...༻✡༺...
"Bagaimana bisa..." Mona tak bisa berkata-kata saat mendengar nama Defan.
"Tidak ada yang mustahil di dunia ini, Mah. Apalagi jatuh cinta dengan sahabat sendiri," ujar Disha. Dia tersenyum singkat. "Ya sudah, aku ingin istirahat. Mamah mending istirahat juga," lanjutnya sembari mendorong pelan Mona keluar dari kamar. Ibunya tersebut masih berusaha mencerna pernyataan Disha.
"Kenapa kau tidak pernah bilang kalau kau berpacaran dengan Defan? Kalau tahu begini, aku tidak akan terus-terusan memperkenalkan lelaki untuk dijodohkan denganmu," ucap Mona. Dia menahan pintu yang nyaris ditutup Disha.
"Kami butuh waktu untuk mengakui. Karena aku dan Defan sudah saling berjanji, akan segera menikah saat sudah mengaku kepada semua orang," jelas Disha.
"Benarkah? Aku tidak salah dengar kan? Kau akan menikah?" Mona antusias. Dia menangkup wajahnya sendiri karena merasa saking senangnya.
"Oh iya, besok aku mengundang Defan makan malam ke sini. Jadi Mamah siap-siap saja," kata Disha. Ia segera menutup pintu kamar.
Sementara itu, Mona mematung di tempat. Dia memegangi dadanya sambil tidak berhenti tersenyum.
"Astaga, putri pertamaku akhirnya mau menikah... Terima kasih, Tuhan..." Mona merasa lega. Tidak seperti Zerin dan Zidan, dia langsung mempercayai perkataan Disha begitu saja. "Aku harus memberitahu Enita tentang ini," gumamnya seraya berjalan menjauh dari kamar Disha.
Di kamar, Disha melakukan video call bersama Dimas dan Defan. Ketiganya sama-sama sibuk dengan pekerjaan. Defan dan Disha sibuk dengan laptop, sedangkan Dimas tampak asyik membuat patung.
"Jadi, kalian benar-benar akan nikah kontrak?" tanya Dimas. Ia terlihat tidak sendiri. Ada anjing peliharaannya yang menemani. Binatang tersebut tampak tidur di atas meja samping kanan Dimas.
"Yup!" Defan dan Disha menjawab bersamaan.
"Kalian yakin? Apa yang kalian lakukan itu seolah mempermainkan pernikahan tahu nggak. Menurutku pernikahan itu hal serius," komentar Dimas. Dia terlihat membentuk gumpalan tanah liat menjadi sesuatu. Dimas duduk di depan laptop yang menjadi penghubung percakapannya dengan Defan dan Disha. Mereka memang sering melakukan itu jika ada sesuatu hal penting untuk dibahas.
"Kau tidak tahu rasanya menjadi aku dan Disha. Rasanya desakan menikah itu sangat menusuk. Terlebih kami sedang tidak tertarik untuk menikah. Aku yakin melakukan nikah kontrak akan menguntungkan bagiku dan Disha." Defan menjelaskan sambil sibuk mengetik di laptop. Dia tampak mengenakan kacamata anti radiasi.
"Sangat menguntungkan. Aku juga sudah lama ingin tinggal memisah dari keluargaku," sahut Disha. Keluarganya memang tidak pernah mau mengizinkan gadis itu tinggal di rumah sendiri.
Dimas menatap dua sahabatnya yang sama-sama sibuk dengan pekerjaan di laptop. Dia berhenti sejenak dari kegiatan membuat patungnya.
"Bagaimana jika kalian benar-benar saling jatuh cinta?" imbuh Dimas. Raut wajahnya tampak serius.
Defan dan Disha berhenti mengetik. Keduanya menatap Dimas dari layar laptop. Lalu tergelak secara bersamaan.
"Aku? Sama Disha? Mending aku jatuh cinta sama anjingmu tahu nggak!" ujar Defan. Di sela-sela tawanya.
"Eh! Apalagi aku. Biarpun Si Letoy ini lelaki terakhir di bumi, aku tidak akan jatuh cinta dengannya!" Disha ikut membantah. Setelah berucap begitu, dia meneruskan tawa bersama Defan.
Hanya Dimas yang tidak tertawa. Dia mengukir senyuman kecut.
"Apa kau ingat insiden bulu ketek Disha? Itu membekas banget di ingatanku tahu nggak," kata Defan. Mengingat perihal masa lalu.
Dimas yang tadinya tidak tertawa, akhirnya ikut tergelak. Dia dan Defan tentu ingat kejadian memalukan Disha saat SMP. Usia mereka menginjak 14 tahun kala itu. Ketika masa pubertas mempengaruhi kondisi biologis. Terutama terkait memanjangnya rambut-rambut di bagian tubuh tertentu.
Waktu itu Defan, dan Dimas, pulang terlambat karena terpaksa menemani Disha yang dihukum karena terlambat. Mereka menghabiskan waktu dengan bermain basket. Ketika melempar bola ke ring, Disha memperlihatkan seragamnya yang sobek di bagian ketiak. Hingga penampakan ketiak gadis itu dapat dilihat oleh Defan dan Dimas. Ketiak Disha yang belum dicukur otomatis terpampang nyata. Untung saja tidak ada orang lain yang melihat selain dua lelaki tersebut. Disha bahkan sama sekali tidak malu. Dia justru memukuli dua sahabatnya yang tertawa habis-habisan.
"Sumpah, Sha. Sejak saat itu aku semakin yakin untuk hidup membujang selamanya. Bulu ketek perempuan ternyata lebih lebat dari pada lelaki." Defan tertawa sampai keluar air mata.
Mendengar Defan dan Dimas membicarakan perihal masa lalu memalukannya, Disha memutar bola mata jengah. "Eh, ketekku sekarang mulus ya. Lihat nih!" ujarnya sembari memperlihatkan ketiak. Benar saja, ketiak Disha memang tampak putih bersih dan mulus. Gadis tersebut melakukan perawatan setiap seminggu sekali.
"Harum lagi." Kini Disha terlihat membaui ketiaknya sendiri. Dia memang sudah tidak tahu malu lagi kalau sudah bicara dengan dua sahabatnya.
"Aku percaya sama kamu, Sha." Dimas mengangkat dua tangannya ke udara. Dia berusaha keras berhenti tertawa. Akan tetapi tidak bisa. Kilas balik tentang bulu ketiak Disha tergambar jelas dalam ingatannya.
"Eh, kita panggil dia Bulu aja sekarang. Dia satu-satunya yang belum punya nama ejekan," cetus Defan.
"Ide bagus, Toy. Nggak adil emang kalau dia sendiri nggak punya nama ejekan," sahut Dimas. Dia sependapat dengan Defan.
"Teman kampret emang kalian!" tanggap Disha. Dia geleng-geleng kepala.
Puas tertawa, Disha, Defan, dan Dimas kembali menyibukkan diri dengan pekerjaan. Hening menyelimuti suasana dalam sesaat.
Dimas menatap serius ke Disha. Dia sempat terpaku dalam beberapa saat. Sampai sebuah pertanyaan dilantunkan olehnya.
"Sha, Kenapa kau nggak nikah kontrak sama aku saja? Kau pernah bilang Defan orangnya lebih nyebelin dibanding aku. Yakin kau bersedia tinggal serumah dengannya?" imbuh Dimas. Membuat Disha dan Defan sontak menatapnya.
Disha terkekeh. "Dia emang nyebelin dari kamu, Co. Tapi keadaan Defan lebih letoy dari kau! Jadi dia lebih aman dari pada kau yang otak mesum itu," terangnya.
"Bwahahaha! Kau kalau ngomong selalu benar, Sha." Defan tergelak bersama Disha.
"Tuh lihat aja dia lagi bikin patung apa." Disha menunjuk tanah liat yang dipegang oleh Dimas. Tanah itu terlihat mirip seperti alat kelamin pria.
"Oh... Aku lagi bikin punyanya Defan yang letoy itu," ungkap Dimas seraya memperlihatkan tanah liat yang dipegangnya. Kini Defan yang ditertawakan.
"Eh, punyaku lebih besar dari itu," tanggap Defan yang sengaja ikut bermain. Dia, Disha, dan Dimas cekikikan bersama.
"Yang benar? Setahuku punyamu itu terus mengempis seiring berjalannya waktu," ucap Dimas.
"Bacot kau ya! Mau aku pamerkan saja sekalian nih." Defan berdiri sambil memegangi celana. Dia siap mempeloroti celananya sendiri.
"Letoy!!!" Disha reflek memekik sekaligus menutup mata. Dia tentu tidak sanggup jika harus melihat penampakan burung belibis Defan.
"Oke, oke, Fan. Cukup! Disha sudah melambaikan tangan ke kamera," ujar Dimas sembari mengatur nafas akibat kelelahan tertawa.
"Fan, kalau kita sudah menikah nanti, awas saja kau berani berbuat begitu di hadapanku ya!" Disha memperingatkan.
"Ngapain aku begitu. Aku begitu cuman bercanda doang sama kalian. Mana mungkin aku tunjukin beneran. Biar pun letoy, ini tetap berharga bagiku tahu nggak," sahut Defan.
Disha melambaikan tangan ke depan wajah. Dia merubah raut wajah menjadi lebih serius "Eh, mengenai nikah kontrak. Aku rasa kita harus menyusun kontraknya. Apa yang boleh dan tidak boleh kita lakukan selama pernikahan kontrak berlangsung. Kita harus menyelesaikannya sebelum acara lamaran dilakukan," cetusnya.
"Baiklah. Itu gampang," jawab Defan.
Sementara itu, Dimas terdiam. Dia selalu tampak serius saat mendengar Defan dan Disha membicarakan pernikahan. Meskipun begitu, dia berusaha bersikap normal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Kamiem sag
Dimas kalo suka ya bilang aja lo
2024-05-11
0
Al Fatih
Dimas suka sama disha kayaknya
2023-09-24
0
Adifaa Ashlnfauzh
Dimas suka sama Buluuu❤️🤣🤣
2023-09-17
0