Sekujur tubuh Xiao Chen tegang karena bahaya. Pemuda itu harus selalu berhati-hati atau hidupnya akan berakhir. Begitulah pikir Xiao Chen pada saat itu.
Setelah menganalisis keadaan dan berdebat dengan sosok yang memberinya sinyal bahaya, semua keanehan itu akhirnya terjawab juga. Rupanya sosok berbahaya itu hanyalah anak kecil.
Ketegangan Xiao Chen langsung mereda, berbagai emosi negatif seketika menyusup ke dalam hatinya. Jiwa milik bocah itu sangat terang. Jika Xiao Chen memakan jiwa semurni itu, maka mungkin saja kultivasinya akan langsung meningkat secara drastis.
Ada keanehan di sekeliling bocah tersebut, namun Xiao Chen mengabaikannya. Saat bocah itu mengatakan ingin menggantikan kakaknya untuk di bawa menjadi tumbal, tentu saja Xiao Chen menghiraukannya.
Dasar naif.
Butuh kekuatan yang setara agar kesepakatan bisa dilakukan. Dalam hal ini, Xiao Chen bisa menculik Li Yao karena perbedaan kekuatan yang sangat besar. Ia tidak perlu membuat kesepakatan dengan bocah tersebut.
Di kuasai keserakahan, Xiao Chen menerjang ke depan lalu mencekik leher Li Yao. Li Yao tersenyum, itu adalah senyum kemenangan. Xiao Chen tak tahu alasan bocah itu tersenyum.
Padahal bocah tersebut sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk mengalahkan dirinya. Apa yang bisa dilakukan oleh seorang bocah pada tahap mengumpulkan Qi?
[Seni Iblis Pemakan Jiwa - Melahap Jiwa]
Jiwa Li Yao keluar dari tubuh kecilnya. Li Yao bisa merasakan tangan dan kakinya dipasak dengan besi panas, sedangkan tubuh dan lehernya diikat oleh rantai beku.
Persiapannya selesai, jiwa Li Yao yang sudah terbelenggu akhirnya masuk ke dalam tubuh Xiao Chen. Dunia jiwa Xiao Chen gelap, ratusan jiwa menjerit memekakkan telinga Li Yao.
Suara itu berasal dari bawah lantai. Saat Li Yao menunduk, ia melihat ratusan jiwa sedang berenang di air berdarah. Jiwa-jiwa itu mencoba menggapai tubuh Li Yao yang di pasung di tiang berbentuk lingkaran.
Tiang itu perlahan bergerak ke bawah. Sebelum kaki Li Yao sempat menyentuh lautan darah, seluruh pasak dan rantai yang mengikat dirinya dalam sekejap langsung terlepas.
Sosok Xiao Chen muncul, ia terkejut melihat perbuatan Li Yao yang sangat tidak terduga.
"Siapa kamu? Dimana anak kecil itu?" tanya Xiao Chen panik.
Pemuda itu tidak melihat seorang anak kecil, ia hanya melihat seorang pria tua tinggi berwajah tegas telah melepaskan diri dari belenggu yang di ciptakannya.
Wujud jiwa Li Yao memang seorang pria tua tinggi berwajah tegas. Seratus tahun yang lalu, itu adalah wujud Li Yao sebelum kematian menjemput dirinya.
[Seni Jalan Surgawi Chapter Kelima - Jalan Cahaya]
Sebuah pedang raksasa dari cahaya muncul di atas kepala Li Yao. Li Yao lekas menggenggam pedang tersebut dengan kedua tangan lalu mengayunkannya ke arah Xiao Chen.
Xiao Chen berusaha menghindari tebasan tersebut namun gagal. Pedang cahaya itu semakin besar saat menebas jiwa Xiao Chen, alhasil jiwa Xiao Chen yang kecil tertelan oleh tebasan itu.
Pedang cahaya itu perlahan memurnikan jiwa Xiao Chen. Di saat yang bersamaan, seluruh kisah hidup Xiao Chen tiba-tiba diputar ulang di kepalanya.
Hal itu terjadi tanpa Xiao Chen hendaki.
***
Xiao Chen lahir dari keluarga yang sangat miskin. Tumbuh di lingkungan yang kurang baik, tidak membuat Xiao Chen menjadi anak yang nakal. Ia tidak ingin menjadi beban bagi ibunya.
Xiao Chen tak memiliki ayah. Satu-satunya keluarga dan teman bicara yang dimiliki oleh Xiao Chen hanyalah ibunya. Ibunya bekerja sebagai pelayan di sebuah rumah makan, dari pagi sampai sore hari.
Saat ibunya pulang, Xiao Chen akan menghabiskan banyak waktu dengan ibunya. Itu adalah kebahagiaan kecil mereka, sungguh kebahagiaan yang sederhana.
Ibu Xiao Chen berasal dari keluarga terpandang. Ia diusir karena tidak menuruti perintah orang tuanya, mereka tak ingin ibunya melahirkan Xiao Chen.
Ketika Xiao Chen lahir, kedua orang tua ibunya langsung memutuskan hubungan mereka dengan ibunya. Setiap mengingat itu, Xiao Chen langsung di hinggapi rasa bersalah.
Banyak masalah dalam hidup mereka, tapi mereka selalu bisa mengatasinya. Ketika Xiao Chen berusia 10 tahun, ia mencoba mencari teman atas saran dari ibunya.
Tidak ada yang ingin menjadi teman Xiao Chen. Seorang bocah kotor dan bau dari wilayah kumuh, semua anak di kota itu mengejek dan menjauhinya.
Suatu ketika seorang anak menghina ibu Xiao Chen, Xiao Chen langsung berkelahi dengan anak tersebut. Seharusnya Xiao Chen tak melakukan hal itu, itu adalah awal dari kesialan yang menimpa keluarganya.
Ayah anak itu adalah seorang saudagar kaya. Rupanya anak itu mengadukan perbuatan Xiao Chen kepada ayahnya. Di temani pengawal, ayah anak itu datang ke rumah Xiao Chen.
Ayah anak itu meminta ganti rugi dan uang pengobatan untuk anaknya, namun Xiao Chen dengan ibunya tak mampu membayar ganti rugi itu.
"Kalau begitu, biarkan aku memotong tangan anakmu!" ucap ayah anak itu dengan sinis.
"Tuan, tolong ampuni anak saya! Saya akan melakukan apa saja untuk membayar ganti ruginya," ucap ibu Xiao Chen dengan suara bergetar.
Bukan hanya suara ibunya yang bergetar, tubuh ibunya juga bergetar. Xiao Chen bisa merasakannya dengan sangat jelas, karena saat itu ia sedang berada di dalam pelukan ibunya.
Hari itu, ayah anak tersebut membawa ibu Xiao Chen. Xiao Chen terus menunggu kepulangan ibunya. Ibunya pulang ketika ayam jago sudah berkokok.
Pagi itu, ibunya mencambuk punggung Xiao Chen sampai berdarah. Itu adalah hukuman yang diberikan oleh ibunya, Xiao Chen hanya diam menahan rasa sakit dari cambukan itu.
"Walau kamu dihina, walau ibumu ini dihina, kamu jangan pernah membalas perbuatan mereka jika kamu tak memiliki kekuatan," ucap ibunya berlinang air mata, tangannya bergerak mencambuk punggung Xiao Chen.
Sejak hari itu, setiap dua kali seminggu ibu Xiao Chen selalu pulang pagi pagi buta. Kehidupan mereka terus berjalan, Xiao Chen menyerah mencari teman dan tidak peduli dengan segala ejekan yang diucapkan oleh anak-anak itu.
Bahkan saat anak-anak itu mengganggu dan memukulinya, Xiao Chen sama sekali tidak membalas. Ia tidak ingin menjadi beban bagi ibunya. Ibunya sudah sangat kesulitan untuk mencukupi kebutuhan mereka.
"Chen'er, jika satu keinginanmu bisa dikabulkan, apa yang akan kamu minta?" tanya ibunya, usai Xiao Chen menghabiskan makan malam di atas meja.
"Aku hanya ingin hidup normal dengan ibu," jawab Xiao Chen, sehabis berpikir selama beberapa saat.
Beberapa hari setelah itu, Xiao Chen melihat mayat ibunya tengah diarak menuju ke arahnya. Xiao Chen membatu, telinganya berdenging keras.
Dunia Xiao Chen kini benar-benar runtuh.
"Ibumu sangat menjijikkan! Berani sekali dia menggoda dan tidur dengan suamiku! Wanita seperti itu... "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Siti aulia syifa Az_zahra
serem amat nasibnya,,
2023-03-23
0
Fahruraji Fahruraji
okay
2023-01-10
0
Lezhin Zee
Kasian si chen"
2022-12-01
0