...༻✡༺...
Setelah semua urusan menuju pernikahan rampung, maka acara inti dilakukan. Pernikahan Defan dan Disha diselenggarakan di hotel bintang lima. Acaranya begitu mewah dan didatangi oleh banyak sekali tamu elit.
Keluarga Dirgantara dan Danendra juga menyiapkan tempat untuk tamu umum di tempat lain. Di waktu yang sama, acara pernikahan Disha dan Defan dilaksanakan di tiga tempat sekaligus. Di hotel sebagai tempat utama, sedangkan dua lainnya untuk umum. Terutama anak yatim dan masyarakat kecil.
Dalam hitungan menit, Disha dan Defan resmi menjadi suami istri. Pernikahan mereka disaksikan oleh banyak pasang mata. Kini keduanya sedang berganti pakaian di ruangan yang sama. Disha dan Defan berduaan di sana. Kebetulan tukang rias sedang pergi ke toilet.
"Aku tidak menyangka acaranya akan semeriah ini. Tamunya juga sangat banyak. Bukankah ini sama saja kalau kita membohongi banyak orang?" imbuh Defan. Dia duduk menyandar ke kursi. Menatap Disha yang sibuk merapikan gaun pengantin.
"Mau bagaimana lagi. Semuanya sudah terjadi," sahut Disha seraya memutar tubuhnya menghadap Defan.
"Lebih baik kita fokus selesaikan acara ini secepat mungkin. Aku sudah tidak sabar ingin hidup tenang dengan pekerjaanku," ungkap Defan.
"Aku juga, Toytoy." Disha mencubit pipi Defan. Sengaja berbuat ulah dengan lelaki tersebut.
Defan sigap menangkap tangan Disha. Dia berucap, "Ngomong-ngomong mengenai nama panggilan, aku juga sudah memikirkan nama untukmu."
"Apa?" Disha memicing penuh curiga.
Defan berdiri dan mendekatkan mulut ke telinga Disha. "Lulu..." bisiknya.
"Itu bagus, Toy!" Kelopak mata Disha melebar. Dia tersenyum senang. Reaksinya tidak sesuai dengan ekspetasi Defan.
"Kau tidak marah? Itu dua huruf akhir yang di ambil dari kata bulu loh. Bulu ketekmu!" tukas Defan. Dia berharap Disha kesal. Defan mengira gadis itu akan kesal seperti saat dirinya mendengar nama Toytoy.
"Yang jelas lulu lebih bagus dibanding bulu. Pokoknya kalau di hadapan banyak orang, kita saling panggil dengan sebutan sayang yang sudah dibuat masing-masing. Kau Toytoy, dan aku Lulu," ujar Disha.
"Bolehkah aku minta nama panggilanku diganti? Toytoy nggak cuman norak, tapi juga lebay!" kata Defan. Bukannya membuat Disha kesal, justru dia yang merasa dibuat kesal.
"Tidak. Pokoknya Toytoy nama panggilan yang cocok untukmu." Disha menepuk pundak Defan.
"Nggak deh! Pokoknya aku nggak mau pakai panggilan kekanak-kanakan begitu. Panggil sayang saja kenapa sih?!" protes Defan dengan nada mengomel. Dia dan Disha memang sangat sering memperdebatkan hal tidak penting. Mereka bahkan pernah melakukannya selama berjam-jam.
"Terserah aku dong. Kau saja sendiri yang panggil sayang. Aku tetap Toytoy," balas Disha bersikeras.
Gigi Defan menggertak kesal. Dia terkadang tidak bisa berkutik dengan sifat keras kepala Disha. Pembicaraan mengenai nama sayang berakhir ketika tukang rias datang.
Ketika sudah siap, Disha dan Defan dipersilahkan berdiri berdampingan di pelaminan. Keduanya segera sibuk berfoto dan menyambut tamu.
Ada waktunya Disha dan Defan bisa duduk ke kursi. Mereka istirahat saat tidak ada tamu yang bersalaman.
"Capek! Pinggang sama otot wajahku pegal banget," keluh Disha seraya memegangi rahangnya. Sebagai pengantin, dia tentu berusaha tersenyum ramah kepada semua tamu. Begitu pun Defan.
"Kau pikir aku nggak? Besok sudah ada pekerjaan keluar kota lagi," tanggap Defan. Atensinya dan Disha segera tertuju ke arah Dimas yang baru saja naik ke panggung.
Dimas tidak hanya menguasai bidang seni patung, tetapi beberapa kesenian lain. Salah satunya musik. Alasan Disha dan Defan yang gemar pergi ke tempat karaoke tidak lepas dari pengaruh Dimas sendiri.
"Kroco kayaknya mau nyanyi buat kita," seru Disha.
"Dia pasti nyanyi lagu--"
"Menunggumu!" Disha menjawab lebih dulu. Dia memotong perkataan Defan. Keduanya terkekeh bersama.
"Sudah jelas sih. Dia selalu menyanyikan lagu itu pas di karaoke," ucap Defan.
Disha tergelak kecil. "Aku yakin ada seseorang yang ditunggunya. Menurutku dia masih belum move on dari mantannya yang terakhir," jelasnya.
"Enggak pacaran memang pilihan terbaik. Lihatlah hidupku berjalan dengan baik tanpa semua itu." Defan melonggarkan kerah baju dengan gaya arogan.
"Lebay!" cibir Disha. Dia dan Defan segera berdiri ketika ada tamu yang ingin bersalaman.
Sementara itu, Dimas mulai bernyanyi. Benar dugaan Disha dan Defan, dia menyanyikan lagu lawas dari Noah yang berjudul Menunggumu.
Dimas sesekali menatap Disha. Bukan tanpa alasan dia menyanyikan lagu tersebut. Semuanya karena lirik dari lagu itu adalah apa yang dirasakan hatinya.
Sudah sepuluh tahun lebih Dimas menyimpan perasaannya untuk Disha. Ia jatuh cinta kepada Disha sejak SMA. Dimas tentu sangat ingin mengungkapkan perasaannya, tetapi tidak bisa. Hal itu karena Disha tidak pernah tertarik menjalin hubungan asmara. Gadis tersebut sangat mengutamakan karir.
Dimas juga tidak mau persahabatannya jadi hancur. Di sisi lain, dia juga menyayangi Defan bak saudara kandung. Itulah alasan Dimas sangat khawatir dengan pernikahan kontrak yang dilakukan Disha dan Defan. Dia sangat takut hubungan persahabatannya semakin rumit.
Menunggu, hanya itu yang bisa dilakukan Dimas. Dia menunggu, sampai Disha siap menjalin hubungan asmara. Walau ratusan kali Dimas menyanyikan lagu Menunggumu di tempat karaoke, sikap Disha tetap biasa saja. Disha jelas menganggap lagu yang dinyanyikan Dimas hanyalah sesuatu hal normal. Padahal lagu itu adalah kode yang diberikan Dimas atas perasaan cintanya. Bahkan tidak jarang Disha malah mengejek Dimas karena menyanyikan lagu lama.
Meski kemesraan Disha dan Defan adalah sandiwara, namun itu sangat menyakitkan bagi Dimas. Ia benar-benar takut Defan akan terjebak perasaan seperti yang dirasakannya sekarang. Sungguh, Dimas tidak ingin Defan menjadi rivalnya. Terutama terkait masalah percintaan.
Sekarang Dimas hanya bisa berharap. Dia akan mencoba mempercayai Disha dan Defan. Bahwasanya dua sahabatnya tersebut tetap berada dalam batasan.
Dimas menyanyi dengan raut wajah sendu. Dia sesekali memaksakan diri tersenyum. Terutama ketika pandangannya bersibobrok dengan Defan dan Disha.
Setelah bernyanyi, Dimas mendatangi Disha dan Defan ke pelaminan. Dia memeluk keduanya secara bergantian.
"Tolong rubah lagu favoritmu, Co!" ujar Defan sambil menepuk pundak Dimas.
"Itu nggak akan terjadi," sahut Dimas sembari melirik Disha.
"Nyanyi lagu lain lagi gih," suruh Disha. Ia berbisik, "Suaramu lebih bagus dari penyanyi yang disewa Letoy."
"Eh, aku sewa penyanyi yang naik daun loh," protes Defan tak terima.
"Naik daun apaan? Daun cabe kali. Namanya saja aku nggak tahu," sahut Disha. Dia kembali memperdebatkan hal sepele bersama Defan. Entah bagaimana jadinya kalau mereka serumah nanti.
Tanpa diduga, listrik tiba-tiba padam. Membuat semua orang berseru kaget.
Disha yang takut kegelapan, langsung memeluk orang terdekat. Dia tidak lain adalah Defan. Lelaki itu sontak membulatkan mata. Bagaimana tidak? Pelukan Disha yang terlampau erat membuatnya kesulitan bernafas.
..._____...
...Bonus Visual...
..._____...
..._____...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
hobi novel
cocok bgt visual defan si nong bright yg tampangnya emang cuek abis
2023-09-16
1
Qaisaa Nazarudin
Noh kan,ku bilang juga apa,Disha gak peka banget..
2023-07-24
0
Qaisaa Nazarudin
Padti lagu ini khusus buat Disha,Aku percaya kalo Dimas ada perasaan terpendam ke Disha..
2023-07-24
0