...༻✡༺...
"Benarkah? Itu kabar yang sangat bagus. Kapan kalian ingin mengurusnya? Perlukah kita melakukan pertemuan keluarga?" Zerin sangat antusias saat mendengar pernyataan Defan.
Berbeda dengan Zidan. Dia masih merasa curiga. Mengingat semuanya terjadi terlalu cepat. Oleh sebab itu, Zidan ingin memastikan kesungguhan Defan.
"Tidak, Tante! A-aku dan Defan masih harus menyiapkan banyak hal." Disha segera angkat suara. Ia sangat heran kenapa Defan bicara tentang pernikahan semudah itu.
"Kalau kalian benar-benar sudah berpacaran selama tiga tahun, maka tidak masalah jika ingin mengurus pernikahan sekarang. Besok kita bisa langsung mengadakan acara lamaran," cetus Zidan. Dia sengaja mendesak karena ingin mengetahui kesungguhan sang putra. Zidan yakin, jika Defan berbohong, maka putranya tersebut akan ragu untuk menyetujui.
"Tentu saja bisa. Tapi besok mungkin terlalu cepat. Aku dan Disha akan siap melakukannya minggu depan," tanggap Defan.
Mata Disha mendelik. Dia mencubit pangkal paha Defan sekuat tenaga. Lelaki itu menahan rasa sakit dengan cara mengatupkan bibir serapat mungkin. Defan buru-buru menjauhkan tangan Disha. Lalu melakukan pembalasan dengan menginjak kaki gadis itu.
"Aaa!" Disha reflek berteriak.
"Kau kenapa, Sha?" Zerin lantas khawatir.
"Ada nyamuk, Tante..." kilah Disha seraya menggaruk kakinya. Bersamaan dengan itu, dia melirik tajam ke arah Defan.
"Kamu baik-baik saja? Mau aku belikan lotion anti nyamuk?" Defan sengaja menunjukkan perhatian.
Sekarang Disha benar-benar menyesal sudah setuju untuk berpura-pura menjadi pacar Defan. Segalanya menjadi runyam hanya karena satu kebohongan.
Zerin mengerutkan dahi. Dia merasa setengah percaya terhadap alasan yang diberikan Disha. Terlebih mereka berada di restoran kelas atas. Sulit menemukan nyamuk di tempat yang bersih dan terawat seperti ruang VIP.
Zerin bertukar pandang dengan Zidan. Zerin mulai merasa kalau Defan dan Disha cukup mencurigakan.
"Bagaimana? Apa kau mempercayaiku sekarang? Aku yakin Defan dan Disha sengaja berbohong," bisik Zidan kepada Zerin.
"Mereka memang agak mencurigakan. Tapi bisakah kita memberi mereka waktu? Dengan begitu, kita bisa tahu apakah mereka serius atau tidak." Zerin balas berbisik.
"Aku tidak akan memberi mereka waktu. Aku lebih ingin melihat mereka benar-benar menikah. Jika itu terjadi, maka aku akan percaya dengan hubungan mereka."
"Kau benar juga." Zerin setuju dengan asumsi Zidan. Keduanya mengangguk bersamaan. Pertanda bahwa mereka sudah satu pendapat.
Di sisi lain, Defan dan Disha juga diam-diam saling bicara. Keduanya juga bicara dengan nada berbisik.
"Apa kau gila, Toy?! Aku ingin sekali menggampar dan mengomelimu sekarang!" bisik Disha dengan nada pelan namun penuh penekanan.
"Aku melakukan ini karena setuju dengan ide mengenai nikah kontrak yang kau bilang kemarin malam," sahut Defan.
"Nikah kontrak? Aku yang mengusulkannya?!"
"Ya. Kalau nggak percaya, tanya saja Kroco!"
Disha terdiam seribu bahasa. Dia mengulik ingatannya tadi malam. Terutama ketika dirinya sedang mabuk. Setelah berusaha keras mengingat, Disha akhirnya bisa ingat mengenai idenya terkait pernikahan kontrak.
"Ya sudah, Disha. Bersiaplah minggu depan. Kami dan Defan akan mendatangi keluargamu untuk melakukan lamaran," ungkap Zidan. Membuyarkan segala lamunan Disha. Wajah gadis itu seketika memucat. Dia bahkan tidak terkejut lagi.
"Iya, Pa. Aku dan Disha akan bersiap," kata Defan. Kini Disha hanya bisa mendengus kasar. Ia tidak bisa membantah bahwa masalah yang terjadi sekarang akibat dari perbuatannya sendiri.
'Kenapa aku mengatakan itu saat mabuk?' batin Disha yang bingung kepada dirinya sendiri. 'Tapi setelah dipikir-pikir, itu memang ide yang bagus. Lagi pula, anunya Defan ya begitu. Mungkin menjadikannya suami adalah pilihan tepat. Ditambah kami juga bersahabat. Segalanya pasti akan berjalan sesuai rencana," sambungnya. Perlahan Disha mengembangkan senyuman tipis. Dia sudah membayangkan dirinya lepas dari desakan keluarga mengenai jodoh.
"Benar, Om, Tante... Aku dan Defan yakin akan siap minggu depan." Raut wajah Disha berubah menjadi cerah. Dia juga memegang tangan Defan. Lelaki itu lantas menautkan jari-jemarinya ke tangan Disha. Keduanya saling bertukar pandang dan tersenyum. Zerin dan Zidan tentu menyaksikan kedekatan mereka. Kecurigaan pasutri itu perlahan menyusut.
Selepas makan siang berakhir, Defan dan Disha bicara empat mata. Keduanya baru masuk ke mobil. Mereka mendengus lega karena dapat melalui kecurigaan Zerin dan Zidan.
"Jadi, kau setuju untuk nikah kontrak kan?" tanya Defan.
"Aku awalnya agak kaget karena mendengar kau ingin menikah denganku. Tapi setelah tahu kalau niatmu adalah nikah kontrak, aku tentu setuju. Harusnya kau beritahu aku sejak awal! Sikapku jadi terlihat aneh tadi," sahut Disha.
"Lupakan tentang yang tadi. Itu wajar karena dilakukan tanpa persiapan. Tapi untuk selanjutnya, kita bisa melakukan lebih baik."
"Ya, tentu saja. Karena aku sudah meyakinkan kedua orang tuamu, sekarang giliranmu untuk meyakinkan keluargaku. Aku akan membuat acara makan malam besok di rumah. Saat itulah aku akan memberitahu keluargaku kalau kita sudah lama menjalin hubungan."
"Oke. Itu bisa diatasi. Sekarang sebaiknya kau turun dari mobilku. Ada banyak pekerjaan yang harus aku urus." Defan memeriksa arloji yang melingkar di pergelangan tangan.
"Kau pikir aku tidak?" Disha langsung keluar dari mobil Defan. Dia segera pergi dengan mobilnya sendiri.
Semenjak itu, Disha dan Defan telah sepakat untuk melakukan pernikahan kontrak.
...***...
Selepas 24 jam tidak kembali ke rumah, Disha akhirnya pulang. Dia langsung kena omelan dari Mona. Bukan saja karena penolakan gadis itu terhadap perjodohan, tetapi juga menghilangnya dia selama semalaman.
"Kau kemana saja semalam?!" timpal Mona sambil berkacak pinggang.
"Aku kerja, Mah. Terus ngumpul sama teman-teman," jawab Disha seraya masuk ke kamar. Mona lantas mengikuti dengan semburat wajah sangarnya.
"Kau sudah benar-benar gila kerja! Itulah alasan aku terus menjodohkanmu! Kemarin aku baru saja bertemu dengan Enita. Dia bilang kau tidak akan bisa mendapat jodoh kalau tidak menikah sebelum umur 30 tahun!" ujar Mona. Enita sendiri merupakan teman dekatnya yang ahli meramal dan memiliki bakat memprediksi masa depan.
Disha berdecak kesal. Sebenarnya sudah berulang kali Mona berucap begitu. Hal tersebut memang wajar. Karena setahu Disha, ramalan yang diberikan Enita selalu tepat sasaran. Mungkin itulah yang membuat Mona merasa cemas sampai sekarang. Ditambah, tahun ini usia Disha akan genap 29 tahun.
'Pas sekali hari ini aku sudah membuat rencana dengan Defan. Mulai hari ini, Mamah pasti akan berhenti berceloteh,' batin Disha. Dia berbalik menghadap Mona.
"Aku punya alasan menolak semua lelaki yang kau jodohkan, Mah..." ucap Disha.
"Alasan?" Mona mengerutkan dahi.
"Aku sudah punya pacar. Aku saling jatuh cinta dengan sahabatku sendiri. Dia adalah Defan, Mah!" ungkap Disha.
Mona membulatkan mata. Satu tangannya juga reflek menutupi mulut.
"De-defan? Anak dari keluarga Dirgantara itu kan?" Mona memastikan. Disha otomatis menjawab dengan anggukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Kamiem sag
Mona dan Ze berteman bukan
2024-05-11
0
Emn Sc
nikah kontrak .. tar .kontrak abis . perpanjang ld.
2023-10-15
0
Bzaa
kontrak seumur hidup🤣
2023-06-23
0