Bab 12

Aliza dan rombongan keluarganya kembali ke kota, sepanjang perjalanan dia tak henti menangis, memilih banyak diam, bergumam menyebut nama Garret dan Dominic. Hampa tak bergairah untuk bernafas, setengah tahun ia hidup Canai penuh dengan canda tawa dihadirkan oleh Garret, namun kini dia telah kehilangan senyum itu untuk sementara waktu. Payudar* Aliza membengkak karena ASI-nya tak pernah di kuras. Dominic harus minum susu formula selama berpisah dengan Ibunya, tentu seorang Ibu dia merasa bersalah.

'Kamu lagi apa sama Ayah, nak?' Aliza bertanya-tanya dalam hatinya.

"Hei! Bengong aja, kamu masih trauma ya?" tanya Fuad tiba-tiba mengejutkannya.

Aliza tak merespon itu, segera dia menghapus air matanya. Sejak kemarin Fuad mengamati raut kesedihan Aliza. Dia bingung mengapa kekasihnya itu malah dirundung kesedihan setelah kembali ke dunia manusia.

"Apa ada sesuatu yang terjadi di sana?" tanyanya.

Aliza tak akan memberitahu siapapun kisah hidupnya di Canai, walaupun itu adalah Ibunya. Dia akan menyimpan rapat pernikahannya dengan Garret sampai waktu baik itu tiba.

"Tidak ada, aku hanya memikirkan Sania," sahutnya.

"Aku mengerti, tapi kamu harus juga hidup bahagia, aku sampai gak bisa tidur mikirin kamu, aku juga tahu kamu pasti begitu, kau kangen perhatian kamu, bahkan cincin pertunangan kita masih aku simpan," kata Fuad. Padahal sejak Aliza menghilang, dia malah bersenang-senang dengan Mayang.

Aliza tak memiliki empati lagi pada Fuad, rasa cintanya yang dulu kekeh diperjuangkan telah direnggut oleh Garret. Itu karena Aliza selalu memberi kasih sayangnya namun Fuad malah acuh, tak menghargai semua yang Aliza lakukan. Bahkan di hari ulangtahun Aliza, Fuad tak kunjung datang atau sekedar mengucapkan selamat.

"Aku minta maaf jika selama ini kamu merasa diabaikan, aku terlalu sibuk bekerja," ucap Fuad. Dia akan berusaha membuat Aliza merasa nyaman agar mereka segera menikah.

Fuad memegang tangan Aliza, namun Aliza segera menarik tangannya. Aliza tak nyaman, dia harus menjaga marwahnya sebagai istri Garret. Respon Aliza kian membuat Fuad geram, namun rasa jengkelnya itu tak ia tampakkan, dia mengontrol diri agar lebih bersikap lembut pada Aliza.

Merasa harus bergerak cepat, Fuad memanfaatkan kesempatan itu untuk melamar Aliza. Dia pun berdiri di tengah kapal untuk mengumumkan pada keluarga Aliza.

"Mohon perhatiannya, saya ingin mengumumkan, dan meminta restu pada Tante Ati, di kapal ini, di tengah laut yang biru ini, saya ingin melamar Aliza," papar Fuad.

Aliza tercengang, dia panik. Sementara Ibunya malah menepuk tangan yang paling keras saat itu, bahkan Ibunya menariknya agar berdiri di hadapan Fuad.

"A-aku tidak bisa Ibu," bisik Aliza.

"Ah, Ibu tahu kamu malu, hargai Fuad," kata Bu Ati.

Aliza tak ingin membuat keributan saat itu hanya turut untuk sementara waktu, di memasang mimik kecut, bahkan sesekali melempar pandangan dari Fuad yang sudah berlutut di hadapannya.

"Aliza Dwi Pratiwi, maukah kamu menikah denganku?" tanya Fuad dengan menyerahkan cincin pada Aliza.

Aliza menggelengkan kepalanya, menutup kembali kotak cincin itu. Dia tetap pada pendiriannya, pada kesetiaan cintanya untuk Garret seorang.

"Aku tidak bisa, maafkan aku, Fuad."

Fuad serasa dipermalukan saat itu, dia mengepal tangan menahan amarahnya. Bu Ati yang tidak enak malah meleburkan ketegangan itu.

"Mungkin Aliza masih trauma, berikan waktu Aliza untuk tenang dulu, dia pasti mau kok menikah dengan kamu, Fuad."

Aliza kembali ke tempat duduknya, sementara Fuad memilih ke toilet untuk menuntaskan kemarahannya.

"Perempuan sial! Tidak tau diri! Awas lu ya, kalau gua nikahin elo, gua bakalan bikin Lo menderita seumur hidup!"

Bu Ati mengamati sikap anaknya, dia pun bingung dengan penolakan Aliza kepada Fuad. Padahal, dari dulu Bu Ati tahu anaknya itu sangat mencintai Fuad, setiap malam sebelum tidur, Aliza selalu bercerita tentang Fuad kepadanya.

"Anakku, kau baik-baik saja 'kan?"

Aliza memandang kosong ke arah Ibunya, dia mengangguk saja lalu membuang lagi pandangannya ke laut. Di pikiran kacau, apakah dia sanggup menahan rindu selam sebulan? Sementara Ibunya pun sedang rawat jalan katanya kala itu.

"Aura kamu bercahaya, Nak. Apa saja yang kau lakukan di hutan itu?" tanya Ibunya.

"Aku diperlakukan dengan baik," sahut Aliza.

Bu Ati tertegun, "Oleh siapa?"

"Seseorang yang sangat baik, belum saatnya Ibu tahu," tuturnya.

***

Garret menidurkan Dominic lebih awal, anaknya itu sedari tadi menangis, minum susu pun hanya sedikit, matanya tak henti melirik sana-sini, tampaknya sedang mencari sosok Ibunya. Garret menghela nafas, bukan karena mengurus Dominic, melainkan rasa rindunya kepada Aliza.

"Kau pasti sedang berbahagia berkumpul dengan keluarga mu," gumam Garret.

Meskipun rindu, Garret bahagia jika Aliza Dalat berkumpul lagi dengan keluarganya, sebab selama enam bulan Aliza mengabdikan hidup untuknya seorang.

Dominic terbangun lagi, dia menangis, menggeleng-gelengkan kepala mencari keberadaan ASI-nya, Garret yang sudah menyerah menelpon pihak jasa 'baby sitter', cara ini agar Garret mampu menstabilkan emosional Dominic. Jasa pengasuh anak di Canai tersedia khusus dari kerajaan, tanpa imbalan ataupun upah, mereka mengabdikan diri ke kerajaan.

Tidak lama berselang, ada perempuan paruh baya yang sudah tiba. Dia bergegas menenangkan Dominic hingga tertidur.

"Jaga dia, aku ingin keluar," pinta Garret. Dia meninggalkan Dominic untuk menenangkan pikirannya pula.

Garret selalu dihantui bayangan dengan kejadian Aliza di peluk oleh Fuad, dia pun berpikir jika Aliza akan mengkhianati pernikahan mereka. Pikiran Garret berkecamuk, dia bar, Garret memesan minuman alkohol. Sebelumnya, dia bukan pria pemabuk, namun kepergian Aliza akan menjadi alasan tepat untuk dia mabuk-mabukkan setiap malam.

"Kau meninggalkanku, apakah kau akan kembali?" tanya Garret pada foto Aliza yang ada di ponselnya.

Di bar itu, dari kejauhan ada seorang wanita asli Canai memperhatikannya, wanita itu terpesona dengan ketampanan Garret. Wanita itu tahu Garret sedang mengalami frustasi, dia pun berinisiatif untuk menyapa Garret.

"Hai, apakah aku boleh duduk disini bersama mu?" tanya wanita itu.

Garret malah mengacuhkannya, dia malah memandangi foto Aliza tanpa jeda. Wanita itu mencuri pandang ke ponsel Garret, dia pun mengerti saat itu Garret sedang menghadapi permasalahan asmara.

"Itu kekasihmu? Cantik juga," kata wanita itu membuka topik pembicaraan.

Garret tak menggubrisnya, seakan tak ada seseorang disampingnya saat itu.

"Aku Trisia, kau sepertinya baru datang di tempat ini, aku bum pernah melihat mu sebelumnya."

Garret yang mabuk tak peduli itu, dia bergumam menyebut nama Aliza terus-menerus. Wanita itu tampak kesal karena diabaikan. Dia menambahkan bir lagi di gelas Garret, mengajak Ayah Dominic itu mabuk bersama.

"Mari kita senang-senang malam ini, hilangkan frustasi mu sejenak," kata wanita itu.

Garret malah memilih pergi dari bar itu, namun ponselnya malah tertinggal di meja. Dengan langkah gontai, dia menuju ke mobilnya untuk kembali pulang.

Terpopuler

Comments

Mr.VANO

Mr.VANO

kita liat,,,berapa setiany Gerald,,,menunggu Alisa kembali

2023-03-31

1

$uRa

$uRa

dunia jin memang setia

2023-03-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!