...༻✡༺...
Sekarang mata Disha dan Defan membelalak bersamaan. Keduanya tentu kaget dengan insiden tak terduga yang baru saja terjadi.
"Ini gara-gara kau!" timpal Disha.
Defan tidak menggubris. Dia bergegas turun dari mobil. Hal serupa lantas juga dilakukan Disha. Mereka memastikan keadaan lelaki yang tertabrak.
Lelaki bertopi itu masih terduduk di aspal. Dia memegangi salah satu siku yang sepertinya sedang sakit atau terluka.
"Mas nggak apa-apa?" tanya Defan sembari berjongkok. Ia menghampiri lelaki bertopi yang ditabraknya.
"Beruntung cuman luka kecil," jawab sang lelaki bertopi. Dia perlahan berdiri sendiri. Mengabaikan bantuan Defan.
Kini Disha dan Defan dapat melihat wajah lelaki bertopi dengan jelas. Pupil mata Disha membesar kala melihat wajahnya.
"Jerry?" ujar Disha.
Lelaki bertopi itu lantas menatap Disha. Lalu membuka topinya. Dia bernama Jerry. Teman dekat Disha saat kuliah. Jerry sangat menyukai Disha. Ia juga sudah beberapa kali mengungkapkan perasaannya kepada gadis tersebut. Namun Disha tidak pernah mau menerima cintanya.
"Disha? Kau kah itu?" seru Jerry seraya melepas topinya.
"Iya." Disha mengangguk. "Maafkan Defan, dia tadi tidak fokus menyetir karena berdebat kecil denganku. Tabrakan yang terjadi tadi tidak lepas dari kesalahanku," ucapnya.
Defan yang mendengar, memutar bola mata jengah. Dia selalu tidak suka melihat Disha bersikap sopan begitu.
"Tidak apa-apa. Aku hanya butuh sedikit pengobatan untuk lukaku," tanggap Jerry.
"Kau tenang saja. Aku dan Disha akan membawamu ke rumah sakit terdekat. Masuklah ke mobil," kata Defan yang langsung dianggukkan oleh Disha. Keduanya lantas masuk ke mobil. Hal serupa juga dilakukan Jerry. Lelaki itu duduk di kursi belakang.
"Bagaimana kabarmu, Sha?" tanya Jerry. Menatap Disha dengan binar kagum melalui kaca spion.
"Beginilah aku sekarang. Lalu kau?" balas Disha. Dia menoleh ke arah Jerry.
"Aku ingin bilang baik-baik saja. Tapi kenyataannya tidak begitu." Jerry memperlihatkan luka disikunya.
"Apa kalian--"
"Apa kau tahu kabar Tyas? Aku dengar dia benar-benar mendirikan sebuah salon sekarang!" seru Jerry. Dia memotong perkataan Defan. Seakan tidak membiarkan lelaki itu masuk ke dalam percakapannya dan Disha.
Defan mendengus kasar. Dia memilih diam. Membiarkan Disha dan Jerry terus mengobrol. Defan dapat melihat jelas kalau Jerry sangat tertarik kepada Disha. Selain itu, dia merasa aneh dengan tatapan Jerry terhadap Disha. Tatapan itu terkesan seperti ambisi yang membara. Intinya Defan merasa tidak nyaman melihat tatapan tersebut.
"Disha, sebentar lagi perusahaanmu--"
"Aku sangat merindukan semua teman-teman di kelas B. Aku selalu tidak sempat hadir ke acara reuni. Aku sibuk mengurus pekerjaanku." Lagi-lagi ucapan Defan dipotong. Kali ini Disha yang menjeda perkataannya.
"Pantas saja kau--"
"Disha!!" Defan sudah tidak tahan. Dia akhirnya memanggil Disha dengan nada lantang. Hingga berhasil membuat Disha dan Jerry berhenti mengobrol.
"Kenapa?" Disha bertanya dengan lirikan mata.
Defan mendengus kasar sembari menghentikan mobil ke pinggir jalan. Dia berkata, "Kita sudah sampai di perusahaanmu. Turunlah! Biar aku yang membawa Jerry ke rumah sakit atau klinik."
Disha kaget. Karena terlalu asyik mengobrol, dia hampir lupa kalau dirinya tiba di perusahaan.
"Ah, benar. Aku sudah sampai," ucap Disha. Dia segera melepas sabuk pengaman dan menoleh ke arah Jerry. "Aku turun duluan ya, Jer. Aku harus mengurus pekerjaan penting sebelum pergi ke Eropa," pungkasnya.
"Eropa?" Jerry mengerutkan dahi.
"Itu--" perkataan Disha terpotong karena Defan mendadak merangkul pundaknya.
"Ya, kami akan berbulan madu ke Eropa," ungkap Defan. Dia tersenyum simpul. Sengaja menunjukkan kemesraan di hadapan Jerry. Disha hanya bisa menatapnya dengan tatapan heran.
Jerry mengangguk dengan ekspresi datar. Dia membuang muka ketika Defan tiba-tiba mengecup pipi Disha.
"Toy!" tegur Disha dengan nada berbisik. Dia merasa kalau Defan tidak perlu begitu saat ada di hadapan orang lain selain keluarganya.
"Dih! Malu ya? Padahal kalau di rumah minta dicium terus." Kelakuan Defan justru kian menjadi-jadi.
"Apaan sih!" wajah Disha memerah. Dia bergegas keluar dari mobil.
Setelah Disha pergi, Defan dan Jerry hanya berduaan di dalam mobil.
"Aku tidak menyangka Disha akan menikah denganmu. Entah kenapa aku masih tidak bisa mempercayai hubungan di antara kalian," kata Jerry. Dia tampak menatap ke jendela mobil.
"Kau bicara seperti sudah mengenalku saja," sahut Defan.
"Aku tentu mengenalmu. Kau CEO perusahaan Dirgantara yang katanya menderita impoten. Kau pikir aku percaya dengan hubunganmu dan Disha?" Jerry berbicara dengan nada berbisik. Ia menarik sudut bibirnya ke atas. Mata Defan lantas menatap penuh curiga. Defan menatap Jerry melalui kaca spion.
"Kau harus tahu kalau info itu hanyalah rumor. Lagi pula rumor itu hanya diketahui orang-orang tertentu. Terutama di lingkungan kerjaku," balas Defan.
"Aku punya teman yang bekerja di perusahaanmu. Jadi aku bisa tahu." Jerry memberikan alasan. "Dan entah kenapa aku merasa kalau rumor itu bukan sekedar rumor. Tetapi benar-benar fakta," tambahnya.
"Apa maksudmu? Apa kau sekarang mengejekku?" Defan semakin tidak suka dengan lagak Jerry.
Jerry tersenyum sambil melipat tangan di depan dada. "Maaf, aku tidak bermaksud begitu. Lihat! Ada klinik. Kau bisa menurunkanku di sana. Aku akan bayar sendiri saja," ujarnya yang mendadak merubah topik pembicaraan.
Defan menghentikan mobil di depan klinik. Membiarkan Jerry pergi dengan perasaan curiga. Dia merasa ada yang aneh dari lelaki tersebut. Namun itu tidak berlangsung lama, karena Defan selalu mencoba membuang jauh gangguan kecil dari pikirannya. Dia segera melajukan mobil untuk membawanya pergi bekerja.
Selama seharian, Disha mengurus pekerjaan penting. Dia terpaksa lembur agar pekerjaannya bisa ditinggalkan untuk bulan madu.
Malam itu Disha pulang saat jam sepuluh. Dia sedang menghadang taksi. Tetapi sebuah mobil mendadak berhenti di depannya.
"Hai, Sha. Kebetulan sekali aku lewat. Ayo masuklah! Aku akan mengantarmu pulang." Ternyata orang yang datang adalah Jerry.
"Jerry?" Disha tidak menyangka. Karena sudah malam, dia mau saja menerima tawaran Jerry. Lelaki itu mengantarkannya pulang.
Ketika masuk ke rumah, Defan langsung menyambut dalam keadaan tangan menyilang di depan dada.
"Kau pulang dengan siapa?" selidik Defan.
"Jerry. Tadi kebetulan aku bertemu dengannya saat ingin pulang," jelas Disha. Dia segera melangkah menuju kamar. Akan tetapi langkahnya terhenti karena Defan menghalangi. Jujur saja, Defan kaget saat mengetahui orang yang mengantar Disha tadi adalah Jerry. Dia yang tadinya sempat membuang rasa curiga tersebut, harus merasakan perasaan itu lagi sekarang.
"Ada yang aneh dengan lelaki itu. Kau harus berhati-hati," ujar Defan.
Disha memutar bola mata malas. "Jadi karena itu kau berlagak sok mesra di hadapan Jerry tadi pagi?" tebaknya.
"Aku melakukannya karena peduli kepadamu. Sebaiknya kau jauhi Jerry."
"Dia teman kuliahku, Toy! Tidak ada yang salah dengannya. Kau kenapa jadi berlebihan." Disha menatap penuh selidik. "Kau tidak cemburu kan?" tukasnya.
Defan tercengang mendengar perkataan Disha barusan. Dia segera menjulurkan lidah beberapa kali. Defan berlagak seakan ingin muntah.
"Kalau tidak cemburu, maka sebaiknya lupakan saja kekhawatiranmu itu. Aku bisa menjaga diriku sendiri." Tatapan selidik Disha berubah menjadi tatapan malas. Dia menendang pantat Defan karena merasa geram.
"Dishaaa!" Kini Defan yang dibuat geram. Dia memegangi pantat yang baru saja kena tendangan Disha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Kamiem sag
begitu ya Def
2024-05-12
0
Bzaa
mulai ada 🔥 cemburu kykny nih
2023-06-24
0
Kristina Sinambela
sehat selalu Thor ....
2022-12-05
1