Sebuah kilasan kejadian berputar di kepalaku. Terlihat sebuah pondok di tengah hutan, lalu secara perlahan dua sosok gadis kecil terlihat meringkuk di dalam pondok itu.
Salah satu gadis berambut panjang dan di kuncir twin tail sedangkan gadis yang satunya di kuncir pony tail. Dua gadis itu terlihat saling melindungi. Mereka ternyata sedang menggali sebuah lubang di tanah agar tubuh mereka bisa keluar.
‘hmm? Apa ini ingatan tentang penculikan yang pernah dialami ‘Risa’. sepertinya entah karena apa ‘Risa’ sempat melupakan kejadian ini’
Aku kembali fokus memperhatian kedua gadis itu. Beberapa menit kemudian mereka berhasil keluar, tapi ‘Risa’ kecil tidak sengaja menyenggol sebuah kaleng cat yang menyebabkan suara yang cukup keras hingga membuat penculik yang berjumlah dua orang itu langsung datang memeriksa mereka.
Dengan cepat Reina kecil menarik tangan ‘Risa’, mereka berlari secepat dan sejauh mungkin, para penculik itu masih mengejar. Lalu tiba-tiba Reina terjatuh karena terjerembab sebuah akar pohon yang cukup besar.
Reina berteriak meminta ‘Risa’ untuk menolongnya. Tapi ‘Risa’ hanya diam, dia ingin menolong tapi takut. Hingga akhirnya ‘Risa’ mendengar sebuah sirine mobil polisi. Ia berlari untuk menemukan para polisi itu. dan beruntungnya ia karena beberapa menit kemudian dia bertemu dengan empat polisi yang sedang berpatroli
“pak polisi! Tolong! , aku dan temanku mengalami penculikan, kami berhasil keluar tapi temanku kembali tertangkap oleh mereka. Pondok mereka ada di tengah hutan, tolong selamatkan temanku” ucap ‘Risa’ dengan jelas dan runtun
Para polisi memandang heran namun tidak berani menganggap remeh omongannya, karena kasus penculikan memang sering terjadi beberapa tahun ini. Salah satu dari keempat polisi itu berlutut di depan ‘Risa’. “bisa kau tunjukan jalannya nak?”
‘Risa’ mengangguk dia pun memimpin para polisi itu hingga ke pondok. “itu disana pak” ia menunjuk ke arah pondok. Para polisi saling tatap kemudian tiga orang dari mereka mengendap-endap menuju pondok sedangkan salah satunya bertugas melindungi ‘Risa’.
“nak, apa kau baik-baik saja?” tanya pak polisi yang bersama ‘Risa’
Wajah gadis itu memerah dan nafasnya terengah-engah. Karena ‘Risa’ tidak menjawab, Polisi tersebut menempelkan punggung tangannya pada kening ‘Risa’. “astaga kau demam!. Ayo bapak akan membawamu ke klinik”
‘Risa’ menggeleng. “tidak mau, aku ingin...” ucapan ‘Risa’ menggantung namun dirinya sudah pingsan dan langsung di bawa oleh Polisi tersebut ke klinik. Setelah di periksa ‘Risa’ dibawa ke sebuah Panti Asuhan. Mereka merawat ‘Risa’ dengan baik.
‘lalu bagaimana dengan Reina? Apa yang terjadi dengannya? Karena ini adalah ingatan ‘Risa’ sepertinya aku hanya bisa melihat dari sudut pandangnya saja.’
‘Risa’ terbangun beberapa jam kemudian. Sepertinya ia langsung teringat dengan Reina. Keadaan kamarnya saat ini sangat sepi, ‘Risa’ langsung turun dari kasurnya. Namun sedikit terhuyung karena demamnya yang belum sembuh. Ia langsung berjalan keluar area Panti Asuhan.
Ia berjalan di sepanjang jalan, “ah, aku lupa jalan menuju pondok... apa aku kembali saja? Aduh dimana aku sekarang? Habis sudah riwayatku, pergi kepondok tidak bisa, kembali ke panti asuhan juga sudah terlalu jauh” ‘Risa’ terlihat bingung.
Sejak dia keluar dari panti asuhan sudah berbulan-bulan dia berjalan tanpa arah, hingga ia bertemu dengan orang-orang yang memanfaatkan anak kecil untuk bekerja.
‘Risa’ sempat bekerja selama 4 bulan bersama orang-orang itu, karena saat pertama bekerja ia masih terkena demam dan tidak mendapat pengobatan yang baik, fisik ‘Risa’ semakin memburuk. Lalu saat dirinya pingsan dipinggir jalan ia ditemukan oleh Nyonya Ueda.
Aku menarik kesimpulan, jadi saat pertama kali ‘Risa’ bertemu Nyonya Ueda dirinya sedang demam tinggi dan hal itu sepertinya membuatnya kehilangan beberapa ingatannya.
Lalu alasan kenapa Reina mengira ‘Risa’ meninggalkannya karena ‘Risa’ tidak lagi berada di panti asuhan saat dirinya datang.
“..sa!”
“Risa! sadarlah ada apa denganmu?!”
“hah...hah...hah” nafasku memburu, ingatan tadi seketika menghilang dan kini aku melihat Reina yang kelihatannya sangat khawatir padaku.
Aku menatap Reina. ‘beritahu seseorang yang bisa kau percaya’ tiba-tiba ucapan Zhao Lei terlintas di kepalaku.
‘sepertinya Reina adalah orang yang tepat untuk peran itu’
Aku berfikir sejenak, Reina masih menatapku, tersirat kekhawatiran dari tatapannya itu. melihat itu aku tersenyum dan semakin membuat Reina menunjukan raut wajah kebingunan.
“Reina, ada sesuatu yang ingin aku ceritakan padamu. Terserah padamu mau percaya atau tidak, aku hanya ingin mengatakan dua kata ini padamu...” aku menghela nafas sebentar. “maaf dan terima kasih” lanjutku.
“maaf karena membuatmu merasa ditinggalkan, dan maaf juga karena sudah memanfaatkanmu. Lalu terima kasih karena kau masih ingin bertemu denganku, walau dengan niat yang berbeda tapi setidaknya kau masih mengingatku, dan terima kasih sudah membantuku....”
“apa maksudmu sebenarnya? Kau berkata seperti akan pergi jauh saja?” tanya Reina
Aku tersenyum padanya, lenganku masih aku sembunyikan di balik punggung “12 tahun lalu saat aku pergi dari panti sebenarnya aku ingin mencarimu, aku kembali berjalan menuju pondok tapi aku lupa jalan menuju kesana, lalu sudah terlalu jauh dari panti jadi aku tidak bisa kembali. Setelah itu aku hidup dijalan, berharap akan bertemu denganmu.
Tapi aku sama sekali tidak tau kabar tentangmu. hingga aku bertemu dengan mendiang Nyonya Ueda dan di adopsi oleh Beliau. Aku mengalami demam tinggi saat itu hingga ingatanku tentangmu juga penculikan itu hilang begitu saja. Aku benar-benar minta maaf Reina, aku tidak bermaksud melupakanmu. Aku tidak akan menyalahkanmu jika kau sekarang memben-...”
Bruk
Ucapanku terpotong saat tiba-tiba Reina memelukku. Gadis itu bahkan menangis dan semakin mengeratkan pelukannya padaku. Aku ingin membalas pelukannya namun telapak tanganku sedang terluka, dan bahkan darahnya masih mengalir deras. Aku takut membuatnya semakin khawatir juga takut mengotori baju yang dipakainya. Dan pasti itu akan membuat Yuuta dan Fanxing curiga.
“be-benarkah itu Risa? ...ja-jadi selama ini bukan hanya aku yang mencarimu, ta-tapi kau juga mencariku?” Reina menangis tersedu-sedu, bahkan ucapannya menjadi terbata-bata.
Masih dalam posisi dipeluk Reina, aku mengangguk. seketika tangisan Reina semakin menjadi.
“shh shh sudah-sudah, kenapa kau menangis begini, hm?” ucapku menenangkannya namun tidak menepuk pundaknya.
“maafkan aku Risa, aku sudah membuatmu kehilangan kepercayaan Fanxing dan Yuuta, maaf juga karena menghancurkan hubunganmu dengan keluarga Ueda dan YiZhan”
“tidak apa-apa, justru aku bersykur kau melakukan hal itu. lalu inilah yang ingin aku ceritakan padamu, tapi bagaimana jika kita mengobrol sambil duduk? Aku pegal berdiri terus”
“baiklah...”
Kami pun sedikit bergeser memilih tempat yang nyaman untuk duduk. Jam istirahat sebenarnya sudah selesai, namun karena aku merasa ini akan menjadi yang terakhir, aku harus menyelesaikan masalah ini. Dan hanya Reina yang bisa aku harapkan
“shh auwh” rintihku karena luka tusukan kaca tadi tidak sengaja bergesekan dengan rumput.
“ada apa Ri-... astaga tanganmu! Sejak kapan ini?! Bagaimana bisa kau terkena pecahan kaca ini?”
Reina menggenggam tanganku dengan hati-hati, ia mengambil dua sapu tangan dari saku roknya, mencabut beberapa pecahan kaca dan membalut lukaku dengan sapu tangan yang dia keluarkan tadi.
“lebih baik kita tunda dulu ceritanya, lukamu harus segera diobati. Ayo kita ke uks”
Reina ingin menarikku, namun dengan cepat aku mencegahnya.
“tidak! Hal yang ingin aku ceritakan hanya bisa diceritakan sekarang jika menunda lagi aku khawatir tidak akan ada lain waktu lagi”
“memangnya ada apa sampai tidak ada waktu lain lagi? Besok kan kita bertemu lagi?”
Aku menunduk, “tidak Reina, maaf kan aku sejujurnya besok dan seterusnya aku tidak yakin jika kita akan bersama” aku menatap wajahnya, lalu tersenyum, “karena aku akan mengabulkan harapan yang kau ucapkan di kelas tadi pagi”
“harapanku? Yang ma-...” seperti mengingat sesuatu Reina spontan terdiam, “ka-kau mendengar pembicaraan kami tadi? Risa maafkan aku, aku tidak bermaksud mengatakan hal itu. aku berkata begitu karena aku kira kau sudah melupakanku, tolong jangan anggap serius perkatannku itu!”
“tidak apa-apa, aku tidak memasukan kata-katamu ke dalam hati. Tapi cepat atau lambat aku memang akan pergi, te-tentu saja itu bukan keinginanku. Aku harap kau tidak menyalahkan dirimu atas kepergianku, ya?”
Reina terdiam
Setelah itu aku menceritakan semua. Tentang penyakit. Waktu tenggatnya. Dan rencana yang sudah aku lakukan selama ini. Reina mendengarkan dengan seksama. Selama aku bercerita air matanya menggenang di ujung mata dan seketika terjatuh saat gadis itu mengedipkan mata.
“ja-jadi selama ini kau sudah tau jika aku sengaja ingin menghancurkan hubungan kalian?”
Aku mengangguk, “jujur saja aku benar-benar berterimakasih padamu karena sudah membantuku. Aku harap kehadiranmu bisa membuat mereka melupakanku. Tapi jangan mengira jika aku sengaja membuatmu menjadi seorang pengganti, aku tidak bermaksud begitu!. Maaf karena secara tidak langsung aku juga memanfaatkanmu”
“Risa. Tapi bagaimana jika mereka tau yang sebenarnya? Kau benar-benar akan menyimpan ini sendirian? Me-mereka akan tersakiti akhirnya”
Aku terkekeh mendengar ucapan Reina, “seseorang juga mengatakan hal yang sama padaku. Karena alasan itulah aku memeberitahumu. Hanya tujuh orang- delapan ditambah dirimu- yang tau tentang penyakitku ini. Jika suatu saat nanti Fanxing, Yuuta, keluarga Ueda, Yibo dan Xiao Zhan mulai curiga dengan ketiadaanku, bisa tidak kau mengatakan jika aku pergi keluar kota bersama orang tua kandungku?”
“orang tua kandungmu? Tuan dan Nyonya Akazawa?”
‘Astaga dia masih mengingat nama itu? sebenarnya dari mana dia bisa mengarang nama itu sih?’
“pffh .. bukan Reina. Orang tua kandungku itu Tuan dan Nyonya Kuroba. Mario dan Ryuugi. Oh ya, ngomong-ngomong dari mana kau dapat biodata dan riwayat keluargaku? Kenapa semuanya salah?”
Wajah Reina memerah, mungkin malu atau mungkin karena hal lain, aku pun tidak mengerti.
“a-aku dapat dari ayah angkatku, saat aku bilang bahwa aku ingin mencari informasi tentang gadis bernama Risa berkas-berkas itu yang dikirimkan oleh orang-orang suruhan ayah”
Aku seketika melongo. ‘apa mereka menemukan informasi orang lain yang kebetulan memiliki nama yang sama dengan ‘Risa’. Sepertinya keluargamu memerlukan seorang informan yang lebih handal, nak’
“o-oh begitu rupanya, sepertinya mereka mendapat informasi yang salah”
“maafkan aku Risa, pasti karena berkas-berkas itu kau mendapat masalah dengan keluarga Ueda ya?”
Aku tersenyum, meraih tangannya dan menggenggam hangat tangannya itu. “memang hal itu membuat aku jadi diusir dari rumah mereka, tapi aku tidak keberatan karena dari awal aku memang ingin menjauh dari mereka. Terimakasih atas bantuanmu”
“ta-tapi...”
“shh sudahlah tidak apa-apa. intinya aku sudah menceritakan semuanya. Dan mulai besok aku tidak akan bersekolah, aku mohon padamu, tolong jaga Fanxing dan Yuuta ya”
“baiklah, tapi bisakah aku menemanimu selalu? Kau tidak boleh pindah dari kota ini, aku mohon. Kita baru saja menyelesaikan kesalahpahaman ini dan aku tidak ingin kembali kehilangan sahabatku”
“emm untuk itu mungkin bisa aku bicarakan dengan papaku, kita bisa selalu bermain bersama. Mungkin di rumahku atau di rumah sakit?”
Aku terkekeh sendiri tentang ucapanku, bertemu di rumah sakit? Hal itu pasti akan membuat Reina khawatir, lagi pula saat aku berada di rumah sakit mungkin itu adalah saat-saat ku mendekati kematian
Entah sudah berapa lama kami mengobrol, namun secara perlahan aku merasa tubuhku lemas dan seperti tidak bertenaga. Aku menyender padanya, dengan sigap Reina merangkulku. Tiba-tiba wajahnya berubah panik
“Risa, wajahmu pucat sekali. Lukamu benar-benar harus di obati ayo kita ke uks aku akan memapahmu.”
Aku menggeleng, jika begitu nanti kami akan bertemu orang lain, dan bisa saja bertemu dengan empat orang yang sangat ingin aku hindari itu. “ti-tidak perlu, ta-tapi bisakah kau cari Senior Ikeoka, hanya dia yang bisa membantuku saat ini.”
“tapi jika aku pergi bagaimana denganmu? Aku tidak ingin meninggalkanmu sendirian apalagi kondisimu seperti ini!”
“aku berjanji akan bertahan sampai kau kembali, jadi cepatlah.. hhh aku .. mohon”
Nafasku semakin berat, oksigen seperti tidak masuk sama sekali ke dalam paru-paruku. Semakin lama kesadaranku mulai menghilang namun aku memaksakan diri untuk tetap terjaga.
“ba-baiklah! Kalau begitu aku pergi dulu”
Reina langsung berlari, mungkin menuju kelas Ryosuke. Dengan sudah payah aku mencoba menjaga kesadaranku, tapi hal itu sangat sulit karena tubuhku benar-benar tidak bertenaga.
“hh... kak ...aku ...mohon ...cepat”
Beberapa menit kemudian, Reina kembali. Aku tersenyum puas melihatnya. Dia bersama Ryosuke, Xujia dan Zhao Lei. Mereka berempat benar-benar memasang wajah khawatir. Bahkan Ryosuke langsung mengangkatku ala bridal style dan membawaku ke parkiran.
Ia menyuruh Xujia pergi ke kelasku untuk mengambil tasku yang tertinggal. Lalu menyuruh Zhao Lei untuk memanggil Mario di ruang kepala sekolah. ‘memangnya urusan Mario belum selesai? Padahal aku rasa sudah berjam-jam aku mengobrol bersama Reina’ batinku
“Risa! astaga bocah ini sudah kubilang untuk menghubungiku jika keadaan mu memburuk! Tapi apa ini?!” ucap Ryosuke
“ma-maaf kak... ponselku.. tertinggal” balasku terbata-bata
“shh... lebih baik simpan tenagamu kita harus pergi ke rumah sakit sekarang”
Setelah itu kami pun sampai di parkiran. Terlihat Mario sudah standby dengan mobilnya. Xujia dan Zhao Lei sudah ada disana. Setelah aku dimasukan ke dalam mobil, Ryosuke ikut masuk dan menaruh kepalaku di pahanya. Mario sempat berterima kasih pada Xujia dan Zhao Lei. Sedangkan Reina diminta oleh Ryosuke untuk kembali ke kelas nya saja.
...つづく...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments