Diantara tumpukan berbagai jenis pusaka. Mata Li Yao terpaku pada sebuah pedang merah menyala sepanjang 1,5 meter. Itu merupakan pedang yang cukup besar, mengingat tinggi Li Yao pada saat ini adalah 120 sentimeter.
Li Yao jelas tak bisa menggunakan pedang itu sekarang. Walau demikian, pedang tersebut berhasil mengambil perhatiannya. Alasannya sederhana, pedang itu memiliki tingkatan yang lumayan tinggi, pusaka surga tingkat rendah.
Walau hanya tingkat rendah, pusaka surga tetaplah pusaka surga yang sangat langka dan kuat. Sekte kecil atau menengah bahkan tidak memiliki kesempatan untuk mendapatnya.
Selain karena harganya mahal, jika sekte kecil atau menengah memiliki pusaka tingkat surga maka sekte tersebut menjadi rawan akan diserang. Pusaka surga tingkat rendah adalah senjata milik raja pendekar yang telah menyatu dengan langit.
Diantara raja pendekar bahkan ada yang tidak memiliki pusaka surga, sebab itulah pusaka surga sangat dicari keberadaannya. Jika Li Yao mengungkapkan senjata surga miliknya, bisa dipastikan banyak pendekar yang akan berusaha merebutnya.
Mereka bahkan tidak segan untuk menghancurkan Sekte Jalan Pegunungan untuk mendapatkannya.
Semua penjelasan itu sudah menunjukkan betapa berharga dan berbahayanya pusaka tingkat surga. Li Yao bukan orang bodoh, ia tidak mungkin menunjukkan pusaka itu hanya untuk pamer.
Setelah Li Yao cukup kuat, barulah ia akan mengeluarkan pusaka itu. Sekarang ia harus menemukan senjata yang cocok untuk tubuh kecilnya. Sehabis mencari selama lima menit, Li Yao akhirnya mendapatkan tiga pusaka yang cocok.
Sebuah pusaka bumi tingkat rendah berbentuk pedang kecil, namanya pedang pengiris iblis. Sebuah harta pusaka tingkat tinggi berbentuk belati, namanya belati terbang. Terakhir adalah pusaka bumi tingkat menengah berbentuk jubah, namanya jubah peri daun.
***
Saat matahari hampir tenggelam, murid-murid tingkat 3 akhirnya mempraktikkan Teknik Dasar Perjalanan ke Gunung. Di awasi oleh Gao Ming selaku pelatih mereka, kelihatannya mereka sudah terbiasa menggunakan teknik dasar tersebut.
Setelah melihat secara langsung teknik dasar yang konyol itu, Li Yao sekarang tahu alasan kenapa orang-orang itu mengganti Teknik Dasar Memulai Perjalanan.
Berbeda dengan Teknik Dasar Memulai Perjalanan yang bertujuan untuk membersihkan Qi dan melatih tubuh dengan teknik dasar, Teknik Dasar Perjalanan ke Gunung bertujuan agar tubuh para penggunanya sesuai dengan teknik beladiri yang ia gunakan.
Bukankah itu bagus? Pada awalnya, perkembangan pengguna teknik tersebut memang akan meningkat pesat. Mereka akan menjadi kuat lebih cepat daripada orang yang mempratikkan Teknik Dasar Memulai Perjalanan.
Akan tetapi setelah kultivasi pengguna teknik itu meningkat sedikit lebih tinggi, maka perkembangan akan melambat lalu berhenti. Alasannya sederhana, itu karena pondasi tubuh dan Qi pengguna teknik tersebut sangatlah rapuh.
Jika itu sampai terjadi, maka pengguna Teknik Dasar Memulai Perjalanan yang sudah berlatih keras akan dapat menyalip mereka.
Apalagi inti seni beladiri Sekte Jalan Surgawi adalah melatih teknik dasar tanpa batas, bukan teknik pedang indah yang bervariasi. Teknik Pedang Menembus Awan, teknik itu terlalu rumit dan tidak cocok di pakai untuk seseorang yang baru memulai berkultivasi.
Sejak awal memang sudah salah, sekarang bagaimana cara Li Yao memperbaiki kesalahan ini?
Ketika Li Yao memikirkan jawaban atas pertanyaan itu, tanpa sadar latihan sudah selesai. Mereka semua mandi, makan malam, lalu kembali ke dalam asrama untuk tidur. Bersiap untuk latihan besok.
Di lorong asrama, seseorang memegang bahu Li Yao lalu mencegatnya. Sebagian murid tingkat 3 seketika mengelilinginya, mereka tak sabar ingin melakukan penyambutan kecil kepada junior yang baru bergabung dengan Sekte Jalan Pegunungan.
"Kamu mau pergi kemana, adik junior?" tanya Song Chao, menyeringai jahat.
Li Yao memindai sekelilingnya lalu berbalik menatap Song Chao. Sungguh waktu yang tepat sekali. Setelah memikirkan rencana untuk memperbaiki seni beladiri sektenya, hal pertama yang harus Li Yao lakukan adalah menaklukkan murid tingkat 3 agar mereka menuruti perintah dirinya.
"Apa kakak bos di tempat ini?" tanya Li Yao sambil tersenyum
"Seperti yang kamu lihat," jawab Dong Chao, merasa sedikit kesal dengan sikap santai Li Yao.
"Jika aku mengalahkanmu, apakah aku akan menjadi bos di tempat ini?" Li Yao bertanya lagi.
Hening.
Tatapan Song Chao menajam menatap mata Li Yao. Mendadak Song Chao tertawa, diikuti oleh semua murid tingkat 3 yang mengelilinginya. Mereka tak pernah menduga bila Li Yao akan mengajukan pertanyaan seperti itu.
Tidak terkecuali dengan Li Yao, anak laki-laki berusia 8 tahun itu juga ikut tertawa terbahak-bahak. Tawanya bahkan terdengar lebih keras daripada tawa semua murid yanga ada tempat tersebut.
Song Chao menghentikan tawanya, begitu juga murid-murid lainnya. Mereka tidak paham kenapa Li Yao ikut tertawa, apa bocah itu sudah gila? Saat tawa semua orang telah berhenti, Li Yao masih terus tertawa.
"Kenapa berhenti?" tanya Li Yao sembari tertawa kecil.
"Adik, apa kamu meremehkanku?" Song Chao marah, urat di pelipisnya terlihat semakin besar.
"Tidak!" jawab Li Yao buru-buru, seolah takut menyinggung kemarahan Song Chao.
"Cepat lepas pakaianmu lalu berdirilah dengan tenang! Terima pukulanku maka aku akan melupakan kejadian ini!" ancam Song Chao.
Tawa Li Yao akhirnya berhenti, walaupun senyum masih terpampang carah di wajahnya.
"Kenapa kakak senior terus menyuruhku melepas pakaian? Apa kakak belok?" Li Yao dengan gelisah memegang erat pakaian yang dikenakannya, seolah takut akan dibuka secara paksa.
"Sejak datang dan bergabung dengan sekte ini, aku belum pernah sekali pun melihat perempuan. Ke mana para murid perempuan? Apa hanya ada kalian, murid laki-laki? Pantas saja, apa karena itu kalian semua menjadi belok?" sambung Li Yao dengan kekhawatiran di dalam nada suaranya.
Rahang semua murid di tempat itu jatuh. Song Chao dalam sekejap langsung melayangkan pukulan ke wajah Li Yao. Anak berandalan itu sepertinya sudah tidak tahan mendengar ocehan Li Yao.
Sebelum pukulan itu mendarat di wajahnya, Li Yao dengan santai menghindar lalu meninju wajah Song Chao. Song Chao terbang kemudian jatuh dan tergeletak kaku, anak berandalan itu telah pingsan.
Menyaksikan orang terkuat diantara mereka dapat dikalahkan dengan sangat mudah, mata murid-murid itu langsung membola seakan hendak terlepas.
"Ups, ternyata dia jauh lebih lemah daripada perkiraanku. Aku harus lebih hati-hati mengendalikan kekuatanku," pikir Li Yao.
"Kakak tertua," ucap salah seorang murid.
Seorang anak berusia empat belas tahun dengan pembawaan tenang muncul dihadapan Li Yao. Diantara semua murid tingkat 3, anak itu memang kelihatan yang paling tua.
"Selain dia, apa kamu pemimpin di tempat ini?" tanya Li Yao, tangannya menunjuk tubuh Song Chao yang telah pingsan.
"Ya!" jawab Chang Fen tenang.
Chang Fen, itulah nama kakak tertua di tempat tersebut.
"Jadi kalau aku akan mengalahkanmu, aku akan menjadi pemimpin di tempat ini?" tutur Li Yao.
"Mungkin saja," balas Chang Fen pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments