Chapter 18

Keesokan paginya Mario benar-benar mengantarku, Ryosuke pun berangkat bersama kami. Pagi-pagi sekali pemuda itu sudah ada di kamar rawatku. Dan karena itulah kini kami sedang berjalan bersama ke arah kelasku sedangkan Mario pergi ke ruang kepala sekolah.

“Risa kenapa kau masih mau bersekolah sih?! Sudah saja biarkan Paman yang mengurus semuanya. Lebih baik kau di rumah sakit saja” ucapnya dengan nada protes namun terdengar nada khawatir juga

“kak, kan aku sudah bilang ini yang terakhir. Oh ya tapi karena aku tidak tau apa ini akan berjalan mulus atau tidak jadi, aku harap kakak jangan sulit dihubungi jika nanti aku butuh bantuan ya?”

“kenapa kau malah mengucapkan kalimat yang makin membuatku khawatir?”

“ehehe maaf maaf”

“kau hebat sekali Reina, tidak kusangka Fanxing dan Yuuta bahkan keluarga Ueda, Yibo, dan Xiao Zhan sudah membenci Risa.”

“ahaha itu mudah saja, aku sendiri sebenarnya tidak menyangka jika ini akan berjalan semudah ini”

Langkahku berhenti ketika mendengar obrolan dari murid-murid dikelasku. Jarak kami hanya tinggal beberapa langkah.

“Kak Ryosuke, berhenti” reflek aku langsung menghentikan Ryosuke yang sepertinya tidak mendengar obrolan orang-orang itu dengan menarik lengannya.

“huh? Ada apa?”

“sebentar, aku mendengar suara obrolan, coba kita dengarkan dulu”

Kami secara perlahan mengendap-endap hingga berada di samping pintu kelas, disana suara mereka semakin terdengar. Kami pun mendengarkan dengan seksama.

“oh ya ngomong-ngomong apa yang membuatmu melakukan ini ke Risa?”

“aku punya dendam pribadi padanya, dan hari ini akan aku selesaikan rencana pembalasan dendam itu, aku pastikan besok dia tidak akan berani masuk sekolah lagi, bahkan akan lebih baik jika dia mati dan menghilang dari dunia ini”

“bagus sekali idemu, artinya Yibo dan Jun juga Fanxing dan Yuuta bisa kita dekati tanpa ada gangguan dari anak pungut itu”

‘hmm? Dendam? Dendam apa yang dia miliki pada ‘Risa’? bahkan ‘Risa’ tidak punya ingatan tentang gadis itu. Apa ‘Risa’ secara tidak sengaja pernah menyinggung Reina?’

“ternyata gadis itu memang sengaja menghancurkan reputasimu! Aku tidak akan memaafkannya dan juga semua orang yang mendukungnya itu. akan aku beri pelajaran mereka!”

Tiba-tiba saja Ryosuke berjalan masuk kedalam kelas, namun berhasil aku cegah. Aku menarik lengannya dan membawanya kembali bersembunyi di balik pintu

“eh?! kakak! Hampir saja kita ketahuan. Bukannya ini hal yang bagus, setidaknya walau hubunganku dengan Fanxing dan Yuuta sudah membaik pasti gadis itu tidak akan tinggal diam, dan akan melakukan sesuatu untuk menghancurkannya lagi” ucapku setengah berbisik

“tapi Risa! lihatlah mereka benar-benar sudah keterlaluan bahkan sampai mengataimu sebagai anak pungut?! Apa selama ini mereka memanggilmu seperti itu?”

Aku menghela nafas, terpaksa mengangguk. Ryosuke kembali terlihat marah. Wajahnya bahkan sampai memerah dan tangannya mengepal.

“a-aku tidak apa-apa kak, lagipula sebentar lagi aku akan keluar dari sekolah ini jadi aku tidak akan mendapat perkataan seperti itu, tolong bersabar.”

“Risa... Senior Ikeoka”

“huwaa!” aku dan Ryosuke seketika berteriak saat sebuah suara tiba-tiba muncul di belakang kami.

Saat menoleh ternyata itu adalah Fanxing. Aku dan Ryosuke menghela nafas.

“astaga Fanxing bisa tidak kau datang dengan normal huh?! Membuatku hampir jantungan saja” protes Ryosuke

“aku sudah berkali-kali memanggil kalian tapi kalian tidak mendengarku. Apa yang kalian lakukan di depan kelas huh?”

“a-ah ti-tidak ada apa-apa kok. Ayo kita masuk saja Fanxing. Sampai nanti Kak.”

“baiklah-baiklah, sana kalian masuk saja. Aku akan ke kelas. Oh ya Risa nanti jangan lupa menghubungiku jika ada masalah”

Aku mengangguk dan menarik Fanxing yang sedang memasang wajah bingung kedalam kelas. Kami pun meletakkan tas di tempat duduk masing-masing. Para gadis yang tadinya sedang bergosip sudah membubarkan diri kembali tempat duduknya masing-masing.

Aku sekilas melirik kearah Reina. Gadis itu memasang wajah kesal, mungkin karena melihat aku dan Fanxing masuk bersaMa. Beberapa menit kemudian Yuuta pun datang.

“selamat pagi Risa” ucapnya sambil mengusap rambutku. Hal itu tidak lepas dari perhatian seluruh murid di kelas. Bahkan ada yang terang-terangan menunjukan raut tidak suka.

“selamat pagi juga Yuuta” balasku.

Setelah itu pelajaran pun dimulai. Selama pelajaran berlangsung aku tidak pernah sekali pun berbicara pada Reina karena terlalu sibuk meladeni Fanxing yang entah kenapa seperti sengaja membuatku tidak terlibat pembicaraan dengan Reina.

‘padahal kan aku sudah bilang ingin meminta maaf tapi kenapa mereka seolah-olah tidak ingin aku bicara pada Reina?’

Kriiing

Tidak terasa sudah waktunya istirahat, kami berempat janjian untuk pergi bersama kekantin, aku menawarkan diri untuk membelikan minuman. Sedangkan Fanxing membelikan makanan, lalu Yuuta dan Reina mencari meja untuk kami.

“nah aku sudah mendapat semua pesanan, Yuuta dan Reina dimana ya?”

Aku melihat kesekililing, lalu langsung pergi ke arah meja saat pandanganku bertemu dengan Yuuta dan sedang melambaikan tangan padaku. Fanxing sudah ada di sana

“akh”

Prang

Saking fokusnya pada meja itu aku tidak menyadari ada yang menjegal kakiku, hingga minuman yang aku bawa jatuh dan gelasnya pecah. Semua air itu mendarat dengan mulus ke kepala Reina, hingga membuat gadis itu basah kuyup

“Reina! Apa kau baik-baik saja?” tanya Fanxing

“Re-Reina aku minta maaf, aku tidak sengaja, tadi...”

“Risa! kau bilang ingin minta maaf pada Reina tapi kenapa malah begini?!”

Aku terdiam, lagi-lagi Fanxing membentakku. Aku melihat dia yang sedang khawatir pada Reina, begitu juga dengan Yuuta. Pemuda itu melepas jaketnya dan memakaikannya di bahu Reina. Tubuh gadis itu terlihat gemetar tapi sekilas aku melihat sebuah seringai di bibirnya

“a-aku tidak sengaja, maaf”

“sebenarnya dari awal kau memang tidak berniat minta maaf kan?! Apa kemarin juga kau hanya berpura-pura agar kami bersimpati padamu?!” kini giliran Yuuta yang membentakku

“dasar anak pungut”

“dia pasti cemburu pada Reina yang dicintai seluruh sekolah”

Seluruh murid yang berada di kantin mulai menyudutkanku. Setelah itu Fanxing dan Yuuta pergi meninggalkanku dan membawa Reina entah kemana. Aku hanya menatap mereka dengan sedih hingga tiba-tiba ada yang mendorongku hingga terjatuh. Telapak tanganku terkena pecahan kaca yang masih berserakan di lantai

“awh shh” rintihku

Serpihan-serpihan itu menancap dalam karena dorongan yang kuterima sangat kuat. Baru saja aku ingin bangun, namun sudah ada yang menarikku dengan kasar. Aku berusaha berontak namun karena kalah jumlah mereka dengan mudah membawaku.

Secara tidak sengaja aku melihat Yibo dan Jun yang juga sedang menatapku. Baru saja aku membuka mulut untuk meminta pertolongan namun mereka langsung memalingkan wajah dan bergegas pergi. Kata-kata yang ingin aku keluarkan kembali aku telan.

‘hhh aku sempat lupa jika mereka sudah membenciku, mana mungkin mereka akan menolongku. Melihat mereka yang tidak ikut-ikutan menyudutkanku saja harusnya sudah membuatku bersyukur’

Orang yang menyeretku tadi berjumlah dua orang dan mereka langsung membawaku ke taman belakang sekolah. Tempat ini sangat sepi karena memang bukan tempat yang cantik hingga tidak ada orang yang ingin datang ke sini.

Dua orang yang memegang lenganku itu langsung melemparku ke rerumputan sesaat setelah kami sampai di bagian taman yang benar-benar tidak terurus. Karena menerima perlakuan kasar itu tubuhku mulai merasakan sakit yang teramat sangat.

“heh! Akhirnya kami bisa membuatmu seperti ini! Sudah lama aku kesal padamu karena sok menempel dengan YiZhan, Jun dan Yuuki.” Ucap salah satu gadis. Yang aku tau dari ingatan ‘Risa’ kedua gadis ini juga yang mendorongnya dari atap sekolah beberapa tahun lalu yang menyebabkan ‘Risa’ meninggal.

‘ya setidaknya kali ini mereka tidak membawaku ke atap’

“jika kalian iri bilang! Bisa saja aku membuat kalian berteman dengan mereka juga, atau paling tidak aku bisa memberikan foto mereka pada kalian” ucapku menantang

“kau!” gadis itu mengangkat tangan dan hampir menamparku.

“tahan! Aku tidak bilang jika kalian boleh melukainya secara fisik!”

Aku menoleh ke belakang gadis yang ingin menamparku, Reina berjalan anggun ke arah kami. Entah kenapa tapi aku reflek menyembunyikan telapak tanganku ke belakang punggung.

“pergi kalian dari sini! Biar aku yang menyelesaikannya disini” ucapnya saat sudah berdiri di depanku. Aku masih berlutut disini karena kakiku tidak bisa aku gerakkan

“cih! Baiklah baiklah. Ayo kita pergi”

Kedua gadis itu pun pergi. Kini perhatianku sepenuhnya tertuju pada Reina. Gadis itu sudah berganti pakaian, yang aku curigai seperti milik Fanxing karena aku hafal betul seragam milik Fanxing bahkan milik Yuuta, ‘bagaimana aku tidak hafal jika aku selalu bersama mereka’

“sebenarnya apa maumu kali ini?” tanyaku

“mauku? Aku sudah mendapatkanya kok. Yaitu membuatmu merasakan perasaan sakit karena ditinggal oleh orang yang kau percaya tidak akan pernah mengkhianatimu” Reina berjongkok, ia memegang dagu ku.

“apa maksudmu? Kenapa kau ingin aku merasakan hal itu?”

“kenapa kau tanya? Tentu saja karena itu adalah hal yang kau lakukan di masa lalu padaku!”

‘huh? Diingatan tubuh ini tidak ada memori tentang Reina, tapi sepertinya 'Risa' dan Reina ini harusnya saling mengenal dilihat dari sifat Reinaini , tapi kenapa 'Risa' tidak ingat pada Reina?’

“apa maksudmu? Aku bahkan tidak mengenalmu sama sekali !” ucapku untuk memancing Reina menceritakan hal yang tidak aku ketahui.

Tiba-tiba saja Reina tertawa, “tidak mengenal? Kau yakin? Kita pernah berteman tapi kau meninggalkanku begitu saja. Kau lupa saat kita berumur 6 tahun kita bertemu pertama kali di tempat penculik itu, di tengah hutan. Aku mengajakmu melarikan diri tapi saat aku tertangkap kau malah melarikan diri meninggalkaku. Untung saja ada polisi yang datang hingga akhirnya aku bisa selamat. Mereka bilang kau yang mengatakan posisiku pada mereka.

Aku sangat senang, artinya kau tidak benar-benar meninggalkanku. Lalu mereka membawaku ke panti asuhan tempat kau juga dikirim. Tapi orang-orang di panti asuhan berkata bahwa kau pergi dari sana! Apa maksudnya itu huh?!”

Aku mengernyit mendapat informasi baru ini. Dua tahun aku hidup di tubuh ‘Risa’ tidak ada satu pun ingatan tentang penculikan ini. Ingatan yang aku dapat hanya sejak ‘Risa’ bersama Nyonya Ueda. Bahkan aku tidak mendapat ingatan tentang keluarga kandungnya.

“akh aww kepalaku!” Tiba-tiba rasa sakit seperti dihantam palu menyerang kepalaku.

“Ri-sa ada apa denganmu?!”

...つづく...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!