"Si****! Kenapa aku membangun sekte di atas gunung?" Li Yao protes kepada dirinya sendiri.
Tengah malam di atas gunung sangatlah dingin. Sehabis menyelidiki sejarah selama 100 tahun sejak kematiannya, pada sore harinya Li Yao baru mulai mendaki gunung.
Li Yao sampai ke atas gunung saat tengah malam. Angin berembus kencang, sekujur tubuh Li Yao keringat dingin. Setelah mendaki ribuan tangga selama beberapa jam, Li Yao kecapekan.
Malam ini seharusnya Li Yao menginap di bawah sana. Ia agak menyesali keputusannya yang terburu-buru untuk memeriksa kondisi sektenya.
Bagaimanapun, menurut informasi yang didengarnya dari bawah sana, Sekte Jalan Surgawi yang telah berganti nama menjadi Sekte Jalan Pegunungan, saat ini telah jatuh dan hampir hancur.
"Dimana papan nama sekteku yang megah itu?" tanya Li Yao di dalam hati.
Di atas gerbang itu, hanya terdapat papan kayu usang yang bertuliskan Sekte Jalan Pegunungan. Kelelahan di tubuh Li Yao hilang. Ia lekas menggedor gerbang tersebut berkali-kali.
Gerbang dibuka, seorang pria berusia empat puluhan muncul lalu melihat Li Yao dengan tatapan heran. Pria itu bernama Gao Ming, ia adalah pelatih murid tingkat 3 dari Sekte Jalan Pegunungan.
"Anak kecil, bagaimana kamu bisa berada di atas sini?" tanya Gao Ming cemas.
"Aku jatuh dari atas langit, b******k!" umpat Li Yao di dalam hati, kesal. Tentu saja dia mendaki gunung untuk naik ke atas sini.
"Mari masuk dulu, sangat dingin di atas gunung saat malam hari. Kamu bisa menginap di sini untuk malam ini." Gao Ming mempersilakan Li Yao masuk, lalu menuntunnya menuju ke kamar tamu.
Sepertinya pria itu sedikit pun tidak curiga dengan kedatangan Li Yao. Bisa-bisanya ia membiarkan orang tak dikenal memasuki sekte. Mungkin itu karena umur Li Yao yang masih belia, jadi Gao Ming tidak terlalu mempermasalahkannya.
"Kenapa lantai tempat latihannya cuma tanah? Ke mana lantai batu marmernya?" Li Yao bertanya-tanya di dalam hati.
Langkah kaki mereka terus berlanjut. Li Yao melihat banyak sekali benda-benda yang hilang dari sektenya. Benda paling besar yang menghilang adalah kelima istana, rahang Li Yao seakan lepas saat melihat itu.
"Apa kamu ingin datang ke ruangan leluhur terlebih dahulu untuk memberi penghormatan?" ucap Gao Ming tiba-tiba.
"Tentu saja," balas Li Yao, berusaha mengukir senyum di wajah. Sebenarnya di dalam hati Li Yao sedang mengutuk.
"Aku leluhurmu, s*****! Bagian mananya kalian menghormatiku?"
Sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur, orang-orang di dunia ini membangun ruangan leluhur. Setibanya di dalam sana, sekali lagi Li Yao dibuat tercengang dengan kesederhanaannya.
Sebuah bingkai tanpa lukisan tergantung dihadapannya. Seharusnya di dalam bingkai itu terdapat gambar Li Yao, pendiri Sekte Jalan Surgawi.
Di bawah bingkai tersebut terdapat sebuah meja kecil, sedangkan di atas meja itu tergeletak beberapa lilin dan batang dupa. Tidak ada hiasan sama sekali, semuanya benar-benar kosong.
Tempat lilin emas, gulungan kuno berisikan tulisan Li Yao, dekorasi penuh permata, bahkan semua lukisan yang menghiasi ruangan ini juga tidak ada. Tapi daripada semua itu, ada satu hal yang membuat Li Yao benar-benar marah.
"Bukankah di sana seharusnya terdapat prasasti batu?" tanya Li Yao tanpa sadar.
"Bagaimana kamu tahu?" Gao Ming balas bertanya.
Li Yao diam menunggu Gao Ming menjawab pertanyaannya.
"Maksudmu batu besar dengan goresan-goresan tak terhitung itu. Kami tak melihat kegunaan batu tersebut, jadi kami membuangnya!" jelas Gao Ming.
"Idiot!" teriak Li Yao, tidak dapat menahan kekesalannya.
Lutut Li Yao jatuh, dengan kedua tangan ia lekas menarik rambutnya yang berantakan. Sekte Jalan Surgawi sudah hancur. Bagaimana bisa idiot-idiot ini menghancurkan sekte yang didirikan oleh Li Yao dengan tampang polos seperti itu?
Chapter pertama sampai keenam seni jalan surgawi tertulis pada permukaan batu tersebut. Itulah satu-satunya peninggalan seni jalan surgawi yang ditulis oleh Li Yao. Jika batu itu sampai hilang atau dihancurkan, maka seni jalan surgawi akan lenyap dari muka bumi.
"Nak, kamu kesambet apa?" ucap Gao Ming khawatir. Li Yao mendadak bertingkah seperti orang gila.
"Saya mohon, izinkan saya bertemu dengan ketua sekte!" pinta Li Yao sambil bersujud. Ia harus membereskan semua masalah yang ada, sebelum mereka membuat masalah yang lebih besar.
***
"Masuk!"
Gao Ming langsung masuk begitu dipersilakan. Di dalam ruangan itu, terdapat seorang pria berusia lima puluhan berpenampilan sederhana. Ia adalah ketua Sekte Jalan Pegunungan, namanya Tao Zhen.
"Pelatih Gao, ada apa malam-malam begini mengunjungi ruanganku?" tanya Tao Zhen ramah.
"Sebenarnya malam ini kita kedatangan tamu seorang anak kecil. Anak kecil itu memaksa untuk bertemu denganmu, Ketua!" ungkap Gao Ming, ia sedang mengingat seorang anak kecil yang bersikeras ingin bertemu dengan ketua sektenya.
"Siapa anak kecil itu?" tanya Tao Zhen penasaran. Hampir tidak pernah ada seseorang yang mengunjungi sektenya pada malam hari, terlebih orang itu hanya anak kecil.
"Aku tak tahu, anak itu hanya menyebutkan bila namanya adalah Li Yao," jawab Gao Ming.
Tao Zhen agak terkejut saat mendengar nama Li Yao di sebut oleh Gao Ming.
"Aku penasaran dengan anak itu, di mana dia sekarang?"
"Dia sedang menunggu di luar."
Tao Zhen lantas keluar dari ruangannya, diikuti oleh Gao Ming dari belakang. Di luar, Li Yao sudah menunggu kedatangan mereka sambil memegang sebilah pedang. Pedang itu ia ambil dari dalam cincin spasial yang terpasang di jari manisnya.
Ketika Li Yao melihat sosok Gao Ming keluar bersama dengan ketua sekte, Li Yao lekas mengambil kuda-kuda lalu menusukkan pedangnya ke depan, ke arah kedua orang tersebut.
Gerakan tangan Li Yao terlihat sangat pelan, apalagi pedangnya hanya menusuk udara kosong. Walau begitu, seketika kedua tetua itu merasakan sebuah pedang raksasa hendak menusuk tubuh mereka.
Mereka tak bisa bergerak, intimidasi dari pedang raksasa itu terlalu kuat. Kejadian itu hanya berlangsung singkat. Saat mereka siap melawan, gambaran pedang raksasa itu dalam sekejap langsung menghilang.
"Siapa yang mengirim kamu?" ujar Gao Ming, ia segera mengambil kuda-kuda menyerang namun dihentikan oleh Tao Zhen.
"Katakan, kamu sebenarnya siapa? Apa tujuanmu datang ke sekte kami yang hampir hancur?" Tao Zhen menginterogasi dengan suara gemetar.
Pedang yang barusan diperlihatkan oleh Li Yao, dahulu Tao Zhen juga pernah melihat pedang tersebut. Itu adalah pedang Sekte Jalan Surgawi yang telah hilang.
"Sebelum itu, aku ingin meminta maaf kepada tetua karena sudah bersikap sangat tidak sopan." Li Yao meminta maaf, sungguh suatu kejadian yang sangat langka.
"Namaku Li Yao, aku ingin menjadi murid Sekte Jalan Pegunungan!" ungkap Li Yao seraya menangkupkan tangan.
"Baiklah, aku menerimamu!" ucap Tao Zhen serius, sambil mengelus jenggot.
"Eh?" Li Yao tercengang, ia tidak menduga akan langsung diterima semudah ini. Padahal ia sudah menyiapkan berbagai alasan di kepalanya. Itu juga alasan Li Yao menunjuk sekelebat Jalan Pedang barusan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Siti aulia syifa Az_zahra
oh,, hampir lupa klo si bocil sebenernya kakek moyang mereka
2023-03-24
0
Lezhin Zee
Up
2022-12-06
0