Bab 9

Aliza menikmati hari-harinya sebagai seorang istri, mulai beradaptasi dengan lingkungan Hutan Canai. Sesekali Garret membawanya berkeliling di kota Canai yang juga modern seperti kota manusia pada umumnya. Dia tak lagi memikirkan kehidupan dunianya, tak lagi mengingat kisah cintanya dengan Fuad yang sudah kandas. Aliza pun tak henti berdoa agar Ibunya pun selalu sehat-sehat saja, dia pikir saat ini sedang menikmati kehidupan secara hak pribadinya.

Ketika tengah memasak, Aliza tiba-tiba merasakan mual, dia berlari ke kamar mandi mengeluarkan sisa makanan juga cairan. Ada yang aneh lada tubuhnya, perutnya sedikit demi sedikit membengkak. Karena panik, dia berteriak sambil mengusap perutnya.

"Garret, tolong aku," teriaknya.

Garret yang saat itu sedang menata taman berlari menuju ke Aliza.

"Kenapa sayang?"

"Perutku sakit, kenapa tiba-tiba membesar?"

Garret yang tak pernah melihat kejadian itu bergegas membawa Aliza ke kamar, dia memanggil Ibu Res pengurus Canai untuk meminta penjelasan. Ibu Res hanya tersenyum, dia paham keterkejutan Garret dan Aliza.

"Tidak perlu khawatir, istrimu sedang mengandung, sistem kehamilan anak manusia dan anak jin itu berbeda, dia akan membesar secara cepat dan lahir setelah usia lima bulan," jelas Ibu Res.

Garret memalingkan wajahnya ke Aliza, dia ternganga menahan haru. Ibu Res bergegas pamit dari mereka, dia tahu pasangan suami-isteri itu akan merayakan kebahagiaannya dengan keromantisan.

"Sayang, kamu hamil!"

Aliza terharu menitikkan air mata, mengusap perutnya yang diisi buah cintanya dengan Garret. Doa tidak menyangka kalan hidupnya dipenuhi kejutan seperti itu, bertemu dengan sosok jin pria hingga akan memiliki anak.

"Terimakasih, Sayang. Aku janji akan menjaga kamu dan anak kita," ucap Garret mencium perut Aliza.

Dua bulan lagi anak mereka akan lahir, Aliza ingin rasanya mengatakan kabar itu pada Ibunya, tetapi jika mengatakan itu, apakah Ibunya akan menerima keputusannya? Memiliki suami dan juga anak di dunia yang berbeda.

"Kamu kenapa?" tanya Garret menangkap kesedihan di raut wajah Aliza.

"Aku rindu, Ibu dan adik-adikku, sebentar lagi Ibu akan mendapatkan cucu, aku ingin sekali memberitahu mereka," jelas Aliza.

Garret memahami kesedihan Aliza, ini pula rasa sedih yang dirasakannya saat pertama kali tersesat di hutan Canai. Untuk meredam kerinduan istrinya, Garret mengajak Aliza untuk jalan-jalan.

"Aku akan mengajak mu untuk ke kota besar di Canai," kata Garret.

Saat itu Garret memesan pesawat mini yang disewakan untuk setiap penghuni Canai. Keduanya berangkat ke Kota metropolitan Canai.

Aliza melihat dari atas pesawat hanya terperangah, Kota besar Canai mengalahkan kota Dubai di dunia manusia, gedung-gedung menjulang tinggi dengan teknologi yang modern. Hirarki dan peradaban jauh lebih modern dari kehidupan manusia.

"Ternyata benar kata orang-orang, dunia jin lebih modern daripada dunia manusia," tuturnya.

Garret tersenyum, bahagia karena sudah mengalihkan perhatian Aliza dari kerinduan terhadap keluarganya. Pesawat itu landas, Garret selalu menggenggam tangan Aliza.

"Ini pusat perbelanjaan terbesar di Canai," ujar Garret.

Mall yang di lapisi emas juga perak itu menjulang tinggi hingga lantai dua puluh. Aliza melihat disekelilingnya wanita-wanita yang sangat cantik, memakai pakaian branded asal Canai. Terbersit di hatinya keraguan Garret selama ini memilih sendiri, melihat penghuni Canai yang cantik rupawan.

Saat memasuki mall, Aliza diam-diam memerhatikan sikap Garret yang begitu ramah pada pengunjung wanita, keramahannya bahkan membuat wanita-wanita itu melirik, juga bersiul menggoda Garret, seakan tak menghiraukan Aliza di samping Garret.

"Kamu mau makan?" tanya Garret.

Aliza yang di rasuki cemburu memanyunkan mulut, rupanya hormon kehamilan juga menyebabkan sifat kecemburuannya.

"Kamu kenapa sayang?"

"Sekian banyak perempuan cantik di Canai, kenapa kau menikah manusia? Aku tidak yakin selama ini kau single, bisa saja kau memiliki mantan disini," kata Aliza dengan nada kesal.

Garret mengerutkan alisnya, terkekeh menyaksikan kecemburuan Aliza.

"Kau cemburu?"

"Apa? Tidak lah, cuma mau saja," sahut Aliza gengsi.

Garret melihat disekelilingnya, ada banyak orang-orang sedang lalu-lalang, perempuan dan laki-laki, diantara perempuan itu memang ada yang menggodanya. Untuk membuktikan cintanya pada Aliza, Garret menarik wajah Aliza itu lalu mencium bibirnya. Semua pengunjung mall terkesiap, Garret sudah tak canggung, dia masih membawa budayanya dari Inggris.

"Romantisnya," kata pengunjung itu.

Aliza terenyuh, setelah Garret melepaskan ciumannya, Aliza menundukkan wajah karena malu.

"Aku rasa itu cukup membuktikan aku adalah milikmu, kau bertahun-tahun aku tunggu, di dalam bayangan mata ku," ucap Garret.

"Apa sih, yuk pergi dari sini," kata Aliza yang sangat malu jadi pusat perhatian, dia berasal dari Timur tentu berbeda nyalinya dengan Garret yang berasal dari Barat.

Mereka berdua kembali menikmati perjalanannya, mengukir bahagia dan kenangan baru di mall Canai. Diperlakukan bak Ratu, Aliza yang merindukan sosok Ayah diberikan Garret yang mengayominya.

***

Sania tetap saja ingin pulang, tetapi di sisi lain dia juga mencintai Rio. Namun hidup di Desa Sereng bukan gaya hidupnya. Dia terbiasa hidup glamor dan gaya hidup metropolitan, meskipun semua fasilitas di lengkapi oleh Rio, tetap saja dia tak ingin hidup di Desa Sereng.

"Kau ingin pulang?" tanya Rio menebak.

"Aku boleh pulang? Tapi aku akan kembali, aku akan keluar masuk saja," sahutnya.

Rio yang menghentikan aktivitas menulisnya, dia tidak suka jika Sania selalu saja meminta pulang. Sania telah menjadi istrinya, Rio tak ingin di tinggal, apapun alasan Sania.

"Kau ingin meninggalkan ku? Untuk kembali dengan kekasih di duniamu?" tanya Rio. Pria itu posesif, dingin, juga berwatak keras.

Sania ternganga, tak ada niatan untuk menyeleweng dari Rio, tetapi Rio selalu saja menuduhnya masih mencintai mantannya.

"Jangan pernah katakan pulang di hadapan ku, aku suamimu, kau adalah milikku, di rumah ini, di ranjang itu," kata Rio dengan tatapan tajam.

Sania meredam keinginannya, dia takut jika Rio sudah bersikap demikian.

"Apa kau merasa kurang disini? Semua fasilitas aku sediakan, perhiasan, uang, dan segala kebutuhan mu sudah ku penuhi, kau hanya berdandan cantik, melayani ku di ranjang," sambung Rio.

Sania menghela nafas, dari dulu dia menginginkan kehidupan yang berkecukupan, semuanya telah tercapai saat itu, tetapi dia bagai seorang permaisuri yang ditawan oleh Rajanya.

"Dunia mu itu kejam, disini aman untuk mu, kau paham itu?" tutur Rio kembali.

Sania menahan air matanya, Rio keluar dari ruangan itu, meninggalkan Sania. Memiliki suami tampan, setia, dan hidup serba ada tidak menjamin kebahagiaan, sesal karena masih membawa sifat manusia dalam dirinya, jika dia sudah resmi menjadi jin, tentu tidak akan merasakan rindu dunianya.

"Bagaimana kabar kamu, Al. Apakah kehidupan kamu juga seperti ini?" Sania teringat dengan Aliza.

Terpopuler

Comments

Mr.VANO

Mr.VANO

nama manusia sll menuntut apa yg dia puny,,,,setela puny masih menuntut

2023-03-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!