"Nai, aku dengar, kamu akan menikah. Benarkah?" Tanya Ustadzah Andini setelah keduanya sama-sama selesai mengajar ngaji anak-anak. Kini dua wanita berjilbab panjang itu tengah duduk di teras Masjid. Menghadap ke depan, di mana di sana masih ada beberapa anak yang tengah bermain setelah mengaji.
Naifa tersenyum, lantas ia menunduk. Menarik nafas pelan dan mengangguk. "Iya, Ustadzah. Dengan Abang Adam, anak dari Ibu Nuri, yang rumahnya di komplek sebelah kampung ini." Ujar Naifa menjelaskan. Dengan begitu, sudah pasti Ustadzah tahu dengan orang seperti apa ia akan menikah.
Ustadzah tersenyum, lalu mengelus pundaknya, membuat Naifa menoleh ke arah Ustadzah yang tersenyum ke arahnya dengan begitu manis. Sampai dapat menular ke bibirnya.
"Kamu, tahu?" Ustadzah kembali berbicara.
Naifa masih memandang wajah teduh milik Ustadzah Andini.
Ustadzah lalu membelai pipi mulus milik Naifa, "semuanya telah tertulis di lauḥul maḥfūẓ setiap perjalanan kita, setiap siapa saja teman kita, jodoh kita, sampai ajal kita. Jadi ... kamu nggak perlu risau tentang siapa jodohmu sekarang, percaya sama Allah. Allah lah sebaik-baiknya perencana."
Naifa mengangguk. Ya, Allah lah sebaik-baiknya perencana. Jadi kini Naifa tidak perlu risau akan hal apapun. Ia cukup menjalani semua nya dengan hati yang lapang dan juga kesabaran. Ia harus yakin dan percaya kalau ini menjadi garis takdirnya, ia hanya perlu berdoa untuk takdir nya agar selalu dalam keadaan baik. Takdir baik.
****
Acara yang bisa di bilang tidak di tunggu-tunggu itu akhirnya tiba, semua sudah terencana secara matang. Sampai akhirnya setelah lamaran sebulan lalu, inilah saatnya antara Adam dan Naifa untuk menikah.
Acara yang begitu sederhana, di lakukan di Masjid yang terletak di antara kampung dan komplek perumahan. Naifa yang sudah di rias sederhana kini tengah menunggu di balik tirai, sedangakan di depan sana, Adam tengah membacakan ijab Qabul dengan paman dari Naifa, yang datang dari Lampung.
Naifa begitu cantik dengan tampilan gamis berwarna putih, dan jilbab panjang yang sama warnanya dengan gamis dan sedikit aksesoris di jilbab yang ia kenakan. Ini memang keinginan Naifa, ia tak ingin di rias dengan mewah, ia hanya ingin tampil se sederhana mungkin. Bukan karena menikah dengan Adam, ini memang murni impian pernikahan nya.
Ibu Muni meneteskan air mata saat mendengar dengan lantang Adam mengucapkan ijab qobul, begitu juga Ibu Nuri. Sedangkan Naifa yang duduk di sebelah Ustadzah Andini pun sama-sama meneteskan air mata. Kini ... dirinya sudah sah menjadi seorang istri, ia bukan lagi gadis yang bebas seperti sebelum ini.
Semua orang menengadahkan tangan saat Pak Penghulu membaca doa, dan mengusap kedua telapak tangan ke wajah mereka setelah doa selesai di baca.
Naifa di ajak menghadap ke meja tempat di lakukan nya ijab kabul, di mana di sana ada suaminya yang tengah menunggu. Entah menunggu, entah tidak. Naifa pun tak tahu.
Dalam seperkian detik, saat Naifa berhadapan dengan Adam dan melihat wajah orang yang kini telah sah menjadi suaminya itu, ia berbisik dalam hati. MaSya Allah, Abang Adam begitu tampan.
Sedangkan Adam yang baru kali ini memandang mata indah Naifa, dalam hatinya pun mengagumi gadis yang kini telah sah menjadi istrinya.
Lalu, Pak penghulu menyuruh Naifa mencium tangan suaminya dengan takzim, dalam genggaman yang baru kali ini ia lakukan, jujur saja ada getaran aneh yang langsung menyentil hatinya, ada rasa kenyamanan yang mereka berdua rasakan. Lanjut, Pak Penghulu menuntun Adam untuk membaca doa setelah akad.
Dengan nada yang terputus-putus, Adam mengikuti setiap kata yang di tuntun oleh Pak penghulu. Bahkan sampai membuat mata pria yang suka meminum minuman keras itu berair. Tak sanggup rasanya untuk melanjutkan doa yang ia ucapakan, secara salat saja ia tak pernah. Lanjut memasangkan cincin di jari Naifa, dan sebaliknya.
Setelah selesai Naifa dapat melihat Adam menyeka sudut matanya, Naifa bahkan memberikan senyum yang indah pada suaminya itu, walaupun langsung di beri pandangan tak suka dari Adam.
Karena dalam pandangan Adam, ia merasa Istrinya itu tengah menertawakan dirinya yang cengeng dan lemah seperti wanita. Adam tak tahu kalau Naifa memberinya senyuman yang tulus dari hatinya.
***
Rumah yang tak terlalu besar dengan dua kamar, satu ruang tamu, satu ruang makan, satu dapur, dan satu kamar mandi di samping dapur menjadi pilihan Adam untuk ditinggali dirinya dengan Naifa-Istrinya. Istri yang baru beberapa jam yang lalu ia nikahi.
Naifa masih memandangi rumah barunya saat ia dan Adam baru sampai. Bahkan Adam sudah masuk tanpa mengambilkan tas yang berisi baju-baju Naifa, ia hanya membawa kopernya sendiri tanpa perduli pada Naifa istrinya.
Naifa tersenyum, seenggaknya ia tak akan terlalu kelelahan jika hanya mengurus rumah sederhana, baginya malah sudah biasa. Naifa melangkahkan kaki kanannya, dan mengucap kan salam begitu kakinya akan melangkah masuk ke dalam rumah.
"Assalamu'alaikum," ucap Naifa, yang lalu ia jawab sendiri. "Wa'alaikumsallam."
Adam entah di mana, karena di ruang tamu yang sudah berisi satu set sofa itu tidak terlihat keberadaan nya. Naifa akhirnya duduk di sana dan menaruh tasnya di sebelahnya.
Ia memandangi ruangan dengan langit-langit berwarna putih dan lampu gantung yang tidak terlalu besar, namun cantik.
"Kamar lo di sana!"
Naifa kaget. Ia lalu melihat Adam yang baru keluar dari kamar bagian depan, Adam menunjuk kamar sebelahnya.
Alis Naifa mengerut, namun selanjutnya ia mengangguk. Bukan takut, hanya saja ia tak ingin ada perdebatan di hari pertamanya sebagai seorang istri. Nanti, pasti. Pelan-pelan ia akan membawa Adam menuju jalan yang benar, agar bisa menuntun dirinya menuju Surga-Nya.
Adam tak lagi mengatakan apapun, Adam justru masuk kembali ke kamarnya meninggalkan kembali Naifa yang masih duduk di sana dengan diam.
"Baiklah, bismillahirrahmanirrahim," ucap Naifa lantas berdiri dan menutup pintu, lalu mengambil tas dan masuk ke kamar yang ada di sebelah kamar Adam.
Seenggaknya dengan ini ia merasa sedikit aman. Bukan tak ingin memberikan hak, hanya saja ia sebenarnya juga sedikit takut pada lelaki yang suka ma buk, ia takut kejadian seperti di sinetron-sinetron yang suka di pukul itu terjadi padanya. Ih amit-amit, batin nya saat memikirkan hal buruk.
***
Seusai memasukan baju-bajunya ke dalam lemari kayu dengan dua pintu, ia lalu keluar dan pergi menuju dapur. Ia membuka kulkas yang ada di sana, Naifa tersenyum saat menemukan kulkas berisi penuh, ia tahu kalau semua ini pasti yang menyiapkan adalah Ibu Nuri, ibu baik hati yang kini menjadi mertuanya.
Naifa lantas mengambil beberapa sayuran dan ayam, ia akan masak untuknya dan untuk suaminya. Dengan hati-hati ia memotong ayam menjadi dua belas bagian. Nanti niatnya ia akan ungkep terlebih dahulu agar bisa di goreng beberapa kali, karena jika di goreng langsung semua pasti tidak akan habis.
Tapi, ternyata yang di lakukan Naifa tidak ada gunanya. Karena saat masakan Naifa sudah matang sebagian, Adam suaminya pergi dari rumah tanpa pamit padanya, dan saat ia mencoba bertanya ia hanya mendapat jawaban yang tidak mengenakan.
"Abang, maaf, Abang mau ke mana? Nai sedang masak, sebentar lagi matang," ucapnya tadi saat ia mendengar Adam keluar dari kamar.
"Gue nggak perduli, mau lo masak kek! Enggak kek! Gue nggak ada urusan sama lo!" Walaupun tidak berteriak namun begitu kencang saat Adam mengatakan nya tepat di telinga Naifa. Kencang nya sampai terasa di hati Naifa. Sakit, sakit sekali. Namun Naifa tetap tersenyum, ia tak akan mengeluarkan air mata yang akan mengutuk suaminya.
Sabar, Nai ... ini baru sehari, ini baru awalan. Yakinlah kalau Allah bisa melembutkan hatinya lewat doa.
"Iya, hati-hati Bang, Nai tunggu." Ujar Nai dengan senyum yang merekah.
Tak perduli pada tatapan bengis dari sang suami, yang lantas meninggalkannya di sana sendirian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
💜jiminaa💜🐣
untung nya yg jdi istrimu nai dam coba klo aku udah terbang wajan ama sutil ke mulut elu kesel gw wkwkwk
2023-02-28
2
Neulis Saja
Adam, dikutuk jadi batu tahu sara hlo atau bahkan kamu dibucinkan biar tahu rasanya dijajah cinta hopefully
2023-02-06
0
Noviyanti
sabar nai, semoga kamu kuat ya.. bawa adam ke jalan lurus kalo ada temboknya juga jangan takut, hajar aja biar benjol2 dah. 😆
2022-12-05
2