Bab 10

Di dunia Jin, waktu berjalan dengan cepat, tak terasa Aliza akan melahirkan anak pertamanya, para sahabat yang sudah ia kenali di Canai datang memberi dukungan, keakraban mereka terjalin baik, penghuni Canai pun kadang menanyakan sisi kehidupan di dunia kepada Aliza.

"Pasti anak kamu akan tampan," kata Gracia, sahabatnya itu yang sudah memiliki dua anak.

"Aku deg-degan, akankah sakit sekali?" tanya Aliza.

Teman-temannya itu tertawa, "Tidak, lebih sakit saat kamu kehilangan kegadisan." Canda salah satu dari mereka.

Pipi Aliza bersemu merah, dia memang merasakan sakit itu sebab milik Garret ukurannya lebih besar. Di dunia Jin dia tidak merasa kesepian, banyak yang menghargainya, di tambah lagi cara Garret memperlakukannya.

Sejak berselang, Aliza sudah merasakan nyeri hebat di punggungnya, perutnya mules tak tertahankan, Garret tahu saat itu istrinya akan melahirkan, tabib Canai pun memandu Aliza lahiran. Di menit kemudian, suara tangis pertama mereka terdengar, Garret yang pertama kali menggendong bayinya, Aliza terkejut karena bayinya tak sesuai dengan bayi yang baru lahir di dunia manusia, bentuk tubuh bayinya selayaknya anak berusia tujuh bulan.

"Jangan terkejut, di dunia kami memang anak baru lahir akan sebesar ini," kata tabib itu.

Wajah bayinya tampan seperti Garret.

"Terimakasih sayang, sudah berjuang."

Hari-harinya menjadi Ibu di mulai, tak ada kesulitan, tak ada kata 'Baby Blues', bayinya benar-benar tak rewel, sepulang mengunjungi toko-toko emasnya, Garret juga meluangkan merawat Dominic dengan baik. Aliza sudah benar-benar lupa untuk kembali ke dunia manusia.

"Dominic, ketika kamu besar, kamu harus keluar dari dunia ini sementara, pergilah berkunjung ke negara Ayah, Inggris." Garret ingin anaknya melihat negaranya.

Dia ingin anaknya merasakan kampung halamannya, karena Garret tahu, anaknya memiliki jiwa manusia, dia bebas kapan saja keluar masuk dari Canai. Garret berjuang agar anaknya mendapatkan akses untuk keluar masuk dari dimensi Canai ke dimensi manusia.

"Kau akan mengikuti budaya barat, jangan, Nak." Timpal Aliza.

"Dia akan melihat dunia Ayah dan Ibunya."

"Dan mantan-mantannya," ketus Aliza.

Karena semakin cinta, Aliza selalu dihinggapi rasa cemburu, Garret yang tampan tak jarang di goda perempuan Canai, bahkan manusia pun akan terkejut melihat ketampanan Garret.

"Dengar sayang, siapapun di hadapanku, aku hanya melihat dirimu, jin adalah makhluk setia, kamu harus tahu itu, dan ini akan terbukti dengan seiringnya berjalan waktu," jelas Garret. Itu ungkapan dari hatinya yang paling dalam.

Aliza belum pernah diperlakukan romantis seperti itu dari pria lain, termasuk Fuad. Sejak menikah dengan Garret impiannya menjadi Ratu di rumah tangganya tercapai.

"Aku suka kalau kamu cemburu, hmm ..hei Dominic, tidurlah cepat, aku ingin memanjakan Ibumu malam ini," kata Garret yang ingin mengerjai Aliza lagi.

Karena tak memiliki kesusahan, Aliza berencana akan menambah anak lagi. Memiliki banyak anak dirumahnya adalah cara membangun keluarga besar di Canai. Istana kecilnya akan di penuhi canda tawa anak-anak mereka.

***

Pagi-pagi Fuad mendapatkan peringatan dari pihak investor asing, dia harus segera menuntaskan hak kepemilikan tanah Aliza. Jika tak mendapatkan hak kepemilikan, royalti yang diberikan akan di ambil kembali. Namun Fuad bingung, darimana ia mendapatkan tandatangan itu sementara Aliza hilang di Desa Kunan.

"Sial! Kenapa sih perempuan itu pak hilang segala, bikin gue susah aja!"

Fuad berpikir keras untuk mendapatkan hak kepemilikan itu, tak ada cara lain, dia harus menemukan Aliza, tapi hanya satu cara yaitu memanfaatkan Bu Ati agar segera memanggil anaknya untuk kembali.

"Benar kata Ibu tua itu, dia harus ke Desa Kunan untuk memanggil anaknya," gumam Fuad.

Dia bergegas ke rumah orang tua Aliza, menunjukkan kerinduan kepada kekasihnya yang sudah hilang itu. Ibu Aliza, menyambutnya dengan kesedihan pula.

"Ayo, Nak. Kita ke Desa Kunan cari Aliza," pinta Bu Ati pada Fuad.

Wajah yang tertunduk sedih Fuad menyembunyikan senyumnya, tanpa bersusah payah mengarahkan Bu Ati, ternyata Ibu Aliza sudah semakin bertekad untuk ke Desa Kunan.

"Iya, Tante. Kita harus kesana, kalau perlu besok pagi, kita harus mencari Aliza, kami akan menikah, dan aku tidak bisa kehilangan dia selama itu," tutur Fuad dengan segala kebohongannya.

Fuad sibuk mencari dukun sakti yang bisa memulangkan Aliza. Setelah menemukan Mbah Sunap, Fuad menanyakan keadaan Aliza di dimensi Jin.

"Kekasih mu ini sedang ditawan oleh Jin, dia bisa kembali asalkan Ibunya berteriak menangis di Gapura hutan itu," kelas Mbah Sunap.

Fuad ternganga, dia semakin jijik dengan Aliza jika kekasihnya itu sudah disetubuhi oleh jin. Namun bukan itu keinginannya, melainkan tandan tangan, lagipula ada Mayang yang seringkali memuaskan hasratnya, jauh lebih seksi daripada Aliza, batin Fuad.

"Apakah dia akan kembali? Aku tidak yakin dengan itu," kata Fuad ragu.

"Biarkan Ibunya menangis di Gapura, mereka akan merasakan kesedihan itu lalu mengembalikan kekasih mu," jawab Mbah Sunap yang sudah tahu-menahu aturan dunia jin.

Fuad memastikan Bu Ati akan melakukan adegan itu bila di Gapura.

Keesokan harinya, mereka bersiap-siap ke Desa Kunan, perjalanan menyita waktu seharian, penginapan Kakek Latua pun menjadi tempat peristirahatan mereka. Bu Ati memeluk barang-barang Aliza yang masih tersimpan rapi di penginapan itu.

"Tenang, Tante. Besok kita pasti akan bertemu Aliza," ujar Fuad tak henti memperlihatkan empatinya.

Malam tiba, mereka akan menuju Gapura melakukan ritual pengembalian Aliza. Semua juru kunci di Desa Kunan dikerahkan untuk membantu Mbah Sunap. Bu Ati pun juga dipersiapkan sebagai andil utama memanggil anaknya. Obor-obor yang mereka bawa telah bersinar di hutan Canai. Mbah Sunap dapat melihat betapa dengan mata batinnya betapa indahnya kota Canai.

Ritual-ritual pun di mulai, Mbah Sunap bernegosiasi dengan penjaga Gapura agar mereka mengizinkan penghuni Canai melepas Aliza. Namun mereka tak dapat melakukan itu jika tanpa izin dari Garret.

"Sepertinya kita mulai saja, Bu." Mbah Sunap.

Di hadapan Gapura, perbatasan antara dimensi manusia dan dimensi jin, Bu Ati dipersilahkan duduk. Ibunya mulai mengeluarkan tangisan seraya memanggil nama Aliza.

"Anakku, Aliza Dwi Pratiwi, pulanglah nak, Ibu dan adik-adikmu merindukan mu," teriak Bu Ati.

Salah satu penjaga Gapura melaporkan itu pada Garret, saat itu Garret sedang di pabrik emasnya, terkejut dengan berita dari penjaga Gapura. Garret ke Gapura memastikan yang terjadi. Setiba di sana, dia melihat tangisan Ibu Aliza yang menyayat hatinya. Ada rasa sedih campur haru, walaupun di dimensi berbeda, dia dapat melihat mertuanya dengan jelas.

"Dia mertuaku, maaf Ibu aku tidak meminta restu darimu, untuk menikahi Aliza," ucapnya. Meskipun dia tahu, suaranya tak dapat didengar oleh Ibu mertuanya.

"Pulanglah, Nak. Kata dokter Ibu akan di operasi, tanpa kamu, Ibu tidak akan bisa bertahan, lebih baik Ibu mati saja, Aliza pulanglah," kata Bu Ati berderai air mata.

Deg!

Garret tertegun, seorang Ibu sedang merindukan anaknya, harapan hidupnya bergantung pada Aliza, sebagai suami, Garret merasa jahat membiarkan Ibu mertuanya itu menderita menahan rindu.

"Bagaimana Garret?" tanya penjaga Gapura itu. Mereka hanya melakukan sesuai dengan keputusan Garret, karena Aliza sudah menjadi hak Garret sepenuhnya.

Terpopuler

Comments

Mr.VANO

Mr.VANO

jngan kasih ijin alisa pulang Gerald,,,,si puat yg jahat mauny tanda tangan saja

2023-03-31

1

$uRa

$uRa

gak usah keluar Aliza .itu permainan kotor pacar kamu si puad

2023-03-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!