Setelah sarapan, Aliza dan Sania sudah siap diantar oleh Kakek Latua ke hutan Canai. Sebagai juru kunci, Kakek Latua sudah mewanti-wanti kedua tamunya itu agar tidak melanggar pantangan selama mereka di hutan Canai. Di halaman, sudah ada Nenek Satia yang menunggu mereka. Wanita berusia lanjut itu memegang dupa yang berbau gula merah untuk memberikan keselamatan pada Aliza dan Sania.
“Semoga kalian kembali dalam keadaan selamat,” ujarnya sembari mengibaskan asap di wajah kedua cantik itu.
Di perjalanan menuju hutan, Kakek Latua tak henti melirik ke arah kanan mereka, Aliza yang memiliki kepekaan tinggi tahu bahwa ada sesuatu yang aneh di perjalanan mereka.
“Aku boleh bicara sebentar, Kek?” pintanya.
“Ada apa?” tanya Kakek Latua.
Sejenak Aliza membawa Kakek Latua menepi di dekat pohon, ia tak ingin pembicaraannya di dengar oleh Sania. Dia tahu betul, Sania aslinya penakut.
“Semalam aku melihat pria tampan tidak jauh dari penginapan, Kek.”
Seketika wajah Kakek Latua berubah, dia melirik ke arah kanannya, seperti mencari sesosok yang sedari tadi mengikuti mereka.
“Mungkin saja itu hanya perasaan mu saja, Nak. Lebih baik kamu diam saja jika melihatnya, jangan memberitahu siapa pun, termasuk temanmu itu,” ujar Kakek Latua mengingatkan.
Aliza merasa sudah menemukan pertanda mistis di balik kalimat Kakek Latua. Dia meyakini sosok yang ia lihat itu sudah diketahui oleh Kakek Latua, tetapi dia tak ingin mengucapkan secara gamblang.
Mereka melanjutkan perjalanan ke dalam hutan, tidak jauh dari pohon besar tertua di hutan Canai, ada sebuah gapura yang banyak menyimpan cerita misteri dibaliknya.
“Ini gapura pusat Hutan Canai, di sini tempat para sesepuh jaman dulu melakukan upacara adat,” papar Kakek Latua.
Aliza mulai memotret di setiap bagian sudut gapura itu, sementara Sania merekam suara Kakek Latua yang bercerita.
“Gapura ini sejak kapan berdiri, Kek?” tanya Sania.
“Sebelum kerajaan Majapahit, orang-orang kerajaan sering datang bertandang ketika sesepuh kami mengadakan upacara adat,” jawab Kakek Latua.
Tetapi Aliza saat itu merasa ada yang sedang mengawasi. Bulu kuduknya merinding serta udara di sekitarnya menjadi dingin. Aliza yakin, ini pertanda para penghuni gapura itu sedang menyambut kedatangan mereka.
Aliza tak henti memotret, di bagian sudut kanannya, ada angin dingin lagi yang berembus pelan. Aliza bergegas beranjak ke dekat Kakek Latua dan Sania.
“Kenapa, Al?” tanya Sania.
“Enggak, Cuma penasaran aja denger Kakek,” sahutnya.
Aliza saat itu memilih lagi memotret bagian hutan yang teramat gelap, sementara Kakek Latua dan Sania masih ada di dekat gapura. Kakek Latua sedang melakukan ritual penghormatan pada penghuni gapura itu. Aliza yang tak menyadari dirinya sudah berjalan cukup jauh dari gapura. Suara yang memanggil nama Aliza seakan menghipnotis dirinya mengikuti sumber suara itu.
Gadis cantik itu tak menyadari dirinya sudah di tengah hutan Canai. Teramat gelap dengan suara-suara burung yang berkicau seperti memperingati Aliza untuk segera pulang. Aliza tetap mengikuti sumber suara yang memanggilnya, sampai akhirnya dia menemukan dua pilar yang bercahaya. Cahaya pilar itu ingin menyedot tubuh Aliza masuk ke dalamnya, namun tiba-tiba ada sesosok pria yang menarik Aliza lalu membawanya pergi menjauh.
Tubuh Aliza serasa di bawa terbang oleh pria berbadan kekar itu. Tubuhnya yang mungil di peluk erat agar dia tak terjatuh saat berada di ketinggian. Tampaknya pria itu menghindari para penghuni pilar yang ingin memerangkap Aliza.
“Ahhhh .. untung saja,” kata pria itu yang sudah lega karena menyelamatkan Aliza.
Aliza yang masih memejamkan matanya begitu takut melihat sosok pria yang membawanya itu.
“Buka matamu,” ujar pria itu.
Perlahan Aliza membuka matanya, pandangan yang disuguhkan pertama kali ialah sosok pria yang ketampanannya tak ada yang menandingi di dunia manusia. Pria itu masih menggendong Aliza.
“Ka-kau siapa?” tanya Aliza gemetaran.
“Garret,” jawab pria itu. Dia memalingkan wajahnya dari Aliza.
“Lepaskan aku,” pinta Aliza.
“Kau ingin aku lepaskan? Yakin?”
Garret melirik ke bawah, Aliza pun ikut melirik ke bawah, Aliza membelalakkan matanya, rupanya saat itu Garret membawanya duduk di atas pohon yang teramat tinggi. Aliza yang takut ketinggian seketika memeluk erat tubuh Garret.
“Kenapa bisa kita ada di sini?” tanya Aliza ketakutan.
“Kamu tadi hampir saja di hisap pilar Canai, jika kamu masuk ke istana Canai, bisa dipastikan kamu tidak akan bisa kembali ke dunia mu,” jelas Garret.
“Lalu kamu siapa? Kamu setan? Jin atau genderuwo?” tanya Aliza ketakutan. Ia melepaskan pelukannya dari Garret. Takut jika sosok itu genderuwo yang ingin menculiknya.
“Aku bukan makhluk jahat seperti genderuwo yang kamu takutkan, aku bagian dari makhluk penghuni hutan Canai, dulu manusia sama seperti mu” papar Garret.
“Dulu? Maksudnya, kamu ..” Aliza ternganga. Dia semakin ketakutan.
Bola mata Garret melirik ke arah bawah, dia mengawasi keadaan sekitar mereka, sepertinya para penghuni hutan lainnya sedang berkeliaran karena merasa terganggu. Kehadiran manusia bagi mereka adalah hal yang paling mengganggu mereka. Terlebih lagi ada yang mengambil gambar tanpa melakukan ritual izin.
“Si Kakek itu tidak memberitahu kamu, di hutan ini tidak boleh mengambil gambar sebelum melakukan ritual?” papar Garret.
Aliza tidak mendapatkan wanti-wanti seperti itu dari Kakek Latua. Mereka hanya tidak boleh menegur sesuatu yang dilihat janggal.
“Ah, mungkin dia lupa, namanya sudah tua,” sahut Aliza yang tahu keadaan Kakek Latua sudah pikun.
Garret masih memangku tubuh Aliza. Dia masih memantau keadaan dari atas. Sementara Aliza ketakutan karena dia sudah ada di peristiwa yang sering kali dijadikan cerita mistis oleh orang-orang yang berkunjung di Desa Kunan, kini ia merasakan ada di hutan Canai bersama penghuninya. Entah saat itu nyawanya sudah terancam atau tidak, Aliza hanya berpasrah saja.
“Jangan takut, aku tidak sejahat yang kamu pikirkan, aku hanya kasihan, sejak kemarin kamu di ikuti oleh-oleh penghuni Desa yang usil,” kata Garret.
Aliza tetap saja belum bisa mempercayai Garret.
“Tolong, kembalikan aku ke penginapan, aku ingin pulang saja,” pintanya.
“Belum bisa, kamu sudah di tengah hutan, dan penghuni disini masih mencari kamu, kita akan tertangkap jika kita ditemukan,” jelas Garret sesuai kenyataan yang ada.
Garret membawa Aliza lagi berpindah di tangkai pohon yang lain, setelah menemukan tangkai yang cukup aman, Aliza didudukkan secara perlahan disamping-Nya.
“Duduklah di sini, jangan banyak bergerak, kalau kamu jatuh, tulang belulang mu bisa terpisah-pisah,” kata Garret.
Meskipun ketakutan, Aliza melirik sejenak ke arah bawah, pohon yang mereka tempati saat itu setinggi sekitar dua ratus meter.
“Jangan melihat ke bawah kalau kamu takut,” ketus Garret. Dia kesal karena Aliza masih menganggapnya makhluk jahat yang ingin memanfaatkan manusia.
Aliza memandangi sekujur tubuh Garret, penampakan Garret tak ada bedanya dengan dirinya manusia. Memiliki anggota tubuh yang sama, dengan tekstur kulit yang sama, namun tingkat kulit Garret lebih cerah dari manusia pada umumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Mr.VANO
bagus ceritany,,
2023-03-31
0
$uRa
sukaaa...,.
2023-03-01
0