Li Yao dalam sekejap menghajar ketiga bocah yang mengejek dirinya. Ketiga bocah itu mencoba melawan dengan tongkat di tangan mereka, namun Li Yao mematahkannya lalu memukuli mereka sampai babak belur.
"Diam!" seru Li Yao dengan tatapan mengancam
Mereka mengindahkan ancaman Li Yao. Tangis mereka tidak berhenti, malah terdengar semakin kencang. Li Yao lantas menarik kerah bocah yang paling tua lalu memukuli wajahnya berulang kali.
"Aku bilang D-I-A-M!" ancam Li Yao, sukses membuat ketiga bersaudara itu berhenti menangis.
"A-ayahku sa-saja tak pernah menghukumku sampai seperti i-ini," protes bocah yang paling muda, bicaranya tersendat-sendat.
"Sekarang kalian tahu, kan? Bagaimana rasanya dipukul? Padahal kalian sering memukuli para pelayan sampai babak belur seperti ini," balas Li Yao kesal.
"Ta-tapi mereka hanya pelayan," ungkap bocah yang paling muda, kelihatan tak mau kalah.
"Sepertinya kamu minta dipukul lagi!" ucap Li Yao seraya mengepalkan tangan.
"Ma-maaf, aku bersumpah tak akan pernah memukuli pelayan!" Bocah yang paling muda itu bersumpah tanpa pikir panjang.
"Sekarang jawab pertanyaanku! Tahun berapa sekarang?" Li Yao memulai interogasinya.
Ketiga bocah itu saling memandang, merasa aneh dengan pertanyaan Li Yao. Bagaimana bisa ada orang yang tidak tahu sekarang tahun berapa? Mengabaikan keanehan itu, secepatnya bocah yang paling tua langsung menjawab.
"Tahun 100 kalender baru."
"Apa maksudmu?" Li Yao tidak mengerti, pertempurannya dengan Chenyu saja terjadi pada tahun 2222.
"Setelah Aliansi Surgawi mengalahkan Raja Jurang Maut, mereka menetapkan hari itu sebagai awal tahun kalender baru," jelas bocah yang paling muda, ia bingung kenapa harus menjelaskan informasi umum yang sudah diketahui oleh semua orang.
"Apa maksudmu?" ulang Li Yao seraya berjalan ke hadapan bocah yang paling muda. Sesungguhnya Li Yao paham dengan penjelasan bocah-bocah itu.
Jika asumsi Li Yao benar, Aliansi Surgawi pasti mengklaim bila mereka adalah orang yang berperang melawan Suku Iblis dan menyelamatkan dunia.
Itu tidak bisa dibiarkan. Sekte Jalan Surgawi mengorbankan banyak hal untuk menyelamatkan dunia, tetapi Aliansi Surgawi yang menikmati pengorbanan Sekte Jalan Surgawi.
Apa yang dilakukan ba*****n tua Aliansi Surgawi ketika Suku Iblis menyerang? Mereka bersembunyi dan hanya bergerak ketika melihat keuntungan.
Tanpa Li Yao sadari, hawa membunuh yang sangat kuat keluar dari dalam tubuhnya. Seketika bocah yang paling muda pingsan. Li Yao buru-buru menenangkan diri lalu menarik hawa membunuhnya.
Kedua bocah itu panik melihat adiknya pingsan, Li Yao berusaha menenangkan mereka.
"Tenang saja! Adik kalian hanya pingsan."
"Bagaimana keadaan Sekte Jalan Surgawi?" Li Yao melanjutkan interogasinya.
"Sekte Jalan Surgawi? Aku tak pernah mendengar sekte bernama itu," jawab bocah yang paling tua, bocah satunya lagi hanya mengangguk-angguk.
Kecemasan Li Yao semakin besar. Pertanyaan mengenai keadaan Sekte Jalan Sergawi berkecamuk di dalam pikirannya.
"Kalian tak mengenal Li Yao?"
"Bukankah Li Yao adalah namamu?"
Li Yao menghela napas lalu lanjut bertanya.
"Jadi dimana aku sekarang?"
"Desa Sungai Batu, dekat Biara Laut Putih Kekaisaran Timur."
Li Yao mengenal Biara Laut Putih. Biara Laut Putih adalah biara terbesar yang ada di kekaisaran timur dan dunia. Kekuatan biara tersebut setara dengan sekte tingkat atas.
Tidak melebihkan bila disebut, Biara Laut Putih adalah salah kekuatan terbesar yang ada di kekaisaran timur, selain Sekte Jalan Surgawi dan Sekte Seribu Pedang.
Sebenarnya Biara Laut Putih berlokasi tidak terlalu jauh dari Sekte Jalan Surgawi. Butuh waktu sebulan dari Biara tersebut untuk sampai ke Sekte Jalan Surgawi.
"Hey, sekarang lepas semua pakaianmu!" ucap Li Yao kepada bocah yang paling tua. Ia sudah selesai mengorek informasi dari mereka.
"A-apa?" Bocah itu kelihatan bingung.
"Cepat!" seru Li Yao kesal. Ia kesal dengan informasi yang diberikan oleh mereka.
Tanpa banyak tanya, bocah itu segera menanggalkan seluruh pakaian yang dikenakannya. Li Yao lantas mandi di sungai kemudian memakai pakaian itu. Tak lama Li Yao langsung pergi dari tempat itu.
Ketika Li Yao pergi, kedua bocah itu langsung menangis. Mereka lekas membawa tubuh adik mereka lalu mengadukan perbuatan Li Yao kepada ayahnya.
Ayah bocah-bocah itu dengan marah meminta seorang pengawal untuk mencari Li Yao.
"Cari pelayan kecil itu! Seret ke sini hidup atau mati, bagaimana bisa aku membiarkan pelayan itu menghina anakku."
"Baik, Tuanku!" ucap pengawal itu seraya tersenyum jahat.
***
Dua hari berlalu.
Li Yao sampai di Kota Harimau Tua. Keadaan Kota kecil itu tidak banyak berubah. Dahulu Li Yao sering melewati kota kecil ini ketika turun gunung atau sedang menjalani misi.
Semuanya tampak familiar walau jelas ada yang berbeda. Di persimpangan jalan, Li Yao duduk seperti bocah pengemis. Seluruh tenaganya habis setelah melakukan perjalanan selama dua hari.
Bajunya kembali compang-comping, tubuhnya kotor karena tak mandi. Suatu ketika orang yang lewat memberikan Li Yao roti dan sekeping koin tembaga, Li Yao langsung menghabiskan roti itu dalam sekejap.
Mulut Li Yao sudah mati rasa karena memakan rumput dan daun. Di tengah perjalanannya yang aman, Li Yao tidak menemukan buah-buahan atau binatang hutan untuk diburu lalu dimakan.
Li Yao memilih jalan besar agar lebih cepat sampai ke Sekte Jalan Surgawi, sebab itulah perjalanannya berlangsung dengan sangat lancar. Tidak ada perampok, tidak ada binatang buas, apalagi Li Yao sangat terburu-buru sampai tidak menyadari keadaan perutnya.
"Hey, cepat pergi dari sini lalu tinggalkan hasil mengemismu! Ini adalah kawasan kami! Apa kamu tak pernah mendengar nama Bo Cheng Si Bandit Pengemis?" ancam seorang pemuda berusia 16 tahun.
Pemuda berpakaian pengemis itu tiba-tiba muncul di hadapan Li Yao. Li Yao menatap pemuda itu kemudian tersenyum.
"Bagaimana kalau aku tak ingin?" tantang Li Yao.
Pemuda itu kesal, tinjunya tiba-tiba melayang ke wajah Li Yao. Li Yao dapat menghindari pukulan itu dengan mudah lalu memukul pemuda tersebut sampai pingsan.
Ketika Pemuda itu sadar, Li Yao memerintahkan pemuda tersebut untuk membawanya menghadap Bo Cheng. Pemuda itu tertawa di dalam hati, ia menuruti perintah Li Yao dengan senang hati.
Di dalam ruangan sederhana, Li Yao berhadapan dengan seorang pria bengis berusia tiga puluhan. Pria berwajah bengis itu tak lain adalah Bo Cheng.
Tak lama setelah sampai di tempat itu, pemuda tersebut langsung mengadukan perbuatan Li Yao. Tentu saja pemuda itu melebih-lebihkan ceritanya sambil berupaya menjilat Bo Cheng.
"Ber******! Apa kamu meremehkanku, bagaimana bisa aku percaya dengan ceritamu? Apa kamu pikir aku bodoh?" Bo Cheng tanpa ampun menampar pemuda itu sampai tercampak sejauh 1 meter.
Pemuda itu lagi-lagi pingsan. Li Yao menggeleng, ia menertawakan kebodohan pemuda tersebut. Melihat Li Yao tertawa, Bo Cheng memerintahkan Li Yao untuk mendekatinya.
"Dasar idiot! Kenapa kamu memukulnya?" ucap Li Yao dengan sombongnya, ia mengabaikan perintah Bo Cheng.
Tingkat kultivasi pria itu dapat dilihat dengan mudah oleh Li Yao. Menurut tingkat kultivasinya, Bo Cheng hanyalah pendekar kelas tiga yang sangat lemah.
"Julukan Preman Pasar sangat cocok denganmu!" ejek Li Yao dengan wajah polosnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Lezhin Zee
Ah sangat bagus
2022-11-26
0