...༻✡༺...
Bulan madu adalah sesuatu yang membahagiakan untuk sepasang pengantin baru. Berbagai kegiatan romantis biasanya akan dilakukan. Hal tersebut akan menambah hubungan semakin intim. Tapi bagaimana jika bulan madu dilakukan oleh sepasang pengantin yang tidak saling mencintai?
Defan memejamkan mata. Dia masih dalam keadaan telanjang dada. Hanya mengenakan handuk di pinggang.
Tak lama kemudian, Disha keluar dari kamar mandi. Dia menatap malas Defan. Lalu mematikan musik.
"Sengaja bikin keributan ya? Berisik tahu! Pesan kamar lain gih," ujar Disha sembari memukul perut Defan dengan bantal. Lelaki itu sontak terbangun dan segera merubah posisi menjadi duduk.
"Anjir! Kaget aku, Sha!" Defan tersentak. Menatap Disha dengan mata memicing.
"Kalau mau tidur pakai baju!" kata Disha sembari membilas rambut basahnya dengan handuk.
Defan mendengus kasar. Dia segera membuka kopernya. Seluruh pakaian yang ada di sana langsung keluar semua.
"Apa-apaan itu!" tegur Disha.
"Bukan apa-apa." Defan menanggapi dengan malas. Dia segera mengambil salah satu pakaian.
"Bukan apa-apa bagaimana? Baju-bajumu berhamburan gitu!" timpal Disha.
"Kau kemarin menyuruhku menyusunnya sendiri," sahut Defan. Dia sudah memilih pakaian yang akan dikenakannya. Defan memutar tubuh membelakangi Disha.
"Dasar laki! Semua laki di dunia kayaknya sama ya! Suka asal naruh barang," gerutu Disha. Dia berjongkok di belakang Defan. Berinisiatif merapikan pakaian lelaki itu.
"Aku mau ganti pakaian, Sha." Defan berucap sambil melepas handuk dari pinggang. Dia melakukannya tanpa menunggu persetujuan dari Disha terlebih dahulu.
Disha bergegas mengalihkan pandangan. Dia mendengus kasar. Disha merasa dirinya harus membiasakan diri terhadap kelakuan Defan yang begitu santai.
"Jam delapan malam nanti kita ada jadwal makan malam romantis di restoran," imbuh Disha.
"Aku tahu." Defan menjawab singkat. Dia dan Disha memutuskan beristirahat sejenak. Ketika jam 07. 35 malam tiba, keduanya segera bersiap pergi ke restoran.
"Apa sebaiknya kita mengenakan pakaian formal supaya benar-benar terlihat seperti pasangan?" tanya Disha. Dia sudah menenteng dua gaun pilihannya.
"Tidak usah. Lagian kita mau berdandan untuk siapa? Keluarga kita juga tidak akan tahu. Kita pergi ke restoran untuk mengisi perut saja," sahut Defan tak acuh. Dia bahkan tidak menatap Disha. Defan sibuk dengan layar ponsel.
"Benar juga sih. Aku pakai sweater saja deh. Lagian di sini lagi musim gugur." Disha sependapat dengan Defan.
Waktu menunjukkan jam 8 malam. Defan dan Disha mendatangi restoran mewah. Wajah keduanya langsung memerah tatkala menyaksikan semua orang mengenakan pakaian formal. Itu memang wajar, karena restoran yang didatangi mereka adalah tempat orang-orang elit. Hanya orang kaya dan melakukan reservasi dari jauh-jauh hari saja yang bisa makan di sana.
"Sudah kubilang harusnya kita mengenakan pakaian formal." Disha mendelik. Dia bicara dengan nada berbisik. Disha juga tak lupa menghukum Defan dengan senggolan siku.
"Mana aku tahu!" Defan balas berbisik.
"Bonjour..." Seorang pelayan menyapa. "Kenalkan namaku Janvier. Kepala pelayan yang memimpin di sini," lanjutnya dengan bahasa kesatuan dunia. Yaitu bahasa Inggris.
"Aku Defan dan dia istriku Disha." Defan membalas dengan ramah. Dia segera menyerahkan bukti reservasi. Sedangkan Disha mengembangkan senyuman manis untuk menyapa Janvier.
"Boleh aku tahu nama belakang kalian?" tanya Janvier.
"Dirgantara!"
"Danendra!"
Defan dan Disha menjawab serentak. Namun beda penyebutan. Keduanya reflek saling bertukar pelototan. Mulut mereka komat-kamit seolah saling balas mengomeli.
Janvier tersenyum kecut. Meskipun begitu, dia mencoba memaklumi. "Lupakan, kalian bisa langsung duduk dan pesan makanannya," sarannya.
"Pakaian kalian sangat bagus," puji Janvier. Sebelum beranjak pergi.
Defan menatap Janvier yang menjauh dengan sinis. "Dia sarkastik," ungkapnya.
"Lupakanlah. Tujuan kita ke sini hanya untuk makan bukan?" tanggap Disha.
"Kau benar. Lagi pula aku tidak menanggung malu sendirian."
"Beruntung aku sahabatmu." Disha mengusap kasar puncak kepala Defan.
"Jangan ah! Capek menyisirnya tahu," hardik Defan. Dia menjauhkan tangan Disha dari kepala. Gadis itu tergelak.
Di panggung, terlihat para musisi mulai memainkan musik. Lagu bernuansa klasik dan elegan lantas diperdengarkan. Beberapa pasangan bahkan ada yang berdansa.
Disha dan Defan sama-sama meringis jijik melihat suasana romantis di sekeliling mereka. Keduanya mulai tidak nyaman saat seluruh pasangan sudah berdansa. Hanya Defan dan Disha yang masih duduk termangu di tempat.
"Aku merasa sangat mual sekarang," cetus Disha.
"Apa kau ingin makan di tempat lain saja?" sahut Defan.
"Itu lebih baik." Dia dan Defan segera pergi saling berpegangan tangan.
"Hei! Kalian mau kemana? Makanannya belum siap!" seru Janvier. Heran dengan Disha dan Defan yang tiba-tiba pergi dari restoran. "Aku tidak yakin mereka benar-benar pasangan kekasih," komentarnya.
...***...
Disha dan Defan masuk ke dalam lift. Kebetulan mereka hanya berduaan di sana.
"Aku sangat lega sekarang," ungkap Defan.
"Sama. Aku heran kenapa orang mau membuang waktu untuk berdansa." Disha bergidik ngeri.
"Sumpah, Sha. Aku senang banget kau juga nggak suka begituan. Nggak salah aku pilih kamu jadi istri kontrakku," sahut Defan.
"Itulah alasan aku lebih memilihmu dibanding Kroco." Disha menoleh ke arah Defan. Hal serupa juga dilakukan lelaki tersebut. Keduanya saling bertukar pandang dalam sepersekian detik.
Entah kenapa jantung Defan berdebar saat mendengar Disha berucap begitu. Merasa terbawa suasana, Defan bergegas membuang muka. Dia benar-benar tidak mengerti terhadap debaran yang dirinya rasakan sekarang.
"Akhir-akhir ini Kroco aneh banget nggak sih?" ucap Disha. Dia mengingat pernyataan Dimas tempo hari. Entah kenapa Disha terus teringat dengan hal itu.
"Sejak dulu dia memang--"
"Aaaarrkhhh!!!"
Teriakan Disha membuat ucapan Defan terpotong. Keduanya sama-sama dibuat kaget dengan listrik yang mendadak padam. Keadaan itu membuat pergerakan lift sontak terhenti.
Disha langsung memeluk Defan dengan erat. Dia menenggelamkan wajahnya ke dada bidang lelaki tersebut. Gadis itu menutup mata sambil merengek.
"Aku takut, Toy..." lirih Disha. Dia akhirnya menangis. Keadaan gelap membuatnya takut. Ditambah Disha dan Defan sedang berada di dalam lift. Keduanya terperangkap di sana.
Defan menenggak salivanya sendiri. Tidak seperti sebelumnya, kini dia sama sekali tidak terganggu dengan pelukan erat Disha. Selain karena merasa sedikit panik, dia juga merasa pelukan Disha membuatnya lebih tenang.
"Kita tunggu. Mungkin sebentar lagi listriknya akan menyala," kata Defan seraya merogoh saku celana. Dia mengambil ponsel dan menyalakan senter.
Merasa ada kilatan cahaya, Disha berhenti menangis. Dia perlahan membuka mata. Walaupun begitu, Disha masih dalam keadaan mendekap Defan.
"Sudah nggak gelap lagi, Sha..." tutur Defan sembari melepas pelukan Disha. Sungguh, pelukan Disha membuat perasaannya tidak karuan. Debaran itu kembali lagi.
Disha terdiam. Dia mengamati keadaan. Sadar kalau dirinya terjebak di dalam lift, Disha kembali memeluk Defan.
"Aku takut, Toy... Hiks... Aku benar-benar takut..." Disha memecahkan tangis. Dia juga sesekali mengusap wajahnya ke dada Defan. Hal itu menyebabkan Defan harus kembali menenggak ludahnya sendiri.
'Sial! Aku kenapa?' Defan hanya bisa merutuk dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Kamiem sag
itu debaran krn otong berontak Def
2024-05-12
1
Bzaa
otewe gak letoy kykny
2023-06-24
0
Pagar Hasibuan
Takut ya
2022-12-09
0