...༻✡༺...
"Nih!" Defan menyodorkan headphone kepada Disha.
"Makasih," jawab Disha. Ia segera memasang headphone ke telinga. Begitu pun Defan. Keduanya kembali sibuk dengan laptop.
Selang satu jam, Defan membuka headphone dan mematikan laptop. Dia menoleh ke arah Disha. Gadis itu sudah tertidur dalam keadaan laptop menyala serta headphone yang masih terpasang.
"Astaga nih anak," komentar Defan. Dia perlahan melepaskan headphone dari telinga Disha. Kemudian mematikan laptop sahabatnya tersebut. Setelah itu, Defan membenarkan posisi Disha.
Usai mengurus Disha, barulah Defan tidur. Dia telentang memiring membelakangi Disha.
Jika tidur bersama Disha, Defan selalu membiarkan lampu menyala. Dia lebih memilih tidur dalam keadaan terang dibanding mendengar keluhan Disha.
Keesokan paginya, Disha dan Defan sudah bangun sebelum jam tujuh pagi. Keduanya sama-sama bersiap akan pergi bekerja. Sebelum itu, mereka sarapan bersama Zerin dan Zidan terlebih dahulu.
"Tadi malam kalian sangat berisik," celetuk Zerin. Menyindir perihal suara keributan yang dibuat Defan dan Disha tadi malam.
"Semangat Defan memang luar biasa, Ma..." sahut Disha.
Zerin terkekeh. "Lelaki kalau sudah coba satu kali pasti akan ketagihan," ujarnya sambil melirik ke arah Defan.
"Padahal katanya nggak pernah tertarik menjalin hubungan dengan gadis mana pun. Eh, ternyata sahabat sendiri yang diembat." Zidan yang sepenuhnya sudah percaya kepada Defan dan Disha, ikut bersuara.
"Memang apa yang membuatmu jatuh cinta sama Disha sih, Fan?" kini Zerin bertanya kepada Defan.
Defan yang sedang mengunyah makanan, tidak sengaja tersedak. Dia langsung bertukar pandang dengan Disha. Mengingat dirinya belum siap terhadap pertanyaan yang ditujukan Zerin.
"Uhuk! Uhuk!" Defan berusaha berhenti terbatuk.
"Minum dulu, Toy..." Disha langsung menyodorkan minuman. Akibat perkataannya itu Zerin dan Zidan membulatkan mata. Mereka tentu penasaran kenapa Disha memanggil Defan dengan sebutan toy.
"Toy?" tanya Zerin seraya mengerutkan dahi.
Deg!
Jantung Disha berdebar kuat. Karena sudah terbiasa, dia jadi keceplosan.
"Itu nama panggilan sayangku untuk Defan, Ma. Toytoy, begitulah aku memanggilnya." Disha memberi jawaban seadanya. Sementara Defan di sebelah, mendelik dalam keadaan cemberut. Lelaki itu segera menyenggol kaki Disha.
Zerin dan Zidan tergelak bersama. Keduanya merasa lucu mendengar nama panggilan Disha untuk Defan.
"Hahaha! Aku tadi sempat mengira kau memanggil Defan dengan sebutan letoy," ungkap Zidan.
"Ternyata Defan bucin juga ya. Aku nggak menyangka dia tidak masalah dengan sebutan nama sayang nyeleneh begitu." Zerin berkomentar.
Disha tersenyum kecut. Dia mengabaikan protes yang diberikan Defan lewat bahasa tubuh.
"Lalu kau memanggil Disha dengan sebutan apa, Fan?" tanya Zidan.
Defan mendengus kasar. "Aku memanggilnya Lulu. Karena dia sangaaaat menggemaskan," jawabnya sembari melingkarkan tangan ke pundak Disha. Kemudian mengapit kepala gadis itu ke ketiak. Defan juga mengelus puncak kepala Disha. Padahal dia tengah melampiaskan kekesalannya.
"Lulu? Bwahahaha!" Zidan tertawa sampai terpingkal-pingkal. "Anak kita kalau bucin jadi alay," cibirnya.
Zerin lantas ikut tergelak. Suasana sarapan benar-benar dihiasi percakapan yang menyenangkan. Terutama baginya dan Zidan. Tetapi tidak untuk Disha dan Defan.
Disha masih berada dalam apitan ketiak Defan. Dia berusaha melepaskan diri. Namun Defan tidak membiarkan.
Karena kesal rambutnya yang rapi sudah diacak-acak, Disha menggigit jari telunjuk Defan. Lelaki itu sontak reflek melepaskan Disha.
Defan menutup mulut serapat mungkin agar tidak berteriak. Ia mengepakkan tangannya. Sedangkan Disha sibuk merapikan rambut dan pakaiannya. Dia kembali melanjutkan sarapan.
Hening menyelimuti suasana dalam sekian detik. Zerin dan Zidan saling bertatapan. Sebab mereka dan keluarga Danendra sudah menyiapkan sesuatu untuk Defan dan Disha.
"Defan, Disha... Aku, Papa, dan kedua orang tua Disha punya hadiah untuk kalian berdua," ucap Zerin. Ada binar kebahagiaan di semburat wajahnya. Menyaksikan Defan sudah menikah benar-benar membuatnya gembira.
Defan dan Disha menatap ke arah Zerin. Keduanya siap mendengarkan.
"Kami menyiapkan perjalanan bulan madu untuk kalian ke Eropa!" ungkap Zerin antusias. Akan tetapi tidak untuk Disha dan Defan. Karena keduanya mementingkan pekerjaan lebih apapun, hal seperti bulan madu jelas adalah sesuatu yang membuang waktu. Terlebih pernikahan yang mereka jalani hanya pernikahan kontrak. Buat apa repot-repot melakukan bulan madu?
Mata Disha dan Defan terbelalak bersamaan. Keduanya perlahan saling menatap. Mereka seolah bicara lewat tatapan tersebut.
"Gimana? Senang nggak?" tanya Zidan seraya memperhatikan ekspresi pasutri baru di hadapannya.
Kini Disha yang menyenggol kaki Defan. Menyuruh lelaki itu untuk menolak.
"Enggak, Pa. Aku dan Disha sepertinya nggak bisa pergi bulan madu dalam waktu dekat. Ada--"
"Pasti pekerjaan kan? Kau tenang saja, perusahaanmu juga perusahaanku. Aku bisa mengurusnya saat kau pergi." Zidan memotong perkataan Defan.
"Tapi bagaimana dengan Disha. Dia juga punya bisnis yang harus diurus," sahut Defan yang langsung dianggukan oleh Disha.
"Papahnya Disha sudah memberitahu kami kalau dia yang akan mengurus perusahaan saat Disha pergi," ucap Zerin. "Ayolah! Apa kalian tidak ingin keliling Eropa? Pasti menyenangkan bisa berbulan madu sambil menjelajah banyak kota," sambungnya.
"Ba-banyak kota?" kelopak mata Disha melebar. Ia pikir dirinya salah dengar.
Defan yang tahu segera menjelaskan, "Mama membicarakan Eropa, Sha. E-R-O-P-A... kita akan berbulan madu di sebuah benua dan bukan negara."
Disha menggeleng kuat. Perjalanan keliling Eropa tentu akan memakan waktu yang lama. Dia tidak bisa membayangkan harus meninggalkan pekerjaannya selama itu.
"Aku dan Defan benar-benar tidak bisa. Kami..."
"Kalian kenapa terkesan seperti tidak suka? Kami dan keluarga Danendra sudah merencanakan semua ini jauh-jauh hari. Bahkan sebelum kalian menikah." Menyaksikan reaksi Disha dan Defan, Zerin merasa kecewa. Keantusiasannya pudar seketika.
"Itu benar sekali. Kami juga sudah terlanjur memesan tiket dan hotel untuk kalian. Bayangkan berapa banyak uang yang terbuang kalau kalian menolak. Sikap kalian sekarang membuat kecurigaan--"
"Baiklah! Aku dan Defan akan bulan madu ke Eropa." Disha menjeda perkataan Zidan. Dia tidak mau hidupnya terganggu lagi dengan kecurigaan mertuanya sendiri.
Defan mendelik. Dia tak percaya Disha membuat keputusan sendiri. Sekarang Defan tak bisa berkata-kata.
"Nah begitu dong. Minggu depan nanti kalian harus siap untuk berangkat. Jadi sebaiknya dari sekarang kalian urus pekerjaan yang penting," kata Zidan.
Disha mengangguk. Sementara Defan hanya menunduk.
Selepas sarapan bersama, Disha dan Defan berpamitan. Mobil yang dinaiki keduanya baru saja keluar dari gerbang rumah keluarga Dirgantara.
"Apa-apaan itu! Harusnya kita bertahan sampai titik darah penghabisan!" cetus Defan. Membahas perihal keputusan Disha yang terlanjur setuju untuk pergi ke Eropa.
"Heh! Kalau kita menolak, Papa Zidan akan curiga lagi sama hubungan kita! Aku lebih terganggu dengan itu dibanding pergi ke Eropa!"
"Kau tidak tahu berapa lama waktu kita terbuang!"
"Sudahlah! Lagi pula keluarga kita sudah terlanjur menyiapkan segalanya!"
Defan mengeratkan rahang kesal. Dia menoleh ke arah Disha. Saat hendak bicara, Disha mendadak berteriak.
"Toy! Ada orang menyebrang!" pekik Disha.
Defan reflek menatap ke depan. Lalu menginjak rem sekuat tenaga.
Bruk!
Seorang lelaki langsung jatuh karena ditabrak mobil Defan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Kristina Sinambela
blm lolos review ya Thor?dah GK sabar 😁
2022-12-04
1
Nunu
jngan lama" thor yg hot"nya ..wkwkwk
2022-12-03
1
Anis Arfita
hayo kan
2022-12-03
1