Chapter 9

Aku langsung melangkahkan kaki menuju tempat duduk, menghiraukan tatapan heran dan sinis dari para murid dikelas.

“sepertinya kau berhasil mendapat perhatian mereka, apa yang kau lakukan?” tanya Yuuta setelah aku sudah menaruh tasku di samping meja. “entah, semalam mereka tiba-tiba meminta maaf padaku, setelah itu seperti inilah hubungan kami”

Yuuta, “lalu bagaimana saat pulang nanti? Hari ini kalau tidak salah jadwalmu untuk check up kan? Kau sudah memberitahu keluarga Ueda tentang penyakitmu?”

Aku menghela nafas, “belum, dan lagipula mereka tidak bilang bahwa aku harus pulang bersama mereka jadi pasti tidak ada masalah”

***

‘Sepertinya tadi pagi aku terlalu cepat menyimpulkan bahwa Jun dan Yuuki tidak keberatan jika aku pulang sendiri’ pikirku.

Kelas sudah berakhir, kini aku terllibat perdebatan dengan Jun dan Yuuki. Beberapa menit lalu sejak kelas berakhir mereka sudah berdiri di depan kelasku dan mengajak pulang bersama. Aku mencoba memberitahu jika aku ada keperluan lain tapi mereka malah jadi ingin mengantarku.

‘haah tidak, mereka tidak boleh tau tentang penyakit ini. Jika mereka tau pasti akan susah kedepannya, lebih baik tunggu setelah aku harus pergi dari rumah saja’

Yuuki, “memangnya kau ada urusan apa hingga tidak mau kami temani?”

“bukannya aku tidak mau kak, e-eh tapi... emm...” disaat aku sedang bingung mencari alasan tiba-tiba ada seseorang yang merangkul bahuku. “Risa sudah janji akan pergi bersama kami senior karena itu dia tidak bisa meng iyakan ajakan kalian”

‘Zhao Lei, ZhiGuang, XuJia, Ryuji terima kasih!’ batinku berteriak senang.

Jika kalian bertanya kemana Yuuta, sebenarnya dia ada disampingku dan tadi dia sudah mencoba mencari alasan tapi selalu saja dapat disanggah oleh Jun dan akhirnya dia jadi diam tak berkutik. Melihat peluang itu Yuuta pun berbicara lagi.

“tuh kan lihat, kami memang sudah ada rencana bersama, bukan hanya bertiga”

“tapi kenapa semua laki-laki?”

“a-aku memang tidak ada teman perempuan kak, dan hanya mereka yang bermain bersamaku, em yasudah ya kami buru-buru sampai jumpa dirumah kak Jun dan kak Yuuki.... ayo ayo cepat”

Aku buru-buru menarik lengan Yuuta, tapi...

“eh tidak-tidak siapa yang mengizinkanmu pergi hm?”

“aw aw kak Jun jangan tarik kerahku begini dong! aduh!”

“eh Senior Ueda lepaskan Risa, baiklah, baik kami tidak akan membawa Risa pergi, bagaimana jika kalian mengantarkannya saja”

Aku melotot kearah Ryuji, ‘apa maksudnya itu?! ... eh tunggu mereka berempat kan juga tidak tau aku mau kemana, ya kan?’

“memangnya kalian akan pergi kemana huh? Sampai kalian bersusah payah menyembunyikannya dari kami?” Tanya Yuuki

‘aduh mau jawab apa ini, bahkan Yuuta juga tidak bersuara sejak tadi’

“hari ini jadwalnya Risa untuk bekerja Senior, entah Senior tau atau tidak tapi Risa sudah setahun kerja bersama kami di kafe” jawab XuJia

‘ooh jadi begitu rencana mereka, aish terimakasih teman-teman’

“benar itu Risa?” tanya Yuuki padaku

Aku mengangguk pasrah berakting seolah sebuah rahasiaku sudah terbongkar, tapi diam-diam aku mengacungkan ibu jari pada Zhao Lei, Ryuji, XuJia dan ZhiGuang.

“kalau begitu kenapa tidak bilang dari tadi sih, jika kau bilang kan kita tidak perlu berdebat di depan kelas seperti ini,” Yuuki menghela nafas “yasudah kami akan mengantarmu ke tempat kerja, kalian berlima duluan saja sana” lanjut Yuuki

Yuuta melihat kearahku, aku mengangguk dan berbisik, “tunggu aku di kafe, bilang pada Fanxing, nanti kalian tolong antar aku ke rumah sakit ya”

“baiklah, kalau begitu kami duluan ya Senior, sampai jumpa di kafe Risa” ucap ZhiGuang

***

“terima kasih kak,” ucapku sambil melangkah keluar dari mobil, kami sudah sampai di kafe. Di dalam kafe sudah ada Fanxing dan Yuuta, mungkin mereka sudah menungguku dari tadi, bahkan mereka belum mengganti seragam mereka.

“tidak perlu berterima kasih, kau pulang jam berapa? nanti aku jemput” jawab Yuuki

“e-eh tidak perlu biasanya aku akan di jemput Fanxing atau diantar Zhao Lei, ... untuk kali ini aku tidak terima paksaan dari kalian, biarkan aku pulang bersama teman atau aku tidak akan pulang sama sekali” ancamku saat Jun dan Yuuki terlihat seperti akan protes.

“baiklah baiklah, hati-hati dijalan ya Risa, jika kau terluka aku tidak akan memafkan orang yang mengantarmu itu” ucap Jun

Aku tersenyum penuh kemenangan, “oke baiklah, yasudah aku masuk dulu ya kak, sampai nanti dirumah”

Aku masuk ke dalam kafe dan langsung mendudukan diri di samping Fanxing dan langsung merebut minumannya, Fanxing tidak protes tentang itu. Yuuta duduk tepat di hadapan kami.

“akhirnya aku bisa lepas dari mereka, huh jika tau mereka akan seposesif ini lebih baik aku tidak mendapat kasih sayang mereka selamanya, karena pasti akan menyakitkan jika harus pergi meninggalkan mereka” aku menekuk lengan dan menenggelamkan wajah di lipatan lengan. Sebuah tangan terasa mengelus rambutku.

“jangan begitu, wajar saja mereka seperti itu karena mereka pasti tau hal apa saja yang kau dapat karena ketidak pedulian mereka. Anggap saja mereka sedang merasa bersalah dan ingin memperbaikinya. Baiklah ayo mau langsung kerumah sakit atau istirahat dulu, lagi pula kau pasti sembuh kok” ucap Fanxing yang masih mengelus kepalaku.

“iya itu benar Risa, bukannya bagus jika begini” lanjut Yuuta

“bagus sih bagus, tapi—.. ahh yasudahlah ayo langsung ke rumah sakit saja,” aku langsung berdiri “oh jadi kalian ingin kerumah sakit? Untuk apa?”

“waa! ... XuJia sejak kapan kau berdiri disitu?!” pekikku

“sejak tadi kok, kau saja yang tidak sadar, jadi bagaimana dengan pertanyaanku tadi?”

Aku menghela nafas, “baiklah baiklah akan aku beritahu, sebenarnya aku ....”

Aku pun menceritakan tentang penyakit itu kepada XuJia, bahkan sampai alasan aku mencari kerja pun aku ceritakan, meski yang aku ceritakan hanya secara garis besar. Setelah selesai aku, Fanxing dan Yuuta pergi ke rumah sakit.

***

“Risa maaf aku tidak bisa menemanimu juga, tapi nanti aku tetap menjemputmu, jadi tunggu aku ya” ucap Fanxing dengan penuh perhatian.

Kini kami sudah sampai di rumah sakit, tepatnya kami sedang ada di depan pintu masuk. Yuuta tidak bersama kami karena dia harus pulang lebih dulu. Aku keluar dari mobil Fanxing.

“baiklah, aku akan menunggu, terima kasih Fanxing” jawabku

“yasudah aku pergi dulu, semoga pemeriksaanmu mendapat hasil baik”

Fanxing pun pergi. Aku melangkah masuk kedalam rumah sakit, para dokter dan perawat sudah hapal dengan jadwal pemeriksaanku, sehingga ketika melihatku mereka akan menyapa dan mengajakku mengobrol sebentar. Setelah itu aku diizinkan untuk langsung ke ruangannya.

Tok tok tok

“masuk”

Aku membuka pintu ruangannya, “dok ini aku”

“Risa akhirnya kau datang, tumben lama? tadinya aku pikir kau tidak akan datang” ucap dokter Ryo yang sedang duduk di kursinya.

“hh aku sedikit mengalami kendala tadi ka—..”

“apa kau batuk darah lagi? Atau jantungmu sering sakit?”

Belum sempat aku menjelaskan kejadian tadi dokter Ryo sudah memotong lebih dulu. Tanpa sengaja aku terkekeh. Dokter Ryo menatap dengan penuh keheranan.

“bukan, tapi tadi kak Jun dan kak Yuuki menahanku dan tidak membiarkan aku pergi tanpa ditemani mereka jadi aku harus berbohong dulu, karena itu aku terlambat.”

Dokter Ryo menghela nafas lega, “ohh aku fikir ada masalah serius, yasudah kita mulai saja pemeriksaan rutinmu”

Aku mengikuti dokter Ryo ketempat biasa dia memeriksaku, pemeriksaan memakan waktu 40 menit. Mulai dari rontgen dan pemeriksaan-pemeriksaan lain.

“Risa apa selama setahun ini kau sering batuk darah atau merasa sakit di organ dalammu?” tanya dokter Ryo sembari melihat-lihat hasil pemeriksaan

Aku memasang pose berfikir, “sebenarnya tiga bulan terakhir aku memang sering sekali batuk darah, apa itu ada kaitannya dengan kondisi organ dalamku dok?”

Dokter Ryo menghela nafas frustasi, “hasil pemeriksaan menunjukan kondisimu semakin lama semakin memburuk, bahkan kondisi organ-organ mu sedang mengalami kerusakan parah, seperti sedang membusuk. Jika kondisi nya seperti ini bahkan operasi pencangkokan pun tidak akan berhasil. Jika begini terus kau akan... ”

Ucapan dokter Ryo tiba-tiba berhenti, sepertinya dia tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Aku menghela nafas, ‘tubuh ini memang seharusnya sudah mati sejak satu tahun lalu, sepertinya walau jiwaku masuk kedalamnya itu tidak menjadikan tubuh ini kembali hidup, mungkin pembusukan terjadi karena itu. jadi kesimpulannya pasti hanya satu’

“dengan kata lain yang bisa aku lakukan hanya menunggu hari kematianku tanpa bisa melakukan apapun ya?” ucapku lirih

Dokter Ryo diam, sepertinya dia benar-benar tidak bisa memberikan penghiburan karena memang hal itu benar. Jari-jariku saling bertautan, apa ini artinya aku akan mati sekali lagi? Jika aku mati disini apa yang akan terjadi dengan jiwaku? Apa aku akan kembali ke tubuh lamaku atau akan benar-benar berakhir disini?

“Risa... apa, apa keluarga Ueda tau tentang ini? Dulu hanya Nyonya Ueda yang tau tentang kondisi kesehatanmu, tapi sepertinya kali ini kau harus memberi tahu ayah dan kedua kakakmu” ucap dokter Ryo.

Aku mendongak menatap kearahnya lalu menggeleng pelan, “tidak perlu dok, biarkan saja mereka tidak tau. Ngomong-ngomong berapa lama lagi aku bisa hidup?”

Dokter Ryo terlihat ragu mengucapkan kata, “itu... kira-kira...”

...つづく...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!