...༻✡༺...
Kedua orang tuanya Defan tentu kaget mendengar nama Disha. Bagaimana tidak? Setahu mereka hubungan Defan dan Disha hanya sekedar sahabat. Keakraban yang keduanya selalu tunjukkan benar-benar seperti persahabatan.
"Kau pasti sengaja berbohong kan? Jangan main-main!" tukas Zidan.
"Aku tidak berbohong! Aku akan buktikan. Malam ini ayo kita makan bersama di restoran! Aku akan mengajak Disha," tantang Defan. Raut wajahnya tampak meyakinkan.
"Sudah waktunya makan siang. Bagaimana kalau sekarang saja kau mengajaknya makan bersama." Zidan menarik sudut bibirnya ke atas. Dia masih tidak percaya dengan pengakuan Defan. Zidan merasa menunggu malam akan memakan waktu terlalu lama. Lagi pula, jika Disha benar-benar kekasih Defan, maka gadis itu pasti akan langsung bersedia datang.
"Pa, Disha juga orang sibuk. Dia--"
"Orang yang mencintai akan selalu menyisihkan segalanya demi orang yang dicintainya," potong Zidan. Meragukan pernyataan Defan.
"Baiklah! Aku akan segera menghubungi Disha." Defan tak punya pilihan lain. Dia sudah terlanjur mengaku. Sekarang Defan harus kena batunya sendiri. Lelaki itu lantas mengambil ponsel untuk menelepon Disha.
'Sialan!' umpat Defan dalam hati.
Di sisi lain, Disha baru selesai mandi di apartemen Dimas. Akibat mabuk, dia jadi bangun kesiangan. Disha terpaksa akan pergi ke kantor setelah makan siang nanti. Ia merasa harus memulihkan diri terlebih dahulu.
Disha mengenakan pakaian yang sudah disiapkan Dimas. Lelaki tersebut sengaja membelikan baju baru untuknya tadi pagi.
Setelah berganti pakaian, Disha menemui Dimas di meja makan. "Terima kasih dressnya. Seleramu tidak pernah mengecewakan," ungkapnya seraya menarik kursi. Lalu duduk di sana. Disha segera sibuk dengan ponsel yang hampir tak pernah terlepas dari tangannya.
"Kalau ingin makan, sebaiknya kau letakkan ponselmu. Kau seperti anak SMA saja," kritik Dimas sembari menyodorkan sebungkus nasi padang untuk Disha.
"Ini penting, Co! Apalagi hari ini aku bangun kesiangan. Banyak hal yang harus aku urus. Karyawanku selalu bingung kalau aku nggak ada di kantor," jelas Disha. Dia melirik makanan yang diberikan Dimas. "Nasi padang? Kau nggak punya salad gitu? Kau tahu sendiri kan kalau aku sedang membiasakan diri untuk hidup sehat?" tanyanya dengan ekspresi kecewa.
"Makan saja apa yang ada!" balas Dimas. "Lagian tadi malam kau minum banyak alkohol, apa itu yang namanya hidup sehat?" tambahnya.
Disha tertohok. Dia hanya bisa mengeluh lewat helaan nafas panjang. Bertepatan dengan itu, ponselnya berdering. Panggilan telepon dari Defan diterima oleh Disha.
"Kenapa? Tumben banget telepon siang-siang begini," tukas Disha.
"Sha, kau punya waktu kan? Mama dan Papaku ingin makan siang bersama kita. Sepertinya sudah saatnya kita mengatakan hubungan yang terjadi di antara kau dan aku," ujar Defan dari seberang telepon.
"Kau ngomong apa, Toy? Serius amat." Disha tentu tak mengerti.
"Baiklah, aku akan menunggumu di restoran tempat kita sering berkencan." Jawaban Defan sama sekali tidak menyambung perkataan Disha.
"Hah?! Kau habis minum obat kadaluarsa ya? Ngawur banget omonganmu," tanggap Disha dengan dahi berkerut.
"Sampai jumpa di sana ya!" Sekali lagi sahutan Defan tidak nyambung. Dia mengakhiri panggilan telepon lebih dulu.
"Defan bicara apa?" Dimas yang mendengar sontak penasaran.
Disha terdiam. Sebab dia baru saja menerima pesan dari Defan. Pesan yang dibacanya membuat mata Disha membulat sempurna. Gadis itu reflek berdiri.
"Kenapa, Sha?! Defan baik-baik saja kan?" tanya Dimas sembari mendekat. Dia merasa cemas.
"Defan mengaku sama kedua orang tuanya kalau dia pacaran sama aku!" ungkap Disha.
"Apa?!" Dimas terbelalak tak percaya. "Kenapa dia melakukan hal konyol seperti itu? Ayo kita bicara kepadanya sebelum ada yang salah paham," sambungnya. Dia mengira Disha terganggu terhadap apa yang dilakukan Defan sekarang.
Disha beranjak dari hadapan Dimas. Dia terkesan seperti sedang dikejar-kejar sesuatu.
"Bisa kasih tahu aku apa yang terjadi secara detail?" Dimas menghampiri Disha. Ia menuntut penjelasan.
Disha memegangi pundak Dimas. "Defan mengajakku untuk berpura-pura pacaran. Katanya dia juga akan membantuku menghadapi Mamahku," ungkapnya.
Dimas terhenyak. Dia terdiam seribu bahasa.
"Tapi setelah dipikir-pikir, itu ide yang bagus! Dengan begitu, kehidupanku dan Defan mungkin akan lebih tenang. Aku harus pergi sekarang!" kata Disha seraya berlari menuju pintu. "Sebaiknya kau berikan nasi padang itu pada tetanggamu," serunya. Sebelum benar-benar keluar dari apartemen.
Dimas mendengus kasar. Dia segera mengambil kunci mobil Disha. Sebenarnya kemarin malam, Dimas kembali lagi ke tempat karaoke setelah membawa Disha ke apartemen. Dia rela bolak-balik hanya untuk mengambil mobil Disha.
Sekarang Dimas berusaha mengejar Disha. Karena gadis itu lupa membawa kunci mobil.
Ketika tiba di parkiran, Dimas bertemu dengan Disha. Gadis tersebut baru saja ingin kembali ke apartemen Dimas.
"Terima kasih, Co. Aku baru saja mau balik ke tempatmu. Oke, aku pergi dulu ya." Disha melambaikan tangan sambil berlari menjauh. Dia segera pergi dengan mobilnya.
Dimas memandangi kepergian Disha. Dia mematung di tempat cukup lama.
...***...
Disha langsung mendatangi restoran dimana Defan dan keluarganya sudah menunggu. Dia tidak lupa mempercantik diri dengan memoleskan lipstik ke bibir.
"Untung saja aku sudah mandi," gumam Disha. Dia buru-buru masuk ke restoran.
Kebetulan Defan dan kedua orang tuanya memilih ruang makan VIP. Dimana di sana tidak ada orang lain selain mereka.
"Halo, Om Zidan... Tante Zerin..." sapa Disha. Dia melirik Defan. Keduanya saling bertukar pandang. Saat itulah Defan menggerakkan bola mata ke arah kursi yang ada di sampingnya.
Disha yang mengerti, segera duduk ke sebelah Defan. Jujur saja, keduanya bingung harus bagaimana. Mereka tidak memiliki pengalaman pacaran. Ditambah kesepakatan yang keduanya buat dilakukan tanpa persiapan.
"Sudah berapa lama kalian pacaran?" tanya Zerin penasaran.
"Sekitar dua bulan." Defan menjawab asal. Bersamaan dengannya, Disha juga menjawab. Tetapi jawaban mereka berbeda jauh.
"Sudah tiga tahun lebih." Begitulah jawaban yang diberikan Disha. Dia dan Defan reflek bertukar pandang. Keduanya lantas saling menghukum dengan balas-berbalas tendangan di kaki satu sama lain.
Zidan tergelak kecil sambil menggelengkan kepala. Dia semakin yakin kalau Defan sedang mencoba membohonginya.
"Bukan begitu, Pa. Aku sedang banyak kerjaan. Jadi asal sebut. Disha yang benar. Aku dan dia sudah berpacaran selama tiga tahun lebih," ucap Defan. Mencoba memperbaiki kesalahpahaman.
"Benarkah?" Zidan menatap selidik. "Kalau begitu, kenapa baru mengaku sekarang? Padahal setahuku Disha juga tahu kalau aku sering menjodohkanmu dengan banyak wanita," tukasnya.
"Itu karena kami butuh waktu. Kami berniat menyelesaikan proyek-proyek penting yang ada di perusahaan terlebih dahulu. Dan sekarang sepertinya waktu sudah tepat." Defan menjelaskan panjang lebar.
"Banyak alasan. Biar kutanya Disha. Apakah--"
"Sudahlah. Disha sudah rela meluangkan waktu untuk makan bersama kita. Kenapa kau terkesan masih tidak percaya?" Zerin memegangi tangan Zidan. Dia sudah lelah mendengar keraguan Zidan yang terkesan seperti interogasi. Zidan lantas terdiam. Kini Zerin yang angkat suara.
"Jika semuanya sudah rampung, berarti kalian sudah cukup siap untuk melanjutkan hubungan ke jenjang lebih serius kan?" cetus Zerin.
Disha dibuat kaget akan pertanyaan Zerin. Dia sebenarnya lupa dengan ide mengenai nikah kontrak yang disebutkannya tadi malam. Mengingat dirinya dalam keadaan mabuk saat itu.
Disha sudah mengangakan mulut untuk menjawab. Namun tidak jadi, karena Defan lebih dulu menjawab.
"Aku pikir begitu, Ma. Aku dan Disha mungkin akan menikah dalam waktu dekat," ujar Defan.
Disha terperangah tak percaya. Dia semakin terkejut. Disha menatap Defan dalam keadaan mata membuncah hebat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Ayachi
Mau bohongin Zidan? Dia aja ngatur strategi utk ngelawan Wira demi bisa enak²an sama Zerin, bahkan masih banyak kebohongan lgi🤣 Udah Suhu si Zidan soal bohong² gini🤣🤣
2024-06-08
0
Kamiem sag
agak laen si DeDi
2024-05-11
0
Rull
hadeh seharusnya jangan dia lah,gw mau curhatt,gw punya sahabat dia cari tau tentang mantan gw pas tau dia ganteng dia bawa² nama gw biar bisa deket sama mantan gw,mantan gw pas lagi masih syg sama gw,trus dia usulin ide ngajak pacaran mantan gw supaya gw cemburu tp gw gak cemburu trus mantan gw ngajak balikan gw trus cerita rencana dia sama sahabat gw,nah kan sahabat gw marah besar tuhh dia ngamuk,nyebarin fitnah disekolahh,😆😆gw malah asik ketawa,ya maklum lah org cantik gak gerak aja banyak yg suka
2023-08-25
2