...༻✡༺...
Gigi Defan menggertak kesal. Tangannya segera menampar pelan pipi Disha.
"Jangan bercanda! Panggil sayang saja lebih meyakinkan. Kayak anak SMA saja punya panggilan begitu," protes Defan.
"Dih! Kau aja yang nggak punya pengalaman pacaran. Jadi nggak tahu," ujar Disha.
"Emang situ pernah pacaran?" balas Defan. Membuat raut wajah Disha tambah cemberut.
"Aku cari info di google tadi." Disha memberi alasan.
"Google kok dipercaya." Defan berdiri dari tempat duduk. "Ya sudah. Sepertinya selesai kan? Aku harus kembali ke kantor. Waktuku telah habis," ungkapnya sambil melirik arloji di tangannya.
"Aku juga. Kita bicarakan lagi pas akhir pekan nanti. Pokoknya persiapan kita harus benar-benar matang," imbuh Disha. Dia dan Defan melangkah bersama menuju pintu keluar.
"Kalau ingin lebih menjanjikan, mungkin sebaiknya kita minta saran dari Kroco. Dia kan pernah pacaran beberapa kali," usul Defan.
"Aku tahu. Niatku tadinya juga begitu." Disha sependapat. Ia dan Defan segera memisah. Mereka kembali ke kantor masing-masing.
Dalam satu hari, Disha biasanya bekerja hampir seharian. Dia terkadang lembur jika memang harus. Hal serupa juga dilakukan Defan. Keduanya memang sama-sama super sibuk. Terutama Defan yang sedang mempersiapkan diri untuk menjadi pewaris keluarga Dirgantara.
Dalam tiga hari Defan dan Disha tidak bertemu karena kesibukan. Keduanya bisa bertemu saat akhir pekan. Dimana pekerjaan mereka mulai melonggar dan tidak memiliki banyak tuntutan.
Akhir pekan itu tiba. Sesuai perjanjian, Disha dan Defan akan berkumpul di rumah Dimas. Seperti biasa, Disha menjadi orang pertama yang sampai di kediaman Dimas. Gadis itu menceritakan bagaimana perkembangan rencana nikah kontraknya.
"Apa kau yakin tidak mau membuat larangan saling menyentuh? Kau yakin bisa mempercayai Defan?" tanya Dimas yang sudah tahu segalanya.
"Kenapa kau sangat cemas? Aku sangat yakin Defan tidak pernah tertarik menyentuhku. Karena aku juga merasa begitu. Hal seperti itu tidak perlu dipikirkan dengan serius. Letoy tidak sepertimu, Co! Nonton bokep aja dia nggak pernah," sahut Disha.
"Tapi tetap saja dia lelaki kan?"
"Aku tahu. Tapi dia bisa dibilang tidak normal." Disha tetap keras kepala seperti biasa. Dia terlihat kelelahan dan menyandar ke sofa.
Dimas duduk lebih dekat ke sebelah Disha. Dia tampak memasang ekspresi serius.
"Disha... Aku--" perkataan Dimas harus terpotong ketika Defan datang. Lelaki itu langsung duduk menghempas ke sofa.
"Reputasimu nggak pernah berubah. Selalu saja datang paling telat," cibir Disha dengan tatapan malas. Dia dan Defan tidak jarang seperti sekarang. Mereka sama-sama kelelahan karena terlalu sibuk bekerja selama sepekan.
Defan tampak menyandar nyaman ke sofa. Ia memejamkan mata sambil mendongakkan kepala. Defan duduk tidak jauh dari Disha. Kepala gadis itu nyaris jatuh ke pundak Defan.
Dimas sigap meletakkan kepala Disha untuk bersender di pundaknya. Dia mendengus kasar.
"Jadi, apa kalian sudah memutuskan sampai kapan akan menikah kontrak?" celetuk Dimas.
"Entahlah. Coba tanya ke Disha," jawab Defan.
Disha yang mendengar segera menegakkan badan. Dia berhenti menyandar ke pundak Dimas.
"Aku juga nggak tahu. Aku dan Defan belum memikirkannya," ucap Disha.
Karena bersahabat, Disha dan Defan merasa santai saja menjalani pernikahan kontrak. Bagi keduanya, pekerjaan adalah segalanya. Jadi pernikahan kontrak yang terjadi dianggap hal sepele oleh mereka. Disha dan Defan bahkan belum menentukan berapa lama akan menjalani nikah kontrak.
"Apa?! Dimana-mana kontrak itu punya durasi waktu. Dan kalian belum menentukannya?" Dimas tercengang.
Disha memukul pelan puncak kepala Dimas. "Santai aja kali, Co! Aku dan Defan akan menjalani pernikahan kontrak sampai merasa waktunya tepat. Karena kami benar-benar membutuhkan pernikahan itu agar bisa fokus bekerja," katanya. Berupaya meyakinkan.
"Kau tenang saja, Co. Nggak ada yang perlu dikhawatirkan," ujar Defan. Dia membuka mata dan menatap Disha.
"Benar. Kita akan tetap bersahabat." Disha melakukan tos bogem bersama Defan.
Disha tersenyum dan menepuk dada Defan. Dia perlahan memeluk dari samping. Lalu meletakkan kepala ke pundak Defan. Keduanya sama sekali tidak terganggu dengan hal itu. Namun tidak bagi Dimas.
"Ayo kita makan! Aku tadi sudah memesan pizza. Nanti pizzanya dingin," cetus Dimas. Usahanya berhasil membuat Disha berhenti memeluk Defan.
"Baguslah ada pizza. Aku lapar," seru Disha. Dia segera memakan sepotong pizza yang disodorkan Dimas. Tanpa dia tahu, lelaki tersebut terpaku menatapnya.
"Kalau boleh, bisakah aku memberi usul. Bagaimana jika kalian melakukan nikah kontrak selama tiga bulan saja." Dimas memberikan usul.
"Enggak, terlalu cepat. Aku masih ingin menikmati karirku," tolak Disha yang tengah sibuk mengunyah pizza.
"Itu bisa dipikirkan seiring berjalannya waktu. Lagian aku dan Disha bukan orang asing. Mending kau kasih tahu bagaimana hubungan orang berpacaran sama kami, Co." Defan akhirnya duduk tegak. Dia ikut menikmati pizza.
Untuk yang kesekian kali, Dimas mendengus kasar. Meskipun begitu, dia tetap membantu dua sahabatnya.
...***...
Hari lamaran tiba. Disha baru saja selesai dirias sedemikian rupa. Dia tampak cantik dan anggun dalam balutan kebaya modern berwarna merah mudah.
Pintu mendadak terbuka. Dimas datang untuk menemui Disha. Lelaki itu tertegun sejenak. Dia jelas mengagumi betapa cantiknya penampilan Disha sekarang.
"Kau sangat cantik. Aku tidak yakin kalau Defan bisa bertahan," ungkap Dimas sembari melangkah ke hadapan Disha.
Senyuman tipis mengembang di wajah Disha. "Jujur ya. Kau itu orang yang paling khawatir dengan pernikahan kami. Aku dan Defan bahkan santai-santai saja. Memangnya apa yang kau cemaskan, Co?" tanggapnya tenang.
Dimas terdiam. Dia menatap dalam manik hitam pekat milik Disha. Hal itu membuat senyuman Disha perlahan memudar. Gadis tersebut merasa tidak nyaman dengan tatapan Dimas yang terasa berbeda dari biasanya.
"Co! Kenapa tatap aku begitu? Serius amat," tegur Disha.
"Kau mau tahu kenapa aku khawatir kan?" ucap Dimas.
"Iya." Disha mengangguk.
"Itu karena aku jatuh cinta kepadamu," ungkap Dimas.
Mata Disha terbelalak tak percaya. Mulutnya juga sedikit menganga. Dia tidak menyangka Dimas akan berucap begitu. Hening menyelimuti suasana. Sebab Disha bingung harus mengatakan apa. Ditambah dirinya akan segera menikah.
"Bwahahaha! Lihat wajahmu itu." Dimas tiba-tiba memecahkan tawa. Dari sana Disha tahu bahwa lelaki tersebut sedang mengerjainya.
"Sialan kau, Co! Nggak lucu tahu nggak." Disha melayangkan pukulan bertubi-tubi ke badan Dimas. Lelaki itu hanya bisa berusaha menghindar sambil tergelak.
Tak lama kemudian, Mona datang. Dia memberitahu kalau Defan dan keluarganya sudah datang. Disha dipersilahkan untuk keluar. Gadis tersebut lantas bersiap. Ia memastikan penampilannya ke depan cermin.
"Sorry buat yang tadi, Sha. Tapi bagaimana kalau suatu hari Defan mengatakan itu?" Dimas berdiri ke sebelah Disha. Kembali melantunkan pertanyaan sulit untuk Disha. Gadis tersebut menoleh dengan raut wajah serius.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Kamiem sag
gimana ya Dim
2024-05-11
0
Rara Kusumadewi
mencintai dalam diam itu nyesek woy....
2023-06-28
0
zeaulayya
Nah disha ayo di jawab 🤭😁
2022-12-05
1