Bab 2

"Adam, kamu baru pulang?" Tanya Ibu Nuri pada putranya.

Adam yang baru masuk ke dalam rumah tersenyum sinis saat mendapati ibunya seperti biasa, mengkhawatirkan nya.

Adam tak perduli, ia tetap berjalan melewati sang ibu yang sudah begitu lama duduk di sana menunggu dirinya.

"Dam, ibu mau bicara," ucap Ibu Nuri menarik tangan tangan putranya itu.

Adam seketika berhenti, "bicara apa?!" Tanpa menoleh ke arah sang ibu.

Bau menyengat dari tubuh Adam mencemari indra penciuman Ibu Nuri, namun demi untuk bisa mengajak putranya bicara ia menahan bau tak sedap itu.

"Tolong, menikah lah dengan Nai Dam!"

"Apa!" Adam menyentak tangan ibunya yang tengah memegangi lengannya membuat Ibu Nuri terkejut bukan main.

Adam membalik badannya, menatap ibu nya dengan garang. "Jangan mimpi!" Teriak nya dengan sangat keras di telinga Ibu nya. Lantas Adam yang baru saja meminum alkohol itu meninggalkan ibu nya menuju ke lantai dua, di mana kamarnya berada.

Air mata ibu mengalir deras, hatinya begitu sakit. Entah kenapa putranya yang dulunya begitu baik, begitu penurut sekarang jadi seperti itu. Teriak-teriak, membentaknya, tak lagi memandangnya penuh sayang seperti dulu.

"Sabar, bu," Bik Siti memeluk Majikannya itu dari samping. Menguatkan majikan nya yang selalu menangis karena sikap kasar putranya.

***

Malam pukul 21:05, Adam turun dari kamarnya langsung jalan ke arah luar. Tak perduli pada dua orang yang tengah duduk di ruang TV.

"Mau ke mana kamu Dam!" Tanya Ayah Hendra.

Namun Adam tak menggubris, ia tetap jalan menuju ke luar.

Ibu Nuri mengusap lengan sang suami, "biarkan Yah, kita bicara besok lagi."

Ayah menghela nafas kasar, "entah kenapa dia jadi seperti itu."

***

Di ruangan yang penuh dengan gemerlap lampu warna-warni, yang kadang menyala, kadang redup juga di iringi musik keras yang di mainkan oleh disk joki, membuat orang-orang yang berdiri di depan sana berjoget tak karuan. Bahkan tak sedikit dari mereka yang berjoget sembari menyatukan wajah.

Di sana, di sofa ada dua orang yang tengah duduk bersebelahan, sembari menghisap dalam-dalam batang rokok dan mengembuskan asap nya dengan asal ke udara.

"Gue, di suruh nikah ma Nyokap!" Teriak Adam pada teman perempuan nya, yang kini duduk di sebelahnya.

"Terus, lo terima?!" Tanya wanita itu, yang wanita itu pun sama-sama mengembuskan asap dari mulutnya ke udara.

"Nggak lah! Lo gila?!" Adam menggerus puntung rokok yang tinggal sedikit di asbak dan membiarkannya di sana, bersama dengan puluhan sisa rokok.

"Kenapa? Cewek nya jelek?!" Tanya wanita itu penasaran.

Adam tersenyum miring, dia tengah mengingat wajah Naifa yang cantik, badannya yang tertutup baju panjang kedodoran dan kepalanya yang selalu di tutup jilbab.

"Kenapa, lo?! Jatuh cinta?!"

"Dia masih kecil," jawab Adam akhirnya.

Keduanya lanjut diam, tak ada yang bicara. Namun tangan wanita itu segera mengambil botol dan menuangkan isi botol ke dalam gelasnya dan gelas Adam.

"Cheers dulu dong! Dari tadi lo belom minum," ajak wanita itu sembari mengangkat gelas.

Adam mengambil gelas yang di peruntukan untuk nya dan melakukan tos antar gelas pada Vela, teman wanitanya.

"Kalau saran gue sih, lo terima aja?!" Vela menaruh gelas kosong ke atas meja kembali.

"Kenapa?!" Adam masih menimang gelas yang air nya belum ia habiskan, hanya sedikit ia minum.

"Lumayan! Bisa lo suruh-suruh!"

"Haha, lo pikir dia babu," ucap Adam.

"Hahaha!" Vela malah tertawa. "Jadi, menurut lo, istri itu apa? Ratu?"

Adam yang masih sadar, tersenyum miring. Ya, ratu. Karena ayahnya selalu menjadikan ibu nya seperti ratu, memberikan ART agar ibunya tak kelelahan, memberikan kebebasan agar ibu nya bahagia. Memberikan segala yang ibunya pinta, bahkan sampai permintaan ibunya yang tetap membiarkan dirinya memilih jalan hidupnya seperti sekarang pun, Ayahnya menyetujui. Asal ibunya bahagia, di situlah ayahnya bahagia.

Tiba-tiba ada rasa aneh secuil di pojok hatinya.

"Menurut, lo?!" Adam malah balik bertanya.

"Menurut gue, lo terima perintah nyokap lo buat menikah. Dengan syarat kalian punya rumah sendiri, jadi lo bisa bebas ngapain aja. Tanpa takut sama orang tua lo!"

"Gue nggak takut, sama mereka!"

"Ya ... Seenggaknya lo jadi bebas, mau pergi tanpa pulang sekalipun. Lagian lo bilang calon istri lo masih kecil bukan?! Mudah buat di suruh-suruh. Mudah buat lo kibulin." Vela tersenyum smirk.

***

Malam kian larut, tapi Adam masih betah duduk di tempat bising itu. Kini bahkan temannya sudah begitu banyak, berkumpul di satu meja dengan banyak botol minuman yang sudah kosong.

Tapi justru ingatan Adam tertuju pada wajah perempuan yang ibunya bilang akan di nikahkan dengan nya. Gadis cantik bak artis yang masih sangat muda, karena ia sudah tahu betul bagaimana tumbuh nya Naifa itu, dari mulai ia remaja sampai kini ia sudah begitu hapal bagaimana kegiatan Naifa yang semuanya terhubung ke kebaikan.

Bagiamana bisa, ibunya menyuruhnya yang berandal itu menikahi gadis yang menurutnya begitu baik itu. Bahkan ia sudah tahu pasti jikalau pun Nai mau menikah dengannya, sudah pasti gadis itu begitu terpaksa.

Karena apalagi, kalau bukan karena ke dermawan nan orangtuanya pada orang tua gadis itu.

Adam membuang nafas kasar. Lantas Adam berdiri, meninggal kan teman-temannya yang ada di sana, bahkan pertanyaan temannya tak ia hiraukan sama sekali, ia tetap fokus pada keinginannya untuk pulang. Bayangan masa lalu sedikit terlintas di pikirannya, sampai ia masuk ke dalam mobilnya dan menutup pintu mobil dengan keras. Entahlah, kenapa. Hanya di suruh menikahi gadis kecil saja sudah membuat aneh dan merasa sesuatu telah terjadi padanya. Namun ia tak bisa mengungkap nya secara lisan.

Mobil yang di jalankan oleh Adam tiba-tiba berhenti. Adam melihat sekeliling nya yang sepi. Dan mata Adam tertuju pada sebuah rumah yang layak huni walaupun memang tidak se besar rumahnya.

"Si al! Kenapa gue malah ke sini?!"

Namun Adam urung pergi dari sana, ia justru malah memandangi sebuah kamar di bagian depan yang lampunya tiba-tiba menyala. Adam lalu menurunkan kaca mobilnya. Adam begitu penasaran, untuk apa menyalakan lampu di tengah malam seperti ini. Mungkinkah gadis itu sedang tidak bisa tidur?!

Entah dorongan dari mana, Adam malah turun dari mobil dan berjalan mendekat ke arah kamar. Berdiri di sebelah jendela kaca yang tertutup gorden. Sayup-sayup Adam mendengar orang tengah mengaji. Dada Adam bergemuruh, ia yakin suara yang ia dengar adalah suara dari Naifa.

Bagaimana bisa, ibu menyuruh gadis se baik dia untuk menjadi istri manusia be jad kaya gue. Sulit di percaya, jika gadis itu tetap mau.

Terpopuler

Comments

Amran Markokotu

Amran Markokotu

the story was very entertain

2025-03-08

0

Neulis Saja

Neulis Saja

for your attitude to be good

2023-02-06

0

Sunmei

Sunmei

2like hadir. mampir ya ka

2023-01-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!