Bab 13

Meskipun ada banyak kawannya yang datang mengunjunginya, Aliza tetap tak menghilangkan rasa sedihnya. Di pikiran hanya ada Garret dan Dominic, teman kantornya saat itu bahkan banyak yang menanyakan keadaan Aliza saat tersesat di alam Jin.

"Gimana kehidupan di sana, Al? Katanya dunia Jin itu lebih maju yang dari pada dunia kita," salah satu temannya yang penasaran.

Aliza lebih berbohong untuk itu, dia tidak ingin membocorkan kehidupan Canai pada siapapun. Ini wanti-wanti yang sudah Garret berikan, karena jika manusia sampai mengetahui kehebatan dunia jin, maka manusia yang serakah malah akan berbondong-bondong berpindah dimensi.

Namun tiba-tiba terdengar dari dalam kamar mandi, Ibunya memekik. Aliza mendapati Ibunya sudah berbaring terlentang di kamar mandi. Bu Ati tak sadarkan diri dilarikan segera ke rumah sakit.

"Ibu sepertinya terkena stroke," kata dokter yang menangani Bu Ati.

Deg!

Aliza terperanjat, dia melihat Ibunya sudah di ruang ICU, sesekali memanggil nama anaknya satu persatu. Aliza masuk ke ruangan itu. Mulut Ibunya tak miring ke kanan, banyak yang ingin ia katakan pada Aliza.

"Ibu tidak usah bicara dulu, lebih baik Ibu istirahat," ujar Aliza.

Ibunya ingin anaknya segera menikah, Bu Ati ingin Aliza memiliki pelindung seperti Fuad, selain mencintai Aliza, Fuad juga dapat mengayomi kedua adik Aliza.

"I-ibu ingin ka-kamu menikah dengan Fuad," kata Bu Ati, meskipun tak jelas terucap, Aliza tetap dapat memahami itu.

"Jangan pikirin itu, Ibu."

Tetap saja Bu Ati memaksa, dia bahkan menitikkan air mata untuk itu. Karena tak ingin membuat Ibunya lebih sakit lagi, Aliza hanya mengiyakan saja. Namun di hatinya tak ada sedikitpun niat untuk menikah dengan Fuad.

Saat keluar dari rumah sakit, ada Fuad yang datang membawa buah, Aliza harus bicara empat mata dengan Fuad. Membahas kemauan Fuad yang sesungguhnya, Aliza merasa Fuad tak sungguh-sungguh mencintainya, dari dulu dia selalu diabaikan, namun sekarang malah Fuad yang begitu kekeh agar mereka segera menikah.

"Aku ingin bicara, kita masuk ke dalam mobil kamu," ujar Aliza.

Di dalam mobil, Fuad memerhatikan mimik wajah Aliza yang kesal.

"Apa yang ingin kau bicarakan?"

"Berhentilah menemui ku, atau berempati pada keluarga ku, aku tidak tahu maksud kamu sebenarnya itu apa, tapi yang harus kamu tahu, feel kau udah gak ada lagi," papar Aliza.

Fuad mengerutkan alisnya, dia masih saja berpura-pura lugu. Mengucapkan berbagai alasan, penyesalan, hingga keinginan yang harus dia wujudkan bersama Aliza.

"Aku ingin kita membangun keluarga bahagia," tutur Fuad.

Aliza tetap saja tak ingin menerima tawaran itu, dia sudah terlalu bahagia menjalani rumahtangga dengan Garret.

"Aku tidak ingin menikah, jadi tolonglah berhenti dari sekarang," pintanya.

Fuad menatap tajam Aliza, "Aku tidak akan berhenti! Ibumu Sudah sangat menyukai ku, kau menolak Ibumu akan menderita, huhuhu .."

Fuad sedikit demi sedikit menunjukkan sifat aslinya, Aliza kian mengerti Fuad memiliki maksud mendekatinya. Fuad justru mengancamnya agar keduanya menikah dalam waktu dekat ini.

"Gila kamu ya, aku tidak ingin menikah dengan kamu." Aliza keberatan.

"Dengar ya, selama kau menghilang, aku sudah bayar mahal biaya sekolah Ifa dan kuliah Ita, kau berutang padaku, seharusnya kau bersikap baik!" Fuad berkata dengan membentak.

Aliza mulai ketakutan, inikah sisi buruk Fuad yang baru diperlihatkannya? batin Aliza.

"Mau tidak mau, kau harus menikah denganku!"

Aliza yang takut bergegas keluar dari mobil Fuad, dia berlari masuk kembali ke dalam rumah sakit. Fuad hanya tersenyum miring, satu per satu rencananya menjebak Aliza berjalan lancar.

"Aliza, hari-harimu akan menjadi neraka .." gumamnya.

Fuad tetap saja masuk ke dalam rumah sakit, dia masih membawa buah yang di bawanya untuk Bu Ati. Tak tanggung-tanggung bila dia sudah bertekad menginginkan sesuatu, Aliza harus menyerahkan kepemilikan tanah itu padanya.

"Tante sehat-sehat ya," ujar Fuad.

Aliza tak menyangka ternyata Fuad pandai bersandiwara. Sejenak Fuad melirik ke Aliza, dia memberikan lirikan mengancam.

"Tante, Aliza sudah ingin menikahi ku, kami secepatnya akan melangsungkan pernikahan."

Aliza terjebak dalam situasi itu, dia tak memiliki andil menolak bila belum membayar hutang-hutangnya. Tidak memungkinkan dia dapat membayar hutang-hutangnya dalam kurung waktu sebulan ini.

"Aliza, kamu sepakat 'kan?" tanya Fuad membuyarkan lamunannya.

Aliza tak bergeming, dia masih kekeh menolak ajakan Fuad untuk menikah.

***

"Aku capek, Rio! Kamu jadikan aku budak di ranjang saja, aku butuh kehidupan Rio!" Sania membentak Rio. Dia lelah menjalani hari-harinya hanya menjadi pemuas nafsu Rio saja.

Rio pun juga lelah jika harus berdebat dengan Sania. Selalu saja Sania mengatakan itu padanya, padahal tak ada niat sedikitpun pada dirinya untuk menjadikan Sania pemuas birahinya, hanya saja, Rio ingin Sania menikmati hari-harinya sebagai istri.

"Berhentilah berpikir buruk, aku hanya ingin kau menikmati hidup tanpa bersusah-payah lagi, jika kau ingin pergi dariku, pergilah! Aku lelah dengan sikapmu."

Rio keluar dari rumahnya, dia meninggalkan Sania seorang diri. Rio tidak peduli lagi jika Sania ingin keluar dari Desanya. Ternyata lelah menghadapi sikap manusia yang memiliki rasa syukur.

Sania benar-benar mencoba keluar dari Desa itu, dia berjalan mengikuti arah kompasnya. Bukannya keluar dari hutan, dia malah makin tersesat. Sania yang lelah mendengar raungan binatang buas, tenyata itu serigala. Sania berlari terbirit-birit, tetapi tiba-tiba ada angin meraih tubuhnya. Ternyata itu Rio yang berlari cepat menolong istrinya dari serangan serigala.

"Pulanglah ke duniamu, itu di sana jalan keluar," kata Rio menunjukkan jalan keluar dari hutan itu.

Rio pamit dari Sania, sementara sahabat Aliza itu dirasuki rasa bersalah, "Rio," serunya.

Rio tak berbalik, dia berlari sekencang-kencangnya meninggalkan lagi Sania. Sania menyesal, dia tak berhenti memanggil nama Rio.

"Sayang, aku mau pulang," pinta Sania.

Namun Rio tak kunjung menampakkan dirinya. Suaminya itu sudah benar-benar melepaskannya, Sania melihat jalan pulang itu, tak ada niatan lagi untuk kembali ke dunia manusia.

"Sebenarnya kau tidak ingin pulang, aku hanya bosan dengan kehidupan disini," tuturnya.

Rio ternyata berada di atas pohon mengawasi Sania. Dia tak tahu harus dengan cara apa membuat istrinya betah tinggal bersamanya.

"Rio, aku ingin pulang ke rumah," ucap Sania.

Tak tega melihat Sanja menangis, Rio pun menampakkan dirinya.

"Mau kamu apa? Dari bulan lalu kau ingin pulang, makanya aku biarkan, pergilah, aku bisa cari pasangan lagi." Rio yang gengsi tetap ingin terlihat dingin di mata Sania.

Sania memeluknya, dia meminta maaf tanpa henti, Sania berkata ingin hidup bersama Rio asalkan Rio memberikan kebebasan untuknya, kebebasan dalam menjalani kehidupan di dunia jin.

Terpopuler

Comments

Mr.VANO

Mr.VANO

pesona jin lebih menarik

2023-03-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!