Bu. Kak Aliza bakalan ketemu, Kok."

Saat itu ada Fuad yang datang berkunjung di rumah orang tua Aliza, sebagai kekasih Aliza yang bertahun-tahun, doa merasa terpanggil untuk menyemangati calon mertuanya itu.

"Iya, Tante. Kami akan tetap mencari Aliza dan Sania, pasti dia akan kembali lalu melanjutkan pertunangan kami," kata Fuad yakin kekasihnya akan kembali dengan tubuh dan cinta yang utuh.

Bu Ati telah kenyang menerima semangat yang diberikan padanya tiga bulan belakangan ini, dia merasa harus bertindak sendiri mencari anaknya itu. Tercetus dibenaknya ingin menyambangi hutan Canai langsung untuk meminta sendiri anaknya pulang.

"Sepertinya, Ibu yang harus ke sana," kata Bu Ati.

Semua yang mendengar itu terkesiap, termasuk Fuad. Bu Ati benar-benar ingin ke Desa Kunan mencari putrinya. Bu Ati percaya, anaknya dapat kembali jika ia turut serta di tempat menghilangnya Tetapi saat itu cuaca laut sangat buruk, sehingga keberangkatan Bu Ati di tunda hingga minggu ke depan, sementara itu, akan ada Fuad yang ikut serta menemani calon mertuanya itu.

Fuad pamit untuk kembali pulang, di dalam mobilnya ada seorang perempuan cantik dan berpenampilan seksi, perempuan sedari tadi dia menunggu Fuad di dalam mobil.

"Udah aktingnya?" tanya Perempuan itu.

"Apaan, Sih. Capek banget urus si Ibu Aliza yang ngeyelnya minta ampun!" Ketus Fuad kesal.

Bagaimana tidak, tiga bukan belakang ini, Fuad susah payah ikut andil menenangkan Ibu Aliza, tetapi perkembangan ditemukannya Aliza belum menemukan titik terang, sementara ada proyek menunggu yang akan dijalankan dengan koleganya. Proyek besar yang berhubungan dengan keluarga Aliza.

"Ya udah sayang, jangan pikirin dulu itu, kita senang-senang aja dulu," kata Mayang.

Fuad melirik dengan tersenyum, Mayang memang pandai menarik perhatiannya. Tak salah jika kekasih gelapnya itu mendampinginya dalam mengambil alih tanah warisan orang tua Aliza.

"Kamu memang wanitaku," bisik Fuad seraya mengecup daun telinga Mayang.

Fuad tak peduli dengan keselamatan Aliza, dia hanya peduli agar Aliza dapat menandatangani surat tanah itu agar dia Fuad diizinkan membangun proyek kerjasama dengan perusahaan asing.

"Setelah aku merebut tanah itu, kita akan menikah, kamu yang sabar ya, bantu aku," tutur Fuad.

Mayang percaya itu, selama dua tahun Fuad yang banyak berkorban, bahkan di acara ulang tahun Aliza, Fuad tidak dapat hadir karena ingin menemuinya di hotel, sikap Fuad lebih memprioritaskan dirinya ketimbang Aliza.

Terpopuler

Comments

Mr.VANO

Mr.VANO

certa novel mu seru,tapi sepi yg komen

2023-03-31

0

$uRa

$uRa

sudahlah Aliza..sama Garret aja..si puat tidak mencintaimu.

2023-03-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!