Limited Time Girl
“Ogotan!!”
“Ryosuke kun!!”
Teriakan-teriakan para fans saling bersautan, mengelu-elukan nama sang idola masing-masing. Konser TeniMyu sedang di gelar di dalam gedung indoor serba guna yang berlokasi di pinggiran Tokyo, Saitama Super Arena. Dengan kapasitas sampai 37.000 orang, venue ini memang benar-benar bisa menjadi hall serbaguna karena bisa dijadikan acara pameran, olahraga dan acara konser kecil dan besar.
TeniMyu sendiri adalah sebuah StagePlay Musical yang diadaptasi dari serial anime genre Sport berjudul The Prince of Tennis, buatan Takeshi Konomi. StagePlay ini memiliki 3 Season, dan yang saat ini digelar adalah konser dari season kedua. Penutupan dari seaon 2 dan akan berlanjut ke season selajutnya.
Seluruh gedung penuh dengan para fans yang memegang light stick yang dapat berubah warna sesuai dengan tim yang berada di atas panggung.
“hh pasti seru ya jika aku bisa melihat langsung konser Tenimyu itu”
Entah sudah yang keberapa kali aku menoton konser ini, tapi tetap saja tidak ada rasa bosan. Selain karena lagu-lagunya yang bisa memberikan semangat bagiku untuk menjalani hidup, visual para aktornya juga sangat cocok dengan peranya masing-masing. Bagaimana bisa ada kata bosan jika penampilan mereka sangat memukau seperti itu?.
Hari ini setelah mengerjakan beberapa tugas kuliah aku langsung membuka laptop dan menonton konser yang berdurasi sekitar 2 jam itu. Terkadang aku berkhayal bagaimana jika aku hidup bersama mereka dalam satu negara yang sama. Sudah dipastikan uang hasil kerjaku akan habis hanya untuk membeli beberapa DVD atau merchandise dari StagePlay itu.
Drt drt
Aku menoleh ke arah ponselku yang aku letakan di samping laptop, ada sebuah panggilan masuk, layar ponsel menunjukan nama Egi Permana, dengan beberapa emot love dibelakang namanya. Senyumku seketika mengembang saat melihat nama itu, aku langsung mempause video dan menjawab telfon dari kekasihku itu. Egi dan aku sudah berpacaran cukup lama dan bahkan sebentar lagi kami akan bertunangan.
“halo sayang, kau sedang apa?”
Uhh aku rindu dengan suaranya, masih dengan senyum aku pun membalas ucapannya, “aku sedang menonton StagePlay, hari ini sangat melelahkan, ingin bercerita padamu tapi kau berada di sekolah militer jadi tidak bisa leluasa menelpon”
Terdengar suara kekehan kecil dari Egi, “maaf maaf, sebentar lagi kita bisa bertemu kok, aku ada libur beberapa hari”
“benarkah?! Kapan?” mendengar jika Egi memiliki hari libur aku spotan memekik, bagaimana tidak? Semenjak lulus SMA, aku dan Egi memilih pendidikan lanjutan yang berbeda, aku yang memilih Sastra Jepang dan Egi yang memilih melanjutkan ke sebuah sekolah militer karena cita-citanya yang ingin menjadi tentara. Hal itu membuat kami jarang sekali bisa menghabiskan waktu bersama, dan hari ketika Egi libur merupakan satu-satunya hari dimana kami bisa bersama seharian.
“rahasia, aku akan menjadikan ini kejutan, tapi aku janji kita akan bertemu dalam waktu dekat”
“hmph, kenapa main rahasia segala, awas kau ya jika berbohong hukumannya harus membayar semua DVD StagePlay yang aku pesan” tanpa sadar aku mempoutkan bibir, padahal aku tau jika Egi tidak akan melihat poseku saat ini.
Lagi-lagi aku mendengar suara tawa kecil darinya“baiklah, baiklah tenang saja aku akan menepati janjiku, karna harga StagePlaymu itu setara dengan uang sakuku selama beberapa bulan, oh ya jangan terlalu lama menonton StagePlay itu, besok kau ada jadwal kerja setelah kuliah kan?”
Aku sedikit tersenyum mendengar kalimatnya, memang benar sih tapi aku rasa tidak sampai semahal itu. Hatiku menghangat mendengar nasihatnya, “baiklah aku juga berencana tidur saja setelah ini, besok pasti akan jadi hari yang lebih melelahkan dari hari ini”
“yasudah tidur saja, nanti aku akan mengajak mu berjalan-jalan setelah kita bertemu, selamat tidur princess, have a nice dream”
“selamat tidur juga Egi, have a nice dream too”
Egi pun memutuskan sambungan telpon, setelah itu aku mulai membereskan laptop dan buku-buku yang masih berserakan di atas kasur. Setelah semua rapih aku mematikan lampu utama dan menyalakan lampu tidur yang berbentuk awan dan mulai menyamankan diri di balik selimut.
Keesokan paginya.
“pagi ayah, ibu” sapa ku kepada kedua orang tua ku, ayah sudah duduk dengan setelan jas yang rapih, sedangkan ibu masih menata makanan diatas meja.
“heh, kenapa hanya ayah dan ibu yang kau sapa?!”
Aku melirik sekilas kepada Alex, kakak laki-lakiku, “memangnya aku ada kewajiban untuk menyapamu ya?” balasku dengan nada malas
“huh dasar adik durhaka.. hmph!”
Aku terkekeh kecil mendengar jawaban kak Alex, entah kenapa aku seperti melihat kuping kucing di kepalanya, kini ia terlihat seperti seekor kucing yang marah karena telah diganggu.
Aku dan kakak memang sering seperti ini, yah aku yakin semua saudara pasti juga pernah, mereka akan saling bertengkar jika berkumpul namun juga saling melindungi satu sama lain, terlebih lagi kakak ku ini adalah orang yang bisa di bilang mengidap siscon bahkan jika aku ingin berkencan dengan Egi atau bermain dengan teman kampus pun dia akan menanyaiku dengan pertanyaan yang bahkan bisa lebih banyak jika dibandingkan dengan pertanyaan wawancara kerja.
“sudah-sudah jangan bertengkar, Risa kau hari ini ada jadwal kerja ya?”
Aku berusaha menahan tawa dan menjawab pertanyaan dari ibu, “iya bu, sepertinya aku akan pulang larut hari ini, tidak apa-apa kan bu?”
“tidak apa-apa, tapi kau harus hati-hati ya sayang, perasaan ibu sedikit tidak enak hari ini”
“ibu tenang saja, Alex akan menjemputnya nanti agar Risa tidak perlu naik bis” jawab kak Alex sembari mengoleskan selai diatas roti tawar yang dia ambil
Ayah pun menimpali, “benar bu, tidak perlu khawatir jika Alex tidak bisa kan masih ada ayah yang akan menjemput Risa. Baiklah karena sudah siang ayah berangkat dulu ya, Alex, Risa hati-hati saat dijalan nanti, dan Alex jangan terlalu ngebut bawa motornya,”
“baik ayah/baik ayah” ucapku berbarengan dengan kak Alex, kami pun bergantian mencium tangan ayah, tapi tiba-tiba ayah mengusap rambutku mengakibatkan tatanan rambutku sedikit berantakan, spontan aku memekik agar ayah berhenti melakukan hal itu dan hanya dibalas senyum teduh yang biasa ayah tunjukan. Setelah ayah pun pergi keluar meninggalkan kami bertiga.
Aku dan kak Alex memang menempuh pendidikan di kampus yang sama, hanya program study nya saja yang berbeda, kak Alex mengambil prodi teknik mesin dan kini sedang berada di semester 5, sedangkan aku baru semester 3. Semenjak aku masuk ke kampus yang sama dengan kakak, kami selalu berangkat dan pulang bersama. Atau terkadang aku akan naik bus jika Kak Alex atau Ayah tidak bisa mengantarku.
Setelah menghabiskan sarapan dan berpamitan pada ibu sambil mencium tangannya, aku dan kak Alex pun berangkat ke kampus, aku sangat mencintai keluargaku. Sesibuk apapun ayah, beliau masih bisa membagi waktu untuk berkumpul dan mencurahkan kasih sayang kepada keluarga ini. Ibuku juga seseorang yang sangat lembut dan penuh perhatian, dan kakak, walau kami sering bertengkar dan sifat posesif nya itu kadang membuatku jengkel tapi aku tau itu adalah bukti bahwa kakak benar-benar menyayangiku sama seperti ayah dan ibu.
Tidak terasa kami sudah ada di kampus, perjalanan dari rumah kami menuju kampus hanya memakan waktu satu jam. Kakak pun memarkirkan motornya di halaman parkir yang dekat dengan gedung tempat aku belajar, kakak memang sering parkir disini dibanding di tempat parkir fakultasnya, ‘sekalian aku olahraga berjalan dari sini ke gedung fakultasku, lagipula jaraknya tidak terlalu jauh’ begitu katanya saat aku bertanya padanya.
Aku turun dari motor dan melepas helm yang aku kenakan lalu menyerahkannya kepada kak Alex agar dia saja yang menyimpannya,
“oh ya Risa nanti aku tidak bisa menjemputmu ka-...”
“heh?! Kenapa?! Kakak kan sudah bilang pada ibu jika akan menjemputku setelah bekerja, hari ini aku kerja sampai malam kak!” seketika aku memekik
Kak Alex menutup kuping sejenak, sepertinya pekikan ku sangat keras di telinganya, “ish dengar dulu, aku belum selesai bicara sudah main potong saja kau ini”
Aku hanya membalas dengan cengiran, kakak pun melanjutkan ucapannya , “aku tidak bisa menjemputmu karena nanti ada orang lain yang akan menjemputmu, sebenarnya orang itu sudah mengirim pesan padaku tadi malam”
Ohhh jadi begitu, ehh tapi tumben kakak mengizinkan orang lain menjemputku? Biasanya dia marah-marah, kecuali jika...
Mengingat hal itu seketika mataku melebar “jangan-jangan yang menjemputku itu...”
Kak Alex mengacak rambutku, “iya benar orang itu, sudah ya aku mau ke fakultasku dulu, sudah hampir jadwalku dimulai” setelah itu ia melangkah menjauh dariku dan pergi menuju gedung fakultasnya. Setelah sosok kak Alex menghilang dari pandanganku, aku pun masuk kedalam gedung Fakultas ISIB.
Kelas terakhir baru saja selesai, sekarang pukul 4 sore, setelah membereskan barang aku pun langsung bergegas keluar ruangan dan menuju tempat kerjaku. Aku bekerja sebagai maid di salah satu kafe yang terletak dekat dengan kampus. Tidak setiap hari aku bekerja, biasanya seminggu tiga kali atau jika kafe sedang ramai saja. Selain itu aku akan menghabiskan waktu dengan mengerjakan tugas atau menonton StagePlay
Awalnya aku tidak diizinkan bekerja oleh keluargaku, ‘ayah masih sanggup memberimu uang jajan untuk hobimu itu, untuk apa gadis ayah bekerja?’ ucap ayah, kak Alex pun mengatakan hal yang serupa. Tapi aku keras kepala dan keukeuh ingin bekerja, jadi aku beralasan bahwa dengan bekerja aku bisa menambah keterampilan dan relasi. Meski harus berselisih paham selama beberapa hari dengan ayah dan kakak, pada akhirnya mereka mengizinkan atas bujukan ibu.
“Risa, tunggu sebentar kenapa kau buru-buru sekali hah?”
Aku menoleh kebelakang saat mendengar ada yang memanggilku, seorang gadis berambut coklat panjang terlihat berlari kecil menghampiriku, gadis itu bernama Clarissa Xavier, biasa ku panggil Icha, ia adalah teman sejurusanku hanya kelasnya saja yang berbeda. Selain teman sejurusan, Icha juga bekerja ditempat yang sama denganku, lebih tepatnya aku bekerja ditempat yang direkomendasikan olehnya.
Aku menghentikan langkah agar Icha tidak perlu lagi berlari, “maaf Icha, aku terlalu bersemangat untuk cepat-cepat bekerja dan agar bisa cepat pulang”
Kini Icha sudah ada disampingku, kami pun berjalan bersama menuju luar kampus, “tumben, ada apa? kau ada janji dengan seseorang?” tanya Icha.
Aku menggeleng, “bukan, aku hanya merasa jika hari ini aku akan bertemu Egi”
Icha memasang pose berfikir, “hmm Egi? Aah aku ingat dia salah satu kekasihmu, yang saat ini sedang menempuh pendidikan militer itu, yakan?”
Entah kenapa aku kesal mendengar pertanyaannya, perempatan imajiner sepertinya sedang bertengger di dahiku, aku memukulnya pelan “kau pikir aku memiliki berapa kekasih hah?! Enak saja pertanyaanmu itu”
Icha tertawa puas, “hahaha maaf maaf, tapi kau kan memiliki banyak husbu siapa tuh ... hmm ada Ogoe, Ueda, Ryoki dan aku yakin masih banyak yakan? Hahaha”
‘Ish, sabar Risa sabar,’ aku mengelus dada, memang butuh kesabaran ekstra jika berteman dengan Icha. Semua orang dikelasnya pun bilang begitu.
Aku menyikutnya agar dia berhenti mengejekku, tapi tetap saja sepanjang jalan menuju kafe Icha selalu saja menggodaku. Hingga tanpa terasa kami sudah sampai dikafe. Kami mulai berganti pakaian menjadi pakaian khas maid, tugas kami disini hanya mencatat dan mengantarkan makanan. Namun terkadang ada juga pelanggan yang datang hanya untuk menggoda maid disini, dan tentu saja langsung diusir oleh Owner kafe.
Kafe cukup ramai hari ini, para pelayan dan koki sampai tidak punya waktu hanya untuk sekedar mengistirahatkan tubuhnya. Kafe mulai sepi saat pukul 9 karena jam segitu adalah jam nya kafe tutup.
Tepat pukul 9 kafe sudah sepi dan seluruh karyawan pun membereskan kafe dan kembali kerumah masing-masing, termasuk aku dan Icha. Icha sudah pergi beberapa menit yang lalu untuk mengejar bis terakhir menuju kompleks rumahnya, sedangkan aku masih menunggu orang yang kak Alex bilang akan menjemputku.
Selang beberapa menit kemudian sebuah mobil berhenti di depan kafe tempat kerjaku, aku kenal dengan baik pemilik mobil itu. senyum pun mengembang di wajahku saat si pemilik mobil keluar. Seorang pemuda yang mengenakan kemeja berwarna merah dengan dibalut jaket kulit berwarna hitam dipadukan dengan celana jeans dan sendal gunung berwarna hitam.
“hai sayang, pekerjaan mu sudah selesai kan? Ayo pulang”
Setelah pemuda itu berdiri didepan ku, aku langsung menubruknya dan menenggelamkan wajah ku di dada bidangnya, “Egi, ternyata benar itu kamu, kapan kau pulang?”
Ya orang yang saat ini menjemputku adalah Egi. Egi terkekeh dan membalas pelukanku, tangan kanannya mengelus pelan rambut hitam sebahuku, “sebenarnya aku baru pulang tadi siang, pasti kau tau dari Kak Alex kan jika aku akan menjemputmu?”
Aku sedikit melonggarkan pelukan untuk menatap wajahnya, lalu mengangguk pelan. Egi kembali tersenyum, “huh harusnya ini jadi kejutan untukmu, kak Alex mengacaukan kejutanku”
Aku terkekeh, “tidak sepenuhnya gagal kok, aku masih merasa terkejut walau sudah diberi tau kakak, oh ya Gi jalan-jalan dulu ya sebelum pulang”
“baiklah, apapun untukmu sayang, mau pergi kemana, hm?”
“hmm kemana ya... bagaimana jika makan dulu, aku belum makan malam.... karna kafe hari ini sangat ramai.”
Egi mengangguk, “astaga sayang kau bisa sakit jika begitu, baiklah ayo kita ke restoran dekat sini”
Egi pun melingkarkan tanganya di pinggangku, dan kami berjalan ke arah mobil. Didalam mobil setelah memakai sabuk pengaman, kami mulai menyusuri jalan untuk mencari restoran.
Karena sudah hampir larut malam, jalanan begitu lenggang saat ini. Mayoritas kendaraan adalah truk-truk besar. Karena memang jam operasional mereka adalah saat pukul 9 malam sampai 3 pagi. Hal ini mungkin agar tidak menyebabkan kecelakaan, karena mengemudikan truk jelas berbeda jika dibandingkan dengan mobil-mobil kecil, dan juga untuk mengurangi kemacetan.
Mobil kami melaju di kecepatan 30km/jam, sengaja pelan karena depan kami ada sebuah truk yang mengangkut tanah, karena sudah agak larut Egi pun mengarahkan mobil ke kanan bermaksud menyalip, tapi dia mengurungkan niatnya karna beberapa meter di depan truk ini juga ada truk lain dan jarak kedua truk yang agak berdekatan, tidak memungkinkan kami untuk menyalip.
“tidak perlu terburu-buru Gi, lagi pula kak Alex pasti sudah memberi tahu ayah dan ibu jika aku bersamamu, jadi mereka tidak akan khawatir”
“baiklah, aku hanya khawatir waktu istirahatmu terpotong jika pulang terlalu malam, apalagi kau juga belum makan malam, kau tidak melewatkan makan siang juga kan,” Egi membalas ucapanku, namun pandangannya tetap menatap depan. Ya tentu saja, depan kami saat ini adalah sebuah truk bisa bahaya jika pandangan Egi menatap ke arah lain.
Aku tersenyum canggung, “ehehehe, maaf aku juga lupa makan siang, ta-tadi aku tidak membawa bekal dan food court kampus sangat ramai aku jadi malas membeli makanan kesana”. Jujur saja tidak semua perkataanku itu benar tapi tidak salah juga, aku memang tidak membawa bekal tapi terlalu malas membeli makanan di food court, padahal tadi food court cukup sepi.
Egi menatap tajam kearahku, lalu menghela nafas dan melunakkan tatapannya, “Risa, kau harus sedikit mengurangi kebiasaan buruk itu, kau lupa jika kau itu punya penyakit maagh bagaimana jika itu kambuh sayang? Aku tidak tega melihatmu kesakitan”
Ahh aku suka perhatian ini, perhatian yang Egi beri sama seperti ayah dan ibu, kak Alex jangan dihitung karna dia terlalu tsundere dan tidak pernah menunjukan sisi manis sekalipun.
“iya iya maaf kan aku ya, aku janji akan mengubah kebiasan itu”
Lagi-lagi Egi menghela nafas, “oke, baiklah, nah sudah sampai... ayo masuk kau harus makan banyak pokonya”
“hei! Tidak begitu juga, jam segini jika makan banyak bisa menambah berat badanku tau!”
“tidak papa, kau masih akan terlihat cantik dimataku, lebih baik melihatmu chuby dibandingkan harus melihatmu sakit Risa”
Uhh pipiku terasa panas mendengar gombalannya, baru juga bertemu namun dia sudah membuatku terbang berkali-kali sejak tadi.
Aku mengikuti Egi yang sudah turun lebih dulu dan melangkah masuk kedalam restoran, kami memilih sebuah restoran Jepang, karena setelah 10 menit berkedara hanya ini restoran yang bisa kami temukan, beberapa restoran lain sudah tutup.
...づつく...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments