Chapter 8

Hari mulai berganti menjadi bulan dengan cepat, tidak terasa sudah sepuluh bulan semenjak aku menceritakan semua hal kepada Yibo dan Xiao Zhan. Dan selama itu pula pekerjaanku di kafe bersama Zhao Lei dan teman-teman yang lain berjalan sangat lancar. Semakin hari aku semakin dekat dengan mereka berempat. Bahkan jika Yuuta dan Fanxing tidak bisa menemaniku maka mereka akan dengan senang hati menemaniku, oleh karena itu tindakan perundungan terhadapku mulai menghilang.

Hubunganku dengan Yibo pun mulai membaik, jika kami tidak sengaja bertemu ia akan menyapaku dan mengajakku untuk bergabung, namun sering aku tolak karena aku tidak mau berurusan dengan para fansnya. Setidaknya aku bisa leluasa bertemu Xiao Zhan tanpa harus mendapat tatapan tajam dari Baby Lionnya.

Namun, hubunganku dengan Keisuke, Jun dan Yuuki masih belum ada kemajuan yang signifikan. Selama beberapa bulan ini aku rajin sekali berusaha akrab dengan mereka, mulai dari selalu menyambut kepulangan mereka, memasak untuk mereka saat sarapan dan makan malam bahkan juga membuatkan bekal untuk mereka. Namun hanya Keisuke yang merespon dengan positif. Sang kepala keluarga Ueda itu selalu membawa bekal yang aku buat, dan memakan masakan yang aku masak. Tapi tidak dengan kedua pemuda yang berstatus sebagai kakak angkat ‘Risa’ itu. Mereka berdua bahkan sengaja berangkat lebih pagi dan pulang lebih larut hanya demi melewatkan waktu makan.

Pada akhirnya aku memutuskan untuk berhenti menarik perhatian mereka, aku rasa kasih sayang Keisuke sudah bisa membuat 'Risa' senang. Jadi akhir-akhir ini aku hanya memasak dan membuat bekal untuk Keisuke.

Anehnya perilaku Jun dan Yuuki mulai terlihat aneh semenjak aku berhenti membuat bekal untuk mereka, sikap mereka seperti cemburu tapi ketika aku tanya apa mereka masih ingin dibuatkan bekal, mereka akan langsung menolak dengan kasar. Aku rasa Jun dan Yuuki sudah sedikit ada perubahan, dan sepertinya ini tanda-tanda jika mereka mulai bucin padaku.

***

Ujian kenaikan kelas akan dilakukan sebentar lagi, oleh karena itu pekerjaanku di kafe mulai agak berkurang begitu juga dengan Zhao Lei, Xia Zhiguang, Yan Xujia dan Ryuji. Selama sebulan ini kami bertujuh –bersama Yuuta dan Fanxing– selalu belajar bersama. Bahkan para senior –Xiao Zhan, Yibo, Ryosuke– pun ikut membantu kami saat belajar dan memberikan contoh-contoh soal yang mungkin akan keluar saat ujian nanti.

Aku, Fanxing, dan Yuuta saat ini sedang berada di rumahku –ya rumahku karna aku baru saja membeli sebuah rumah sederhana di dekat cafe tepat seminggu yang lalu– sedang mengerjakan beberapa contoh soal yang diberikan Xiao Zhan tadi siang di sekolah.

“yeay aku sudah selesai... uhh kepalaku sakit karena terlalu banyak belajar,” keluhku sembari meregangkan tubuh. Sedangkan Fanxing dan Yuuta masih sibuk dengan beberapa contoh soal yang berada di depan mereka.

Kesal karena diabaikan aku berusaha menarik perhatian mereka dengan merebut soal yang sedang mereka genggam. “Fanxing~ Yuuta~ ayo istirahat sebentar sudah tiga jam kita belajar,” rengekku.

Fanxing terkekeh, sedangkan Yuuta mendelik sebal. “iya nanti kita keluar tapi setelah kami menyelesaikan soal-soal ini ya?” ucap Fanxing dengan nada lembut dan sangat manis.

“tapi—“ “tidak ada tapi-tapian, lagipula sejak kapan kau bisa sepintar itu bahkan sampai menyelesaikan semua soal hanya dalam waktu tiga jam?! Aku bahkan baru menyelesaikan delapan soal.”

Ucapanku terpotong oleh kalimat protes dari Yuuta. Aku terkekeh, ‘bagaimana bisa aku tidak cepat menyelesaikannya?. Itu kan hanya soal bagi murid sekolah menengah atas sedangkan aku sudah masuk perguruan tinggi di kehidupan sebelumnya’

“ ehehe baiklah baiklah.. emm bagaimana jika aku keluar sendiri? Mungkin membeli cemilan dan beberapa minuman ringan untuk kalian?,” tawarku.

“tidak.. tunggu kami selesai baru kita membeli cemilan bersama” tegas Fanxing yang di angguki oleh Yuuta.

Mendengar nada tegas dari Fanxing membuat aku tidak bisa berkata apa-apa lagi kecuali mengangguk, mengiyakan perkataan Fanxing. Jika diingat kembali, ketujuh ‘idola’ku ini sangat protektif padaku, mereka hampir tidak pernah membiarkan aku pergi kemana pun seorang diri. Bahkan hanya sebatas ke kantin atau perpustakaan, pasti setidaknya harus ada dua orang dari mereka yang menemaniku.

Lalu saat aku membeli rumah pun mereka sangat menentang karena khawatir jika aku tinggal sendiri. Dan aku baru di izinkan memiliki rumah ini saat aku berkata bahwa aku hanya tinggal disini jika memang hak adopsiku sudah dicabut, yang berarti masih ada dua tahun lagi untuk itu.

***

Tidak terasa sudah lima jam kami belajar dan akhirnya kami malah tidak jadi membeli cemilan karena sudah terlalu malam, dan aku harus kembali ke kediaman Ueda.

“maaf Risa karena tidak jadi berjalan-jalan, nanti setelah ujian pasti akan kami ganti, ya kan Yuuta,” bujuk Fanxing

“iya Risa, sekarang kan kita sibuk karena mempersiapkan ujian itu jadi wajar jika waktu kita habis untuk belajar,” lanjut Yuuta

Setelah mereka menyelesaikan soal ketujuh jam sudah menunjukan pukul delapan malam dan tentu saja itu sudah sangat terlambat untuk hanya sekedar berjalan-jalan, ditambah Keisuke yang mulai protektif –masih belum terlihat sebenarnya— padaku. Jika aku pulang lebih dari jam tujuh dia akan duduk menunggu diruang tamu dan ketika aku datang dia akan langsung berdiri sambil bertanya dari mana saja

‘persis seperti ayah dan Kak Alex... hhh aku jadi sangat merindukan keluargaku di dunia lamaku, apa kabar dengan tubuhku ya? Apa aku sudah mati disana?’

“Risa ayolah jangan marah lagi, kami janji akan membawamu jalan-jalan nanti.. jadi sekarang sudah ya marahnya?”

“baiklah-baiklah, terimakasih sudah mengantarku pulang... lagipula mana bisa aku marah pada kalian,” ucapku sembari memasang wajah manis.

"yasudah aku masuk dulu ya, sampai jumpa besok" ucapku pada Fanxing dan Yuuta, lalu mulai melangkah masuk ke dalam rumah.

Ceklek

“aku pul—”

“dari mana saja kau?, jam segini baru pulang”

Keisuke dengan tatapan tajam sambil bersedekap berdiri tepat di depan pintu, dan tepat berada di depanku. ‘aish~... benarkan dia pasti sudah menungguku, tapi biasanya dia hanya akan duduk di sofa, kenapa sekarang dia berdiri didepan pintu seperti ini.’

“ehehe~, emm aku ...”

“dia tadi belajar bersama Fanxing dan Yuuta ayah, tidak perlu marah”

Pandanganku dan Keisuke seketika menuju ke arah Jun yang sudah berdiri di pintu masuk, sedang mengganti sepatunya dengan sandal rumah.

“apa itu benar Risa?” tanya Keisuke

“iya benar tu- ehh maksudku ayah” melihat tatapan Keisuke yang menajam saat kata tuan hampir keluar dari mulutku aku langsung buru-buru mengubahnya. Entah sejak kapan, tapi akhir-akhir ini Keisuke sangat suka dipanggil ayah oleh ‘Risa’

“hh baiklah, ayah percaya padamu,” Keisuke mengelus kepalaku dan berjalan kearah meja makan, “apa kau sudah makan Risa?” tanyanya.

Masih di penuhi rasa terkejut aku tidak menjawab apapun, tapi lenganku tiba-tiba di tarik seseorang –yang ternyata adalah Jun– ke arah meja makan, “Fanxing bilang kau belum sempat makan malam karena terlalu lama belajar, jadi makanlah dulu, lalu ia berpesan agar kau tidak lupa meminum obat” ucap Jun

“obat? obat apa yang sedang kau konsumsi Risa?” tanya Keisuke dengan tatapan menyelidik.

“e-eh aku hanya meminum obat penambah darah yah, em bukan obat serius” ucap ku ragu, sampai saat ini keluarga Ueda tidak tau penyakitku, dan aku juga tidak berniat memberitau walau aku yakin dengan hal itu pasti akan lebih mudah mendapat simpati mereka.

“oh baiklah, tapi kau harus memberitahu kami apapun tentang kondisi tubuhmu oke?”

“iya ayah”

****

Setelah makan malam, aku bergegas ke kamar karna merasa akan batuk darah lagi, dan benar saja. Saat aku baru masuk kamar darah segar mulai keluar bersamaan dengan batuk yang semakin parah. Setelah diingat-ingat besok adalah jadwalku untuk check up.

“uhuk” ‘aih sepertinya penyakit ini semakin lama semakin parah, apa selama ini ‘Risa’ selalu merasa seperti ini?’

Tok tok tok

Aku menoleh ke arah pintu, ‘siapa ya?’

“Risa?”

‘huh?! I-ini suara jun!’

“se-sebentar Tuan Muda” dengan cepat aku mengganti baju karena baju sebelumnya sedikit terkena bercak darah. Setelah merasa bersih aku langsung bergegas membuka pintu. Saat membuka pintu aku melihat Jun dan Yuuki yang berdiri tepat di depan pintu. Wajah mereka terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu.

“ada apa?,” tanyaku

Mereka saling pandang dan saling senggol, sambil berbisik ‘kau saja’ ‘tidak kau saja’

Aku semakin menatap heran pada mereka, ‘ada apa dengan kedua orang ini?’

Setelah sesi senggol selesai, Yuuki berdehem “ekhem Risa ada yang ingin kami tanyakan sebenarnya, kenapa akhir-akhir ini kau berhenti membuat bekal untuk kami?” “iya iya bahkan kau juga berhenti memasak, ada apa?” ucap Yuuki yang langsung diteruskan oleh Jun.

“huh? Bukannya kalian tidak suka? Lagipula aku merasa mubazir membuat bekal tapi tidak dimakan jadi ya lebih baik aku berhenti” jawabku. ‘oho apa ini tanda-tanda jika mereka mulai bucin padaku?’

Jun, “tapi kenapa kau masih membuat makanan dan bekal untuk ayah?”

“karna ayah selalu memakan masakanku, jadi tentu saja aku akan terus memasak untuk ayah. Kedua Tuan Muda kan tidak tertarik pada makanan yang aku buat. Iya kan?”

Yuuki, “uhh ... baiklah kami minta maaf, tapi Risa berhentilah memanggil kami dengan sebutan ‘tuan muda’ ,kau memanggil ayah dengan kata ‘ayah’ kenapa aku dan Jun tidak dipanggil dengan ‘kakak’ kita kan...”

“kita apa? kalau tidak salah kalian sendiri yang tidak suka jika aku memanggil kalian dengan sebutan ‘kakak’ jadi aku memanggil kalian ‘tuan muda’” ucapan Yuuki langsung aku sanggah. Mereka terlihat kelabakan dengan ucapanku, kepala mereka tertunduk dan jari-jari mereka meremat bawah kaos yang mereka kenakan. Tanpa mereka sadari aku tersenyum kecil.

“ekhem, baiklah jika kalian ingin aku panggil dengan sebutan ‘kakak’ aku akan melakukannya tapi mungkin hanya selama satu tahun saja” jawabku dengan pose berfikir.

Jun dan Yuuki langsung mengangkat kepala mereka, “kenapa hanya setahun?” balas mereka hampir bersamaan.

“hmm? Kalian lupa? Aku hanya akan tinggal disini sampai usiaku 18 tahun, dan setelah itu ayah akan mencabut hak adopsinya terhadapku, kini sudah setahun sejak obrolan itu jadi tentu saja hanya tinggal setahun saja aku bisa memanggil kalian ‘kakak’ setelah itu aku harus memanggil kalian dengan sebutan ‘tuan muda’ kembali, atau mungkin bahkan kita tidak akan bertemu lagi selamanya.” Ucapku sambil menunduk.

“tidak! Kami akan membujuk ayah untuk tidak mencabut hak adopsi itu” ucap Yuuki, Jun yang ada disampingnya pun mengangguk.

“sebenarnya ada apa dengan kalian? Kenapa tiba-tiba jadi begini? Ka-kalian bukannya membenciku karena menyebabkan kematian ibu?” ucapku lirih masih sambil menunduk

“jika kalian ingin balas dendam karena hal itu aku mohon jangan dengan cara memberikan harapan seolah-olah kalian menyayangiku.... itu akan menyakitiku saat aku benar-benar harus pergi” lanjutku, air mataku tiba-tiba jatuh, sepertinya ini adalah perasaan dari ‘Risa’ yang sebenarnya.

“sst sst.. maafkan kami, kami benar-benar minta maaf.. Yibo dan Zhan ge sudah menceritakan semua hal yang kau alami, kami awalnya memang tidak percaya tapi akhir-akhir ini kau sudah berubah, kami benar-benar menyesal telah membiarkan orang-orang membullymu, mulai besok, ah tidak perlu menunggu besok, mulai detik ini kami berjanji keluarga Ueda akan selalu melindungimu.”

Mataku melebar, Yuuki kini sedang mendekapku dengan hangat. Lengannya mengusap lembut suraiku. Jun juga melakukan hal yang sama. Aku membalas pelukan Yuuki. “terima kasih.. terima kasih..” tangisanku semakin menjadi ketika berada di dekapan mereka.

Yuuki melonggarkan pelukannya, “baiklah sudah malam sebaiknya kau istirahat, oh ya besok berangkatlah bersama kami, jangan lupa buatkan bekal ya”

Aku tersenyum, “baiklah kak!”

Setelah itu Jun dan Yuuki bergantian mengusap rambutku. Aku kembali masuk kedalam kamar ketika mereka berkata akan kembali ke kamar masing-masing. Dengan cepat aku langsung melemparkan tubuh ke kasur dan memeluk bantal dengan erat.

‘woah siapa sangka aku bisa membuat mereka sayang pada ‘Risa’ hanya dalam waktu setahun! dengan begini kegiatan fangirlanku akan berjalan lancar tanpa hambatan’

***

Keesokan harinya, seperti biasa aku bangun jam lima pagi, membuat bekal dan sarapan bagi seluruh anggota keluarga Ueda. Alasan kenapa aku memakai makanan untuk menarik perhatian mereka adalah karena aku mendapat ingatan tentang ‘Risa’ yang pernah belajar tentang selera makanan yang disukai oleh ketiga orang itu kepada Nyonya Ueda. Meski awalnya hanya Keisuke yang mau mencoba tapi siapa sangka kini Jun dan Yuuki pun menyukainya.

“nah sudah siap”

“wah Nona, kenapa membuat tiga bekal lagi? Bibi kira Nona sudah berhenti membuat bekal untuk kedua Tuan Muda?” ucap Bibi Yui tepat dibelakangku.

Aku sedikit tersentak, “astaga Bibi Yui, jangan tiba-tiba muncul seperti itu dong, aku terkejut” ucapku sambil mengelus dada, sedangkan Bibi Yui hanya tersenyum maklum. “aku membuat ini karena Kak Jun dan Kak Yuuki memintanya tadi malam” lanjutku.

Bibi Yui hanya mengangguk-angguk sambil berkata ‘oh’. “selamat Nona, sepertinya Tuan Besar dan kedua Tuan Muda sudah mulai menyayangi Nona. Bibi tau hari ini pasti akan terjadi.” Ucap Bibi Yui sambil membantuku untuk merapihkan kotak bekal.

Setelah bekal siap aku pun sarapan dengan Keisuke, Jun dan Yuuki. Tidak seperti sebelumnya kini posisi dudukku tepat berada di samping Yuuki. Sarapan berlangsung dengan khidmat dan hanya terdengar suara denting sendok dan garpu. Setelah sarapan aku, Jun dan Yuuki berangkat bersama ke sekolah. Semalam aku sudah bilang pada Fanxing untuk tidak menjemputku mulai hari ini dan mungkin hingga seterusnya.

Sesampainya disekolah, setelah Yuuki memarkirkan mobilnya, mereka mengantarkanku ke kelas. “e-em kak tidak perlu sampai mengantarku ke kelas aku bisa sendiri kok, lagipula arahnya kan berbeda dengan kelas kalian” ucapku gugup, bagaimana tidak kini hampir seluruh murid yang berada di lorong kelas satu menaruh perhatian kepada kami.

“tidak. Kami sudah janji akan melindungimu dan ini adalah salah satu caranya” ucap Yuuki

“iya benar, tidak perlu khawatir Risa” sambung Jun. Tangan Jun bahkan kini sedang mengelus rambutku.

‘aish jantungku, untung saja aku tidak batuk darah atau pingsan karena mendapat perlakuan manis ini’ batinku.

Akhirnya mereka benar-benar mengantarku sampai kelas. Bahkan mereka sempat-sempatnya memberi tatapan tajam pada murid-murid yang terang-terangan menunjukan sikap permusuhan padaku.

...つづく...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!