"Namaku, Rio. Kau akan ku jadikan pengantin ku," kata pria itu.
"Jangan, aku mohon" pinta Sania memohon.
"Kau sudah ada di rumahku, berarti sudah menjadi pengantin ku, kita sudah ditakdirkan bersama," ujar pria itu.
"Kenapa seperti itu?!" Sania tetap menolak.
"Ini bukan dunia manusia, aturan duniamu dan duniaku berbeda," sahut Rio.
Sania bertekuk lutut memohon agar pria itu tak menyentuhnya, namun permohonannya sama sekali tak diindahkan. Pria itu kain mendekat, membelai rambut Sania, lalu mengecup pipinya.
"Kamu akan hidup bahagia bersama ku disini, apapun yang kau mau akan ku berikan," ucapnya menggoda.
Sania memandangi wajah pria itu, sangat tampan namun tetap saja dia ketakutan. Sania yakin, pria dihadapannya bukan manusia biasa melainkan penghuni Desa tak kasat mata.
"Apa aku tidak bisa keluar dari sini?" tanya Sania.
"Tidak akan bisa, kamu sudah berada di dimensi yang paling-paling dalam di pulau ini, maka dari itu, mari kita bersama," jelas Rio yang ingin menjelajahi seluruh tubuh Sania.
Rio begitu cekatan menyentuh Sania, dia ingin membuat calon pengantinnya itu terlena. Sebagai wanita yang pernah melakukan hubungan suami-istri dengan mantan kekasihnya terdahulu, tentu Sania terpancing dengan sentuhan Rio.
"Hhmm .."
"Kamu akan hidup bahagia denganku, jangan takut .." bisik Rio pada Sania.
Sania di naikkan ke Sofa, satu per satu kain di tubuhnya di lepas oleh Rio. Sania tak memberontak sama sekali, dia merelakannya pada Rio, dia pun merindukan belaian cinta dari pria, meskipun dia sadar, Rio bukanlah manusia.
"Kau akan puas," bisik Rio seraya mengecup telinga Sania.
Sania hanya mengangguk, dia memejamkan matanya menikmati permainan pria itu. Hangat dan lembut, itu yang dirasakan oleh Sania. Desahannya semakin membakar gairah Rio, pria yang sudah beratus-ratus tahun menunggu manusia itu, ingin menuntaskan hasratnya kepada Sania.
"Aku tidak peduli, siapapun pria ini," gumam Sania.
Rio menjelajahi badan Sania bak singa kelaparan. Tangan dan mulutnya sangat telaten menyentuh atau per satu di bagian tub*uh perempuan yang sangat cantik itu, sehingga mata sipit Sania terpejam merasakan cinta yang luar biasa.
"Hhhmm ..Ada yang ingin kau katakan?" tanya Rio berbisik.
Sania membuka matanya, dia memandangi Rio dengan nafsu yang sudah di ubun-ubun, "Benar kata orang-orang, bersama jin jauh lebih berbeda daripada manusia."
Mendengar itu, Rio mengecup kening Sania. Dia bahagia karena Sania tak lagi menolaknya. Rio berjanji setelah itu akan membahagiakan Sania selamanya.
Setelah semua terlewati, Sania di gelisah karena ketakutan. Sosok Rio tak ada di dekatnya. dia mencari kesana-kemari di setiap sudut rumah itu, tapi tetap saja Rio tak menampakkan dirinya.
"Kau mencari ku?" tanya Rio yang mengejutkannya dari arah belakang.
Sania lega, karena pria itu tak meninggalkannya seorang diri.
***
Garret telah menikahi Aliza, keduanya kembali ke rumah tanpa berbicara sepatah katapun. Aliza hanya tak menyangka dia sudah nikahi pria hutan Canai. Garret melirik ke Aliza yang bersikap cuek, perempuan berambut panjang itu berlalu begitu saja ke dalam kamarnya. Garret juga masuk ke dalam kamar, berbaring di atas ranjang, bayangan kecantikan Aliza menggelayut di pelupuk matanya, menggoda jiwanya untuk berkhayal l*ar
"Tahan dirimu, Garret!" Tegas pada dirinya sendiri.
Ya, meskipun hasratnya kian menggebu, dia akan tetap menahan, Garret ingin menghargai keputusan Aliza agar mereka tetap menjaga jarak dulu. Tetap Garret tidak dapat berjanji bila harus menahan terus-menerus, karena bukan tanpa sebab, hasrat itu sudah diikat penghulu Canai dengan sangat kuat, dia dengan Aliza bak magnet yang tak dapat terpisah secara batin. Keduanya saling membutuhkan satu sama lain.
Dua jam berlalu, tetap saja Garret gelisah. Dia uring-uringan di kamarnya seorang diri memikirkan Aliza, menahan hasratnya. Karena tak ingin menganggu Aliza, Garret memutuskan untuk keluar dari rumah untuk sementara.
Garret mengitari hutan Canai untuk mengenyahkan hawa nafsunya, dari jauh dia melihat ada tiga juru kunci sedang bersemedi di gapura Canai. Garret mendekat untuk memastikan niat ketiga manusia itu.
Garret berada bersembunyi di balik pohon, dia menguping pembicaraan antara juru kunci Desa Kunan dengan penjaga gapura itu.
"Kami mohon, kembalikan dua anak manusia perempuan itu," ucap Juru kunci kepada penjaga gapura.
"Disini hanya ada satu perempuan yang kami sudah ikat, dan kami tidak akan melepaskan dia karena sudah menjadi milik warga kami," jelas penjaga gapura.
"Kami bertanggungjawab atas dirinya, keluarganya akan mencari mereka jika tak kembali, kami mohon .."
Penjaga gapura itu malah menutup pembicaraan dengan menghilangkan dirinya. Dia meninggalkan tiga juru kunci itu yang berharap bisa menemukan Aliza dan Sania kembali.
Garret tahu yang di maksud juru kunci itu salah satunya ialah istrinya, Aliza. Dia merasa bersalah karena menahan Aliza untuk kembali ke dunianya. Timbul ide Garret untuk memberikan kabar tentang keadaan Aliza pada ketiga juru kunci itu.
Dia berlari cepat untuk melemparkan pengikat rambut Aliza yang sempat ia kantongi. Cara itu agar ketiga juru kunci mengetahui Aliza ada di hutan Canai, dan sedang baik-baik saja.
"Ini ikat rambut gadis itu," ujar Kakek Latua mengambil pengikat rambut Aliza tepat jatuh di hadapannya.
Ketiga juru kunci itu telah memahami bahwa tamunya yang hilang masih dalam keadaan baik-baik saja. Isyarat itu sebagai simbol bahwa dia ditangani sangat baik oleh penghuni Canai.
***
"Hhh," Aliza yang tertidur mengeluarkan suara lirih.
Dia menikmati keindahan di alam mimpi sedang di perlakukan lembut oleh seorang pria.
Suara lirih Aliza kian nyaring. Di bawa sana ada yang menyentuh dengan lembut, sentuhan yang melemahkan seluruh syaraf-syarafnya.
Kedua tangan Aliza mencengkram bantal, dia masih berat untuk membuka matanya, namun dia begitu menikmati sensasi yang belum pernah ia rasakan itu. Di bagian bawahnya seperti ada yang bermain-main.
Aliza mengerang. Dia ingin mengeluarkan pelepasan untuk pertama kali. Sebelumnya Aliza belum pernah melakukan hubungan itu dengan pria manapun, sehingga ia terkejut dengan cara Garret.
Perlahan dia membuka matanya, mengintip di bawah area bawahnya, ada sosok pria yang sedang memuaskan hasratnya pula.
"Garret!" Aliza terkejut ingin membangunkan diri, tetapi Garret menahan tubuhnya.
"Aku berhak atas dirimu, aku suamimu." Garret menahan tubuh Aliza agar tak memberontak.
"Kamu sudah janji, tidak akan menyentuhku!" Aliza menagih janji Garret.
"Mana lebih utama, janji itu atau kewajiban istri terhadap suaminya?"
Aliza menelaah pertanyaan Garret. Dia lupa bahwa bagaimanapun Garret, pria itu sudah menjadi suaminya, sangat tidak adil bagi Garret bila harus menerima segala aturan Aliza, sementara dia seorang istri yang sudah di selamatkan dari maut.
"Aku minta maaf, aku memilki hasrat seorang pria yang tidak dapat aku bendung," ucap Garret seraya mengusap pipi Aliza.
Aliza berusaha lebih menerima lagi, ia melemahkan tubuhnya, memilih berbaring, memasrahkan dirinya pada Garret.
"Lakukan apa yang ingin kamu lakukan, suamiku .." Aliza mengucapkan itu seraya menganyam keikhlasannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Mr.VANO
alisa dan sania sdh jd peng uni cenai
2023-03-31
1
$uRa
waduh.ternyata Sania juga terperangkap ..di dunia gaib....
2023-03-01
0