...༻✡༺...
Defan tersenyum tenang saat mengatakan senjata pamungkasnya untuk menolak perjodohan. Windy otomatis kehilangan ketertarikan. Gadis itu bingung harus berkata apa.
"Itulah alasan kenapa keluargaku terus berusaha menjodohkanku. Tapi jujur saja, aku tidak mau menipu orang yang akan menikah denganku. Karena aku tahu menikah itu jaminannya seumur hidup," ujar Defan. Berlagak seolah peduli.
"Kau benar. Terima kasih sudah memberitahuku. Dan maaf... Dalam pernikahan, aku mengharapkan kepuasan dan juga anak. Jadi..."
"Aku mengerti. Aku akan bicara kepada keluargaku kalau kita tidak setuju menjalani perjodohan ini," sergah Defan. Memotong perkataan Windy. Dia mengulurkan tangan kepada gadis itu.
"Ya. Perjodohan ini dibatalkan." Windy menyambut tangan Defan. Lelaki itu mengembangkan senyuman puas.
Setelah memisah dari Windy, Defan langsung meninggalkan restoran. Ia menemui dua sahabatnya. Mereka tidak lain adalah Disha dan Dimas. Ketiganya menamai geng pertemanan mereka dengan sebutan 3D. Alasannya karena nama mereka diawali dengan huruf D.
Disha menjadi orang yang datang lebih dahulu ke ruang VIP karaoke. Dia memesan wine berkualitas secukupnya.
"Lama sekali mereka," keluh Disha sembari melirik ke arloji yang melingkar di pergelangan tangan. Dia juga tak lupa menyesap wine dari dalam gelas.
Ceklek!
Pintu terbuka. Orang kedua yang datang setelah Disha adalah Dimas. Dia sahabat Disha dan Defan yang memiliki rambut gondrong. Panjangnya kira-kira sebahu. Dimas biasanya menguncir rambutnya bak ekor kuda. Lelaki itu tidak kalah tampan dari Defan. Dimas bekerja sebagai seorang seniman patung. Karya-karyanya sudah banyak mendunia.
"Kenapa lama sekali?!" timpal Disha dengan dahi yang berkerut dalam.
"Aku tadi ada meeting. Tapi setidaknya, aku lebih dulu datang dari si letoy itu," sahut Dimas. Dia dan kedua temannya tidak jarang saling mengejek dengan nama panggilan khusus.
"Hahaha! Aku selalu pengen ketawa pas dengar kata letoy. Sumpah! Defan kenapa nekat melakukan itu sih?" cetus Disha yang mendadak penasaran. Padahal dia dan Dimas sudah tahu alasannya. Itu karena Defan ingin hidup membujang selamanya. Setidaknya itulah alasan yang diberitahukan Defan kepada mereka.
"Defan orangnya memang nekat. Mungkin kalau jatuh cinta, dia pasti rela mati buat gadis yang dicintainya," tanggap Dimas. Dia menuang wine ke dalam gelas. Lalu meminumnya.
Disha memutar bola mata jengah. "Cinta apaan deh. Aku nggak tertarik ngomong begituan," komentarnya.
"Kau dan Defan itu sangat mirip. Kau dan Defan saja yang nggak sadar."
"Aku tahu nasibku memang mirip dengannya. Dia juga didesak menikah sepertiku. Tapi--" Disha berhenti bicara ketika pintu tiba-tiba terbuka. Defan akhirnya datang.
"Maaf, lama. Tadi aku harus mengurus gadis ke dua puluh," ungkap Defan. Dia mengambil wine. Kemudian langsung meminum dari botol.
Dimas dan Disha yang melihat mengangakan mulut. Dibanding keduanya, Defan memang ahli kalau masalah meminum alkohol.
"Baru aja aku sama Disha ngomongin tentang perjodohan," imbuh Dimas yang langsung direspon Disha dengan anggukan kepala.
"Ngomongin apaan coba?" Defan penasaran.
Ponsel Disha mendadak berdering. Dia mendapatkan telepon dari ibunya. Sebenarnya Mona sudah menelepon semenjak tadi siang. Akan tetapi Disha enggan menjawab.
"Loh, kok nggak dijawab? Telepon emakmu tuh!" kata Defan yang dapat melihat nama di layar ponsel Disha.
"Ngapain? Dia cuman telepon karena pengen ngomel doang," sahut Disha.
"Dia pengen kenalin kamu sama lelaki lagi ya?" tebak Dimas.
"Ya, kali ini dia melakukannya di depan umum. Mamahku benar-benar sudah kelewat batas." Disha menghembuskan nafas berat dari mulut.
"Nikah sama aku aja gimana?" ucap Dimas. Membuat mata Defan dan Disha terbelalak bersamaan. Mereka tentu kaget mendengar Dimas berkata begitu.
Plak!
Disha memukul kepala belakang Dimas. "Nggak lucu, Co!" geramnya. Disha dan Defan terkadang memanggil Dimas dengan sebutan Kroco.
"Sorry, bercanda." Dimas lekas-lekas menarik ucapannya. Dia perlahan menundukkan kepala.
Tak lama kemudian, ponsel Defan berdering. Dia menerima panggilan dari Zidan, ayahnya.
"Kenapa, Pa?" tidak seperti Disha, Defan langsung mengangkat telepon dari orang tuanya.
"Kau! Kenapa kau selalu menyebarkan gosip tak berdasar?! Apa kau tahu? Gosip kalau kau menderita impoten sudah tersebar kemana-mana! Siapa yang mau menikah denganmu, hah?!" omel Zidan dari seberang telepon. Dia tentu sudah mendengar kabar kalau Windy tidak bersedia dijodohkan dengan Defan.
"Bagus dong, Pah. Itulah yang kumau. Lagi pula apa salahnya seorang pewaris tidak menikah?" balas Defan santai.
"Defan!!! Pokoknya syarat utama agar kau bisa jadi pewaris adalah menikah! Berhentilah menyebar kebohongan kalau kau menderita impoten!"
"Aku benar-benar letoy, Pa! Itu tidak bohong!"
Mendengar perkataan Defan, Dimas dan Disha tertawa terbahak-bahak. Defan lantas menoyor kepala mereka secara bergantian.
"Berhentilah bermain-main! Kalau kau tetap begini, maka aku akan mengambil semua asetmu!"
"Tapi--" Defan urung bicara karena Zidan sudah lebih dulu mematikan panggilan telepon.
"Aku benar-benar letoy, Pa!" ejek Dimas. Dia tidak bisa berhenti tertawa. "Itu lucu sekali, Fan. Jangan bilang Papamu tidak percaya kalau kau impoten," sambungnya.
"Iya, dia tidak percaya. Aneh sekali. Haruskah aku buktikan?" tanggap Defan sambil memegangi resleting celana. Seakan hendak membukanya di hadapan Dimas dan Disha.
"Hey! Jangan coba-coba! Jangan lupa kawanmu ini perempuan ya." Disha memperingatkan.
Ponsel Disha terus berdering. Membuat Dimas dan Defan otomatis mendelik ke arah Disha.
"Aku rasa Mamahmu nggak akan berhenti sebelum kau angkat teleponnya," ujar Dimas.
"Udah, nanti bisa bicara pas ketemu. Kupingku sudah panas kalau dengar masalah jodoh. Kalian nggak kenal Mamahku kayak apa," sahut Disha. Dia mengambil wine. Lalu meminumnya langsung dari botol.
"Disha!" Defan dan Dimas memekik bersamaan. Keduanya sama-sama tahu kalau Disha sangat mudah mabuk.
Dimas yang duduk paling dekat, bergegas mengambil botol wine dari tangan Disha. Namun gadis itu malah mengambil botol wine lain dari meja.
"Sha, jangan minum banyak-banyak. Kalau kau mabuk kita yang repot tahu nggak!" protes Defan. Tetapi Disha justru tergelak.
Ponsel Disha kembali berbunyi. Dimas dan Defan reflek bertukar pandang.
"Kau angkat gih, Fan. Biar aku yang urus Disha." Dimas membekap mulut Disha. Defan yang mengerti, segera mengangkat telepon Mona.
"Disha-nya lagi sibuk, Tante," ujar Defan ramah.
"Ini siapa ya?" tanya Mona dari seberang telepon.
"Aku Defan, Tante. Aku dan Disha kebetulan melakukan kerjasama terkait proyek baru." Defan memberikan alasan sekenanya.
"Mmmphh!" Disha ingin bicara. Akan tetapi Dimas terus membekap mulutnya.
Setelah mendengar alasan dari Defan, Mona akhirnya menutup telepon. Panggilannya tidak lagi mengganggu. Saat itulah Dimas melepaskan mulut Disha. Gadis tersebut jelas sudah mabuk.
"Aku tiba-tiba punya ide... Tapi ini hanya khusus untukku dan si letoy. Maaf, Co... Kau tidak punya masalah hidup seperti kami." Disha menepuk pundak Dimas. Dia segera menatap Defan. Siap memberitahu idenya.
"Ayo kita nikah kontrak!" seru Disha.
Mata Defan sontak terbelalak. Itu hal tergila yang pernah didengarnya dari mulut Disha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Ayachi
Trjebak frendzone yah
2024-06-08
0
Kamiem sag
akh... Disha
2024-05-11
1
Al Fatih
setelah kisah bapak ibunya,, sekarang k kisah anaknya
2023-09-24
0