Chapter 11

Makan malam sudah selesai beberapa menit lalu, Yibo dan Xiao Zhan pun sudah pulang. Jun dan Yuuki sudah kembali ke kamar mereka, kini aku sedang rebahan di kasur sambil berkirim pesan dengan Ikeoka.

Tok tok tok

“Nona ini Bibi”

Aku menoleh ke arah suara, lalu berjalan kearah pintu untuk membukakan pintu untuk Bibi Yui, pintu kamar memang selalu aku kunci.

Setelah bibi Yui masuk ke kamar, aku langsung memeluknya dan menangis. Bibi Yui terlihat bingung namun meski begitu ia dengan lembut mengelus-elus suraiku sambil berbisik kata-kata untuk menenangkanku. Hingga akhirnya tangisanku mulai mereda.

“ada apa nona? Hasil pemeriksaannya baik kan?”

Sambil menyeka wajah aku menggeleng kecil, bibi Yui terlihat terkejut, “apa maksud dari gelengan itu Nona, bibi mohon jangan buat bibi takut” ucap bibi Yui, ada sedikit nada ketir dalam ucapannya.

“maaf bibi, Dokter Ryo bilang kondisiku sangat buruk bahkan sisa hidupku hanya sampai hari kelulusan nanti, bibi kenapa hidupku serumit ini... padahal aku sudah mendapat kasih sayang dari keluarga Ueda.. tapi kenapa Tuhan berkehendak lain...” dengan sesenggukan aku berusaha menjelaskan pada Bibi Yui. Bibi Yui tidak bersuara sama sekali tapi pelukannya semakin lama semakin erat. Aku bisa merasakan bibi Yui menangis dalam diam.

“bibi Yui, taukan tentang rumahku yang dekat dengan kafe tempat aku bekerja? Jika nanti aku sudah tiada tolong ambil alih rumah itu ya, aku yang akan mengurus sertifikatnya dan akan aku ganti nama pemiliknya menjadi nama Bibi.” Ucapku sambil berbaring dengan paha bibi Yui sebagai bantal dan bibi Yui yang sedang mengusap-usap kepalaku.

Usapan bibi Yui tiba-tiba berhenti. Aku mendongak untuk melihat kenapa bibi Yui berhenti. Lagi-lagi air mata menggenang di ujung matanya. Aku berusaha menunjukan senyum, menyeka dengan lembut setetes air mata yang jatuh di pipi Bibi Yui.

“bibi sudah jangan menangis, aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja, terima kasih sudah mengurusku sejak kecil sampai sekarang, anggap saja rumah itu sebagai tanda terima kasihku pada bibi. Aku membelinya dengan uang tabunganku kok”

“justru karena itu Nona, bagaimana bisa bibi bisa menerima rumah yang Nona beli dengan uang Nona, bibi merasa tidak pantas, bagaimana jika rumah itu diberikan kepada saudara kandung nona” jawab bibi Yui

‘huh? Memangnya ‘Risa’ masih memiliki saudara kandung, jika iya kenapa tidak ada ingatan ‘Risa’ mengenai mereka? Ingatan tentang wajah ayah dan ibu nya pun agak memudar’ pikirku

Oh iya ngomong-ngomong aku tidak pernah tau tentang masa lalu gadis ini, bagaimana bisa dia berakhir di jalanan dan akhirnya di adopsi oleh Nyonya Ueda? Lalu bagaimana juga dengan keluarga kandungnya?

“memangnya aku masih memiliki keluarga kandung bi?”

Bibi Yui tersenyum, lalu mengangguk, “selama ini bahkan Nona sudah sering bertemu denganya, yang bibi tau orang itu adalah Paman Nona, kakak dari ibu kandung Nona”

Aku terdiam, ‘hmm? ‘Risa’ sering bertemu dengannya tapi gadis ini tidak tau jika orang itu adalah keluarga kandungnya? Bagaimana bisa?’

“sebenarnya orang itu sudah meminta beberapa kali pada Nyonya untuk membawa Nona, namun Nyonya menolak karena sudah sayang pada Nona, Nyonya meminta izin pada orang itu untuk merawat Nona setidaknya sampai Nyonya sudah tidak bisa merawat Nona lagi, dan orang itu menyetujuinya dengan syarat orang itu bisa bertemu dengan Nona sesering mungkin, dan jika suatu saat nanti Nona mengalami hal buruk dikeluarga ini orang itu akan langsung membawa Nona kembali ke keluarga asli Nona”

Jelas Bibi Yui seolah bisa membaca fikiranku, aku berfikir beberapa saat “tapi bi kenapa Ibu tidak pernah bercerita padaku? Lalu jika memang aku sering bertemu orang itu kenapa beliau tidak langsung memeberitahuku saja?”

Bibi Yui diam, kemudian menjawab “hal itu adalah kesepakatan antara Nyonya dan orang itu, Paman Nona akan menjelaskan semua saat Nona sudah siap atau akan pergi dari rumah ini”

Aku mengangguk, “ohh begitu... emm Bibi, bisa tidak jika Bibi memberitahu aku siapa pamanku itu? Bibi juga pasti tau orangnya kan?”

“maaf Nona, walau bibi tau orangnya bibi tidak bisa memberitahu Nona, tunggu saja sampai waktunya tiba ya... nah hari sudah larut sebaiknya Nona minum obat dan beristirahat”

Mendengar ucapan Bibi Yui aku mengerucutkan bibir, namun dengan diam menuruti perkataan wanita paruh baya tersebut. aku mengambil beberapa bungkus obat, Bibi Yui sudah menyiapkan segelas air putih, lalu setelah meminum semua obat aku pun berbaring dikasur dan Bibi Yui menyelimutiku. Setelah aku berbaring rapih Bibi Yui mencium keningku dan berbisik mengucapkan selamat malam dan mimpi indah, aku pun membalas dengan ucapan yang saMa. ‘misiku selanjutnya, ‘mencari tau siapa saja keluarga kandung ‘Risa’’ batinku sebelum akhirnya terlelap.

***

Hari-hari mulai berganti hingga tidak terasa ujian kenaikan kelas sudah ada didepan mata, ujian akan diadakan selama seminggu. Sebentar lagi ‘Risa’ akan menginjak tahun kedua di SMA, yang artinya waktu hidup mulai berkurang. Selama beberapa hari hubunganku dengan keluarga Ueda semakin dekat, namun hubunganku dengan Yuuta dan Fanxing mulai merenggang.

Kami bertiga hanya bisa bertemu saat istirahat di sekolah atau saat akhir pekan. Padahal sebelumnya hampir setiap waktu kami habiskan bersama. Entah itu di lingkungan sekolah atau di luar sekolah. Terkadang saat kami bersama ada saja orang yang mengira bahwa aku, Yuuta dan Fanxing terlihat seperti saudara, bahkan ada saja orang yang mengira kami kembar tiga.

Setelah ujian kenaikan kelas berakhir selanjutnya adalah ujian kelulusan serta acara perpisahan bagi murid-murid tahun ketiga, sebentar lagi Yuuki dan Xiao Zhan akan lulus yang artinya aku tidak bisa lagi bertemu mereka di sekolah. Yuuki dan Xiao Zhan akan melanjutkan studinya di perguruan tinggi.

Setelah semua kegiatan yang melelahkan sekolah memberi libur selama dua minggu dan selama liburan aku sering bermain dengan Yuuta dan Fanxing, terkadang dengan Ikeoka, atau Zhao Lei dan Yan Xujia. Setelah hari ujian Ryuji dan Xia Ziguang pindah sekolah karena orang tua mereka yang dipindah tugas kan keluar kota.

‘hhh tidak terasa ‘Risa’ kini sudah jadi murid tahun kedua, sudah satu tahun lebih aku di dunia ini, artinya setahun lagi sebelum aku diusir atau mungkin aku akan mati sebelum diusir ya? Aish yang mana pun bukan pilihan yang bagus’

“Risa, tentang adopsimu aku tidak akan mencabutnya dan sampai kapan pun kau akan jadi putri bungsu keluarga ini” sekilas aku mendengar ucapan Keisuke tapi aku abaikan. “Risa ada apa? kenapa kau hanya menatap makananmu?” lanjut Keisuke yang sepertinya memperhatikanku sejak aku tidak menyaut, seketika aku merasa Yuuki dan Jun juga ikut menaruh perhatian padaku.

“ah tidak apa-apa ayah, aku hanya sedikit kelelahan, dan terima kasih karn –uhuk uhuk”

Ucapanku terpotong karena seteguk darah yang tiba-tiba keluar, aku terdiam melihat banyak darah di telapak tanganku yang bahkan juga mengotori baju dan telapak tanganku.

‘gawat! Kenapa harus muncul disaat aku bersama keluarga Ueda?!’

Perlahan aku menatap Jun, Yuuki dan Keisuke. Wajah mereka terlihat sangat khawatir. Tiba-tiba pandanganku menjadi buram dan perlahan menghilang, tubuhku sepertinya limbung namun tertangkap oleh seseorang, sepertinya Jun karna aku duduk disampingya.

“astaga Nona!!”

Meski mataku tidak bisa dibuka dan tubuhku terasa kaku tanpa bisa digerakan, indra pendengaranku masih berfungsi. Terdengar suara Bibi Yui yang berteriak khawatir.

“Risa! Ada apa?! hey bangunlah!” suara Yuuki pun terdengar

“Yuuki cepat siapkan mobil, Risa harus dibawa kerumah sakit sekarang” Suara Keisuke menimpali

‘rumah sakit?! tidak tolong jangan bawa aku ke sana, atau semua rahasia ini akan terbongkar! Bibi Yui tolong batalkan niat Keisuke!’

“tu-tuan Nona Risa tidak perlu dibawa kerumah sakit, No-Nona sudah biasa seperti ini, mungkin Nona hanya kelelahan karena seharian ini Nona sangat sibuk di tempat kerjanya” suara lirih Bibi Yui terdengar, meski awalnya terdengar ragu namun Bibi Yui bisa mengarang cerita dengan baik.

“apa maksudmu Risa tidak perlu dibawa kerumah sakit, huh?! Jelas-jelas dia muntah darah, dan apa tadi katamu? Risa sudah sering seperti ini?! Bagaimana bisa aku tidak tau kondisi putriku sendiri?!” suara Keisuke terdengar marah dan mengintimidasi

‘semangat bibi Yui, aku mohon selamatkan aku’

“ma-maaf tuan, bagaimana jika memanggil Dokter Ryo saja? Nyonya Ueda sering memanggil beliau jika Nona tiba-tiba drop seperti ini” jawab Bibi Yui

Tidak ada sautan dari Keisuke untuk beberapa saat, hingga akhirnya Ia menyuruh Yuuki untuk mengambil ponsel, “ketikan nomor dokter itu, jika Istriku mengenal orang itu maka itu sudah cukup untuk mempercaiyanya. Jun bawa adikmu ke kamarnya, lalu Bibi Yui gantikan baju Risa dan bersihkan darahnya”

“baik tuan” suara bibi Yui menjawab Keisuke.

Setelahnya tubuhku terasa terangkat, sepertinya Jun menggendongku ke kamar, setelah menaiki tangga akhirnya tubuhku dibaringkan di atas kasur. Terdengar suara pintu tertutup setelah itu, dan Bibi Yui mulai membuka pakaianku yang terkena darah dan menggantinya. Dalam hati aku sangat lega.

‘ahh syukurlah, terima kasih Bibi Yui’

Dokter Ryo datang setelah kira-kira 40 menit kemudian. Dari luar kamar terdengar suara Keisuke yang menjelaskan keadaanku tadi kepada Dokter Ryo dan setelah obrolan itu berakhir, terdengar suara pintu terbuka. Secara perlahan kesadaranku mulai pulih dan aku dapat kembali membuka mata. Hal pertama yang aku lihat adalah wajah khawatir milik Dokter Ryo.

“Risa apa kau baik-baik saja?” tanya nya

Aku tersenyum lemah, kepalaku masih pusing dan tenagaku seperti terkuras habis, “aku baik Dok, ya hanya batuk biasa, lagi pula aku sudah terbiasa”

“maafkan aku karena tidak bisa menyembuhkanmu, aku benar-benar merasa gagal menjadi dokter karena melihat pasienku sedang berjuang hidup di depanku tapi aku malah tidak bisa melakukan apapun untuk membantunya” ucap dokter Ryo lirih, kepalanya menunduk dan bahunya agak sedikit bergetar menahan tangis

“dokter Ryo, jangan merasa begitu, bagiku dokter adalah orang yang paling berharga dihidupku, aku berharap jika saja dokter adalah keluargaku, pasti aku akan lebih senang lebih dari yang aku rasa sekarang. Oh ya dokter tolong jelaskan pada keluaraga Ueda jika aku hanya kelelahan ya”

Dokter Ryo menatapku, matanya berair dan wajahnya sangat merah, aku mengusap beberapa bulir air mata yang mengalir di pipinya dan tersenyum hangat. “Risa jika kau bertemu keluargamu, maksudku keluarga kandungmu, apa kau ingin ikut bersama mereka?”

‘huh? ‘Pergi bersama keluarga kandung’ ya? Apa aku berhak mendapatkannya lagipula dari awal aku bukanlah ‘Risa’ yang kalian kenal.. aku merasa telah mencuri kehidupan dan kebahagiaan gadis ini, seharusnya yang merasakan kekhawatiran orang-orang adalah ‘Ueda Risa’ bukan ‘Andila Risa Riskia’’

Aku menunduk, tanganku yang sebelumnya berada di pipi dokter Ryo secara perlahan jatuh, “entahlah aku... aku takut membuat mereka sedih karena kehilanganku, lebih baik aku mati dalam kesendirian saja”

“kenapa lama sekali sih?!”

“Bibi sebenarnya Risa kenapa, tadi bibi bilang Risa sudah sering seperti ini?”

“e-em i-iya Tuan Muda, Nona memang memiliki fisik lemah sejak Nyonya mengadopsinya beberapa tahun lalu, jadi kejadian ini sudah sering dialami oleh Nona”

Dari luar terdengar suara Jun dan Yuuki yang sepertinya sedang mengintrogasi Bibi Yui. Suara Keisuke tidak terdengar sama sekali entah apa yang dilakukan oleh kepala keluarga Ueda itu.

“dokter, dengarkan? mereka menunggu penjelasan dokter, katakan saja sama seperti yang Bibi Yui katakan.” ucapku sambil menatap sendu kearah dr. Ryo.

dr. Ryo terdiam sebentar lalu menghela nafas, “baiklah, baiklah. Sesuai dengan permintaanmu, tapi ingat istirahatlah yang cukup dan jika nanti kau menjadi lebih parah dari ini sebaiknya kau dirawat di rumah sakit, oke?”

Aku tersenyum dan mengangguk, dr. Ryo merapihkan barang-barangnya dan berjalan keluar, sebelum dr. Ryo keluar ia sempat mengusap kepalaku dan membisikan ‘suatu saat nanti aku akan mempertemukanmu dengan kedua orang tua kandungmu Risa’. Hal itu tentu saja membuatku terkejut, ‘apa itu artinya orang tua kandung ‘Risa’ memang masih hidup?!’

“dokter bagaimana keadaan Risa?” terdengar suara Keisuke dari luar sana, lalu Jun dan Yuuki secara bersamaan masuk kedalam kamarku dengan terburu-buru.

“Risa apa kau baik-baik saja?” tanya Jun.

“hari ini apa yang kau lakukan hingga membuatmu kelelahan seperti ini?” sambung Yuuki.

“hari ini kafe sangat ramai mungkin karena itu tubuhku jadi drop ehehe” jawabku.

Jun, “astaga Risa kau masih bekerja? Kenapa? bukannya ayah sudah bilang tidak akan mencabut hak adopsimu?”

Yuuki, “benar lagi pula setiap bulan juga kau mendapat uang dari ayah, apa uang itu kurang? Aku akan menambahkannya jika itu kurang”

“bu-bukan begitu kak, aku hanya suka bekerja, lagipula dengan begitu aku bisa bertemu Fanxing dan Yuuta juga teman-temanku yang lain. Akhir-akhir ini kalian terlalu memonopoliku jadi aku tidak bisa bertemu mereka selain saat waktu sekolah” ucapku sambil mengerucutkan bibir.

Yuuki dan Jun terlihat salah tingkah dan sedikit merasa bersalah. Saat mereka masih terdiam, Keisuke berjalan masuk menghampiriku, di belakangnya Bibi Yui mengikuti.

“Risa, dokter bilang jika kau sudah mengalami ini berkali-kali bahkan sejak pertama kali kau datang ketempat ini, apa itu benar?” tanya nya, nada yang dipakai sangat lembut dan tersirat perasaan bersalah.

Aku terdiam beberapa saat, ‘bagaimana ini?, tidak ada ingatan ‘Risa’ yang aku miliki saat dia baru pertama disini. Yang kudapat hanya ingatan setelah Nyonya Ueda meninggal tidak ada ingatan sebelum itu’

“Tuan, maaf menyela, setahun yang lalu Nona sempat mengalami amnesia karena terjatuh dari atap sekolah, mungkin Nona tidak terlalu ingat keadaannya saat pertama kali disini”

‘terima kasih Bibi Yui’ batinku berteriak senang.

Keisuke, Jun dan Yuuki terkejut. Mereka yang sedang mendengarkan ucapan Bibi Yui seketika langsung menatapku untuk meminta penjelasan.

“i-itu hanya kecelakaan kecil yah, kak.. a-aku tidak sengaja terpeleset saat sedang—”

“Nona jangan berbohong, bilang saja pada Tuan dan Tuan Muda jika anda terjatuh karena orang-orang yang sengaja ingin membunuh anda...” belum sempat aku menyelesaikan kalimatku Bibi Yui sudah memotongnya.

Aku sedikit terkejut, ‘kenapa bibi bilang begitu?!’, ekspresi Keisuke, Jun dan Yuuki semakin mengeras. Aku khawatir dengan respon mereka nanti dengan cepat aku menyanggah perkataan Bibi Yui, “ayah tunggu, itu tidak benar, kecelakaan itu karena kecerobohanku saja”

“Risa, ayah mohon jangan ada yang disembunyikan, maafkan ayah karena mengacuhkanmu selama bertahun-tahun padahal istriku sangat mencintaimu. Tolong beritahu pada ayah semua tentang dirimu, ya?” Keisuke menggenggam tanganku, tatapannya sangat teduh dan menenangkan.

Jun dan Yuuki pun mengangguk, “benar Risa, kami minta maaf bahkan aku dan Jun selalu menyalahkanmu atas kematian Ibu padahal itu bukan kesalahanmu, mulai sekarang jangan ada yang disembunyikan”

“tapi aku...” ucapanku menggangtung, ‘aku tidak akan lama disini’ kalimat itu tertahan di ujung lidah dan tidak bisa kuucapkan.

Keisuke menghela nafas, “baiklah sepertinya masih sulit bagimu untuk bercerita, tenang saja kami tidak akan memaksa. Ceritalah saat kau sudah siap oke? Kami akan terus menyayangimu, nah sekarang sudah malam sebaiknya kau tidur, tadi dokter bilang bahwa kau harus banyak beristirahat dan tidak boleh banyak pikiran, tahun depan kau bisa lepas dari rasa sakit ini katanya”

‘wah, dr Ryo menggunakan kata ‘lepas dari rasa sakit’ dibandingkan kata ‘sembuh’. Ya secara harfiah kata itu memang lebih pas dibanding kata ‘sembuh’ sih’.

“maaf ayah, nanti aku akan ceritakan semua tapi mungkin tidak sekarang” ucapku sambil menunduk, sebuah elusan sayang terasa di kepalaku, “tidak apa-apa, sekarang istirahatlah. Jun, Yuuki lebih baik kita keluar dan biarkan adik kalian tidur”

“baik ayah” ucap Yuuki dan Jun bersamaan lalu mereka bertiga keluar. Bibi Yui masih di dalam kamar. “Nona, apa Nona yakin tidak akan menceritakan tentang kondisi Nona saat ini kepada Tuan dan kedua Tuan Muda?” ucapnya setelah membantu aku berbaring dan menyelimutiku.

“bibi, kan aku sudah cerita jika penyakit ini tidak bisa disembuhkan, apa bedanya jika mereka tau atau tidak? Biarkan saja, lagipula dengan adanya Bibi, dr. Ryo dan Kak Ryosuke itu sudah cukup bagiku” jawabku sambil menggenggam tangan Bibi Yui.

Bibi Yui mengehla nafas dan tersenyum pasrah, “baiklah, kalau begitu bibi akan selalu berada di sisi Nona dan menemani Nona sampai akhir”

“terima kasih bi”

“yasudah sekarang Nona harus tidur, selamat malam Nona, semoga bermimpi indah”

“selamat malam bi”

Bibi Yui pun mematikan lampu dan menutup pintu, aku menutup mata secara perlahan hingga akhirnya terlelap menuju alam mimpi.

...つづく...

Terpopuler

Comments

Ricka Monika

Ricka Monika

aneh jika ortu ya ingin anaknya si Risa kenapa Risa waktu kecil dibuang atau ditemukan dijalanan,masih banyak teka teki yg blm terbongkar

2024-12-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!