Bab 7 - Ramalan Dari Enita

...༻✡༺...

Waktu menunjukkan jam tujuh malam. Mona sudah menyiapkan segala kebutuhan di meja makan. Dia juga memaksa seluruh keluarga Danendra untuk meluangkan waktu bersama.

"Kau yakin Disha berpacaran sama Defan? Hubungan mereka terasa tidak seperti itu. Aku bahkan sering mendengar mereka saling mengejek dengan kata kasar," imbuh Anas. Dia merupakan ayah kandung Disha. Anas juga tidak jarang mendesak Disha untuk menikah. Tetapi desakannya tidak separah Mona.

"Tidak ada yang mustahil. Kita tidak tahu kapan Defan dan Disha jatuh cinta. Kau tahu sendiri kalau jodoh itu tidak bisa ditebak. Bukankah harusnya kau senang? Ini kabar baik bukan? Disha bahkan membicarakan perihal pernikahan," sahut Mona sembari merapikan gelas yang ada di meja.

"Aku memang senang. Tapi aku hanya tidak menyangka lelaki itu adalah Defan." Anas baru saja duduk ke kursi.

"Begitulah jodoh datang. Tidak ada yang bisa menebak siapa dan kapan." Mona terlihat begitu sumringah.

"Apa kau pernah mendengar rumor tentang Defan? Aku dengar dia menderita..." Anas berhenti bicara sejenak. Dia menengok ke kiri dan kanan. Memastikan tidak ada anak keduanya yang bernama Dika.

Setelah yakin keadaan aman, Anas melanjutkan, "Dia menderita impoten..."

"Ah! Beberapa hari lalu aku melakukan perawatan di klinik ibunya Defan. Katanya itu hanya gosip. Tidak benar adanya. Seorang dokter seperti dia tidak akan berbohong kan?" tanggap Mona tenang.

"Aku rasa itu benar!" ucap Dika yang mendadak muncul. Kedatangannya membuat Anas dan Mona tersentak kaget.

"Dika! Sejak kapan kau di sana?" timpal Anas. Dia merasa Dika tidak seharusnya mendengar pembicaraannya dan Mona.

"Kak Defan sepertinya benar-benar menderita impoten. Aku sering mendengar Kak Disha mengejeknya dengan sebutan letoy," ujar Dika dengan raut wajah serius.

"Dika!" pekik Mona. Dia menegur dengan pelototan mata. Mona segera mendelik ke arah Anas. "Kau! Ngapain juga bicara begituan," timpalnya kepada sang suami.

Anas mengabaikan Mona dan Dika. Dia berpura-pura batuk. Lalu meminum air putih.

Tak lama kemudian, Enita datang. Mona memang sengaja mengundangnya agar bisa mengetahui bagaimana hubungan Disha dan Defan. Mengingat Enita memiliki bakat meramal dan mampu memprediksi masa depan. Dia biasanya bisa mengetahui hal itu dari sikap serta tatapan mata seseorang.

"Mana Disha dan Defan? Mereka belum datang?" tanya Enita seraya duduk ke kursi.

"Belum. Pasti sebentar lagi," jawab Mona antusias.

Di waktu yang sama, Disha dan Defan sedang dalam perjalanan menuju rumah Danendra. Keduanya sama-sama baru pulang dari kantor.

"Aku rasa kita harus menyiapkan banyak hal. Keluargaku pasti penasaran dengan hubungan kita. Apalagi Mamahku. Rasa ingin tahunya sangat tinggi," cetus Disha sambil memegang ponsel. Dia membuka aplikasi catatan. Di sana Disha sudah mencatat kemungkinan pertanyaan yang akan diberikan keluarganya.

"Katakan saja. Aku mendengarkan," sahut Defan.

"Pertama, aku pikir kita harus merancang cerita bagaimana awal mula kita berpacaran. Jadi aku akan mengatakan kalau kau jatuh cinta kepadaku dan menyatakan cinta lebih dulu," ucap Disha.

"Aku tidak setuju. Harusnya kau yang lebih dulu jatuh cinta kepadaku," tolak Defan dengan dahi yang berkerut samar. Dia memang tipe lelaki yang mencintai dirinya sendiri lebih dari apapun. Tidak heran, Defan seringkali tak mau mengalah. Apalagi dari sahabatnya sendiri.

"Apa?! Dimana-mana lelaki yang menyatakan cinta lebih dulu! Enak saja aku yang jatuh cinta lebih dulu. Aku nggak setuju!" balas Disha.

"Pokoknya aku tidak mau tahu! Kau yang lebih dulu jatuh cinta kepadaku!" Defan bersikeras.

"Kau yang jatuh cinta lebih dulu kepadaku!" Disha tak ingin kalah. Sebenarnya ini bukan pertama kali dia dan Defan berdebat. Mereka memang sering cekcok saat memiliki pendapat berbeda. Mungkin karena itulah Disha menyebut Defan lebih menyebalkan dibanding Dimas.

"Kau!" Defan tetap pada pendiriannya.

"Kau!" Disha sama kerasnya seperti Defan.

"Kau!"

"Kau!"

Beberapa menit berlalu. Disha dan Defan masih belum berhenti berdebat. Sampai akhirnya mereka tiba di tempat tujuan.

"Sial! Aku bahkan belum selesai dengan cerita awal kita berpacaran," umpat Disha. Ketika mobil Defan sudah memasuki wilayah pekarangan rumah.

"Ini gara-gara kau tidak mau mengalah." Defan menyalahkan Disha.

"Enak saja. Harusnya kau yang mengalah. Pokoknya, yang jatuh cinta lebih dulu itu adalah kau ya. Awas saja kalau kau tidak cerita begitu pas ditanya," tukas Disha sembari mengacungkan jari telunjuk ke wajah Defan.

"Eh, aku--" Defan ingin menyahut, tetapi Disha sudah keluar dari mobil. Gadis itu memang sengaja meninggalkan Defan lebih dulu.

Defan mendengus kasar. Dia segera mengikuti Disha masuk ke dalam rumah. Hingga keduanya disambut oleh semua orang yang menunggu.

Defan juga saling berkenalan dengan Enita. Keduanya memang baru pertama kali bertemu. Jadi Defan masih belum tahu mengenai bakat meramal yang dimiliki Enita.

Disha dan Defan duduk bersebelahan. Sungguh, keduanya merasa sangat canggung. Terlebih atensi semua orang tertuju kepada mereka.

"Kalian benar-benar berpacaran?" tanya Anas. Memulai pembicaraan.

Disha menyenggol kaki Defan. Menyuruh lelaki itu untuk menjawab.

"Iya, Om. Sudah tiga tahun lebih. Tapi baru sekarang kami berani mengatakannya kepada semua orang." Defan segera angkat suara setelah mendapat senggolan dari Disha.

"Aku benar-benar tidak menduga," tanggap Anas.

"Kalau boleh tahu, siapa yang jatuh cinta duluan?" tanya Mona. Melanjutkan pembicaraan.

Prediksi Disha benar seratus persen. Dia menjawab, "Defan yang lebih dulu..."

"Aku? Bukankah kau yang lebih dulu menunjukkan rasa sukamu kepadaku?" Defan ternyata tetap pada pilihannya.

Pupil mata Disha membesar. Dia ingin sekali menampar pipi Defan sekarang. Meskipun begitu, Disha tidak mau mengalah. Jadi dirinya lebih memilih merubah topik pembicaraan.

"Lupakan. Aku dan Defan mungkin tidak akan menceritakannya. Itu agak memalukan bagi kami. Yang jelas kami berniat ingin menikah dalam waktu dekat," ujar Disha.

"Ya, minggu depan aku dan keluargaku akan datang ke sini untuk melakukan lamaran," ungkap Defan. Dia dan Disha memaksakan diri untuk tersenyum.

"Itu benar-benar kabar baik. Kalau begitu kami juga akan bersiap untuk minggu depan," sahut Mona. Dia dan Anas tampak tersenyum simpul.

"Senyuman Kak Disha kok begitu? Lebay! Kayak senyuman pura-pura tahu nggak," tukas Dika gamblang. Dia segera kena geplakan di jidat dari Mona.

"Kakaknya lagi bahagia kok malah ngomong gitu," geram Mona.

"Dih! Nanti kalau kau sudah besar pasti bakal ngerasain," kata Disha. Dia sengaja menahan diri. Padahal biasanya jika mendengar Dika mengkiritik, maka Disha seringkali menjewer telinga remaja berusia 15 tahun tersebut.

Satu-satunya orang yang tidak bicara hanyalah Enita. Dia begitu serius memperhatikan Disha dan Defan. Itu terus dilakukannya sampai sesi makan malam selesai.

Defan yang merasa tidak nyaman, berbisik ke telinga Disha. "Teman Mamahmu itu kenapa terus menatap kita," ujarnya.

"Dia memang begitu. Pokoknya jangan balas tatapannya." Disha balas berbisik. Dia memang sering merasa tidak nyaman dengan kehadiran Enita. Aura wanita itu memang agak mengancam. Meskipun begitu, Disha tidak pernah mempercayai ramalan yang dikatakan oleh Enita.

Kini semua orang tengah menyantap hidangan pencuci mulut. Saat itulah Enita angkat suara.

"Aku melihat bintang yang bersinar terang untuk hubungan kalian," celetuk Enita. Masih menatap Defan dan Disha. Semua orang sontak terdiam.

"Jika kalian menikah, rumah tangga kalian akan berjalan sangat baik dan membahagiakan. Bahkan penuh gairah," ungkap Enita.

Mona yang mendengar tersenyum lebar sambil menyatukan tangan ke depan dada. "Kau merasakan itu, Nit?" tanyanya memastikan.

"Ya, meski apa yang kulihat sekarang tampak seperti kepalsuan, tapi kepalsuan itu hanya akan berselang sesaat," jelas Enita.

"Hahaha! Candaanmu lucu sekali. Seperti peramal saja. Aku tentu berharap yang kau katakan itu terjadi. Tapi yang jelas tidak ada kepalsuan yang terjadi." Defan tertawa hambar. Dia menganggap Enita sedang bercanda.

Disha lekas menyenggol Defan dengan siku. Lelaki itu otomatis terdiam.

"Dia tidak bercanda. Tante Enita memiliki bakat bisa membaca masa depan seseorang," bisik Disha. Meskipun begitu, dia skeptis terhadap pernyataan Enita. Terlebih wanita itu menyebut rumah tangga Disha dan Defan bahagia. Bagi Disha itu jelas tidak mungkin, karena pernikahan yang dilakukannya dengan Defan hanyalah pernikahan kontrak.

'Sudah kuduga. Ramalannya tidak bisa dipercaya. Dasar pembohong,' batin Disha tak percaya. 'Atau mungkin dia membicarakan bagaimana bahagianya aku dan Defan saat bisa fokus bekerja. Ah.. Aku sudah tidak sabar bisa menikmati hidup tanpa tuntutan dari Mamah,' sambungnya menduga.

Terpopuler

Comments

Kamiem sag

Kamiem sag

mungkin

2024-05-11

0

Emn Sc

Emn Sc

mungkin seiring berjalannya waktu dg tiap hr hidup bersama. ..akan tumbuh rasa sayang dan cinta Mereka

2023-10-16

0

Bzaa

Bzaa

inget .. tidak ada yg tidak mungkin dis

2023-06-23

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Kapan Nikah?
2 Bab 2 - Ide Saat Mabuk
3 Bab 3 - Kekacauan Saat Disha Mabuk
4 Bab 4 - Rencana Nikah Kontrak
5 Bab 5 - Saling Mengaku Sudah Berpacaran
6 Bab 6 - Bualan Tiga Sahabat
7 Bab 7 - Ramalan Dari Enita
8 Bab 8 - Daftar Kontrak Nikah
9 Bab 9 - Hari Lamaran
10 Bab 10 - Fitting Gaun Pengantin
11 Bab 11 - Cinta & Persahabatan [Bonus Visual]
12 Bab 12 - Apakah Mereka Melakukannya?
13 Bab 13 - Sahabat Tapi Seranjang
14 Bab 14 - Menonton Film Romantis
15 Bab 15 - Sandiwara Di Atas Ranjang
16 Bab 16 - Terpaksa Bulan Madu
17 Bab 17 - Tentang Jerry
18 Bab 18 - Perang Lepas Pakaian
19 Bab 19 - Mulai Berdebar
20 Bab 20 - Black Cohosh & Chasteberry
21 Bab 21 - Ontong Bangkit!
22 Bab 22 - Perasaan Disha
23 Bab 23 - Sikap Aneh Defan
24 Bab 24 - Drunk In Amsterdam
25 Bab 25 - Rasa Sakit Misterius
26 Bab 26 - Nyamuk Amsterdam
27 Bab 27 - Menyerah Karena Desa*han
28 Bab 28 - Pengakuan Dimas
29 Bab 29 - Bubur Bebek
30 Bab 30 - Siapa Pelakunya?
31 Bab 31 - Bertahan Untuk Sementara
32 Bab 32 - Pengakuan Defan
33 Bab 33 - Dihamili Suami?
34 Bab 34 - Kata Maaf Tak Cukup!
35 Bab 35 - Terbiasa
36 Bab 36 - Sarapan Asin
37 Bab 37 - Mengejar Cinta Disha [1]
38 Bab 38 - Mengejar Cinta Disha [2]
39 Bab 39 - Mengejar Cinta Disha [3]
40 Bab 40 - Kiss, Rain, & Sunset In The Sea
41 Bab 41 - Gagak
42 Bab 42 - Masa-Masa Bahagia
43 Bab 43 - Anak Pertama
44 Bab 44 - Anak Kedua
45 Bab 45 - Oh Yes, Sayang! [1]
46 Bab 46 - Oh Yes, Sayang! [2]
47 Bab 47 - Telepon Dari Dimas
48 Bab 48 - Bertemu Dimas Lagi
49 Bab 49 - Hubungan Kontrak Lainnya
50 Bab 50 - Ending
51 Novel Genre Dewasa!
52 Novel Baru [Bukan Sugar Baby Biasa]
53 Novel Giana [My Hot VIP Guest]
54 Pengumuman!
55 Novel Teman Ranjang Favorit Tuan Muda
56 Novel Impoten : Ritual Bergairah
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1 - Kapan Nikah?
2
Bab 2 - Ide Saat Mabuk
3
Bab 3 - Kekacauan Saat Disha Mabuk
4
Bab 4 - Rencana Nikah Kontrak
5
Bab 5 - Saling Mengaku Sudah Berpacaran
6
Bab 6 - Bualan Tiga Sahabat
7
Bab 7 - Ramalan Dari Enita
8
Bab 8 - Daftar Kontrak Nikah
9
Bab 9 - Hari Lamaran
10
Bab 10 - Fitting Gaun Pengantin
11
Bab 11 - Cinta & Persahabatan [Bonus Visual]
12
Bab 12 - Apakah Mereka Melakukannya?
13
Bab 13 - Sahabat Tapi Seranjang
14
Bab 14 - Menonton Film Romantis
15
Bab 15 - Sandiwara Di Atas Ranjang
16
Bab 16 - Terpaksa Bulan Madu
17
Bab 17 - Tentang Jerry
18
Bab 18 - Perang Lepas Pakaian
19
Bab 19 - Mulai Berdebar
20
Bab 20 - Black Cohosh & Chasteberry
21
Bab 21 - Ontong Bangkit!
22
Bab 22 - Perasaan Disha
23
Bab 23 - Sikap Aneh Defan
24
Bab 24 - Drunk In Amsterdam
25
Bab 25 - Rasa Sakit Misterius
26
Bab 26 - Nyamuk Amsterdam
27
Bab 27 - Menyerah Karena Desa*han
28
Bab 28 - Pengakuan Dimas
29
Bab 29 - Bubur Bebek
30
Bab 30 - Siapa Pelakunya?
31
Bab 31 - Bertahan Untuk Sementara
32
Bab 32 - Pengakuan Defan
33
Bab 33 - Dihamili Suami?
34
Bab 34 - Kata Maaf Tak Cukup!
35
Bab 35 - Terbiasa
36
Bab 36 - Sarapan Asin
37
Bab 37 - Mengejar Cinta Disha [1]
38
Bab 38 - Mengejar Cinta Disha [2]
39
Bab 39 - Mengejar Cinta Disha [3]
40
Bab 40 - Kiss, Rain, & Sunset In The Sea
41
Bab 41 - Gagak
42
Bab 42 - Masa-Masa Bahagia
43
Bab 43 - Anak Pertama
44
Bab 44 - Anak Kedua
45
Bab 45 - Oh Yes, Sayang! [1]
46
Bab 46 - Oh Yes, Sayang! [2]
47
Bab 47 - Telepon Dari Dimas
48
Bab 48 - Bertemu Dimas Lagi
49
Bab 49 - Hubungan Kontrak Lainnya
50
Bab 50 - Ending
51
Novel Genre Dewasa!
52
Novel Baru [Bukan Sugar Baby Biasa]
53
Novel Giana [My Hot VIP Guest]
54
Pengumuman!
55
Novel Teman Ranjang Favorit Tuan Muda
56
Novel Impoten : Ritual Bergairah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!