Bab 19

Saat membuka mata, Liam menyadari dirinya berada di rumah sakit, Ia pun mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang mungkin sedang menunggunya. Namun sayangnya tak satu orang pun yang menjaga dirinya selama dirinya pingsan.

"Ternyata aku belum mati! Aku kira aku sudah berada di alam lain." ucap Liam seraya membolak-balikkan telapak tangannya memastikan.

"Tunggu sebentar, apakah aku sudah tidak terikat oleh sistem? Yes, akhirnya aku bebas, aku tidak terikat lagi dengan misi dan permainan oci." ungkap Liam kegirangan, namun kebahagiaan Liam hanya sejenak.

[ Selamat Sistem Takdir telah di tingkatkan. Sekarang akan hanya bisa membawa ke masa lalu, Host juga bisa melihat masa depan dan juga meramalkan takdir seseorang.]

"Tidak-tidak aku tidak mau, melihat takdir yang belum aku jalani. Tidak aku tidak sanggup. Untuk melihat masa lalu saja aku hampir tidak mampu. Tidak aku tidak bisa menerimanya." Tolak Liam.

[Sistem telah di upgrade sepenuhnya, Host hanyalah objek yang di pilih. Tidak bisa menolak ataupun menentang setiap misi yang akan di berikan oleh sistem. Host tidak perlu kuatir, Sistem tidak akan memberikan sebuah misi tanpa imbalan. Sistem akan memberikan hadiah dua kali lipat dari hadiah sebelumnya. Apapun yang host inginkan akan terwujud setelah misi terselesaikan. Tapi perlu di ingat, jika Host gagal menjalankan Misi akan ada hukuman yang menunggu.]

"Apakah aku selamanya akan terikat oleh sistem?"

[Sistem telah menyatu, host tidak akan bisa terbebas dari sistem sampai Host meninggal. Host sudah tau sekarang, lebih baik host nikmati dan gunakan kemampuan yang di berikan sistem dan jalankan misi yang di berikan. Simpel kan.]

Tiba-tiba layar hologram yang lebih besar muncul di depan Liam dan suara seperti robot pun menyapa Liam.

[Selamat datang host, Dalam hitungan detik Sistem akan mengidentifikasi tingkatan yang dimiliki host. hitungan di mulai dalam 5, 4, 3, 2, 1 mengidentifikasi Objek ....

Status telah di ketahui.

Nama : Liam Cesper, direktur Alstar

Usia : 20 Tahun

Gender : laki-laki

Level : 6/ 20

Skill yang di dapat : Beladiri, Kecerdasan, pesona.

Poin : 857. 763. 884

Hadiah di dapat : Villa, mobil sport, Motor sport, Tabungan.

Toko : Di kunci

Misi : Belum aktif

Silahkan host, Aktifkan maka peningkatan Sistem Permainan Takdir Host Akan di aktifkan.]

Liam melihat data dirinya di dalam hologram tersebut secara detail, Dan sekarang Liam diminta untuk mengaktifkannya. Liam yang tak memiliki pilihan pun Menyentuh hologram tersebut untuk mengaktifkannya dan Setelah aktif hologram tersebut berubah menjadi sebuah ponsel dan jatuh tepat di kaki Liam.

Seketika tubuh Liam berkeringat dan gemetar, Baru kali ini dia mengetahui Jika sistem yang ada dalam tubuhnya benar-benar luar biasa canggih, Entah dari mana Asal muasal sistem tersebut, Yang nyata Takdirnya sedang di jadikan permainan.

Tiba-tiba suara pintu terbuka dan sekali lagi membuat Liam terperanjat, sampai mengelus dadanya.

Ternyata itu adalah Jessica yang baru datang untuk menjenguknya.

"Jes, Sudah berapa hari aku ada di sini?" tanya Liam.

Jessica menunjukkan tanggal yang ada di Koran yang ia bawa. "Kau lihat ini tanggal berapa? Itu artinya kamu sudah koma selama lima belas hari. Perawat memberitahu jika kamu sudah sadar makanya aku kemari." Jelas Jessica.

"Lima belas hari? Kenapa aku bisa koma begitu lama. Apa aku punya penyakit atau aku mengalami geger otak sampai membuatku tidak sadar?"

"Tidak ada masalah. Dokter yang memeriksa mu tidak menemukan tanda-tanda penyakit ataupun kerusakan otak. Bahkan dokter pun heran kenapa kamu bisa sampai koma."

"Tapi kamu sekarang sudah merasa lebih baik kan? Katakan padaku apa masih ada yang sakit?" tanya Jessica sambil mengusap pundak Liam.

Seketika Liam seperti tersengat listrik dan bayangan masa depan Jessica ada di depan matanya yang tiba-tiba muncul begitu saja saat Jessica menyentuhnya.

"Tidak mungkin, Bagaimana ini bisa terjadi." Gumam Liam lalu mendongak menatap wajah Jessica yang tengah tersenyum.

Namun di dalam penglihatan Liam, Jessica sedang menangis histeris karena kehilangan.

"Liam, Kamu tidak papa? Kenapa kamu menatapku seperti itu?" tegur Jessica, menyadarkan Liam kembali.

"Ah, maaf. Aku tidak papa? Oya apa kamu membawa sesuatu untuk di makan? Aku sangat lapar? mungkin karena aku belum makan selama lima belas hari."

Jessica pun mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong plastik, Nasi dengan ayam saus lada hitam yang baru ia beli sebelum menemui Liam.

"Buka mulutmu, biar aku yang menyuapi mu."

"Tidak perlu aku bisa makan sendiri," tolak Liam, juga karena malu.

"Kenapa sih kamu tidak romantisnya, aku ingin menyuapi kamu karena aku kekasihmu. Lagian sebentar lagi kita juga akan tunangan."

" Tunangan?"

"Iya, aku meminta papa untuk mendesak ayahmu agar segera memintamu untuk melamar ku." jelas Jessica dan belum sempat Liam menjawabnya Sofi tiba-tiba datang menjenguk.

"Bagaimana keadaannya pak? Aku buru-buru datang kemari untuk menjenguk bapak saat mengetahui bapak sudah sadar."

"Aku sudah baik kan, terimakasih sudah datang menjenguk."

"Mendengar bapak koma, aku benar-benar cemas sekali, padahal dulu bapak tidak pernah mengeluh sakit selama tinggal di kost."

"Kalian pernah tinggal satu kost?" tanya Jessica menyela pembicaraan.

"Kami bersebelahan dulu. Dan sebelumnya kami selalu berangkat dan pulang kerja bersama."

"Oh, tapi kalian gak pernah pacaran kan?"

"Gak Jes, kami ini hanya berteman. Lagian walaupun kami ada hubungan atau tidak kamu tidak ada hak untuk bertanya."

"Tapi aku kekasihmu, Jadi aku berhak tau, kamu pernah punya hubungan dengan siapa, Apa aku salah Sofi, bertanya padamu seperti itu?" Jawab Jessica yang kesal.

"Ti-tidak mbak, gak salah kok. Dan gak papa kok mbak tanya seperti itu."

"Tapi aku keberatan. Jika sekarang saja sudah begini bagaimana dengan nantinya saat sudah menjadi istri. Dengarkan aku Jessica kamu harus mengubah sikapmu jika kamu mau aku datang melamar mu." Jawab Liam dengan kesal, membuat Jessica terdiam dan merasa bersalah.

"Maaf."

"Jangan sentuh aku. Lebih baik kamu pulang saja. Temui aku kalau kamu sudah paham dengan kata - kataku." Usir Liam. Jessica pun menghentakkan kakinya dengan kesal lalu pergi begitu saja.

"Maafkan aku pak, gara-gara kedatanganku kalian malah bertengkar." Sofi pun berasa bersalah.

"Gak papa, biarkan saja dia. Nanti juga kami akan berbaikan."

Belum saja Liam melanjutkan obrolannya, Ponsel Liam berdering.

"Kenapa lagi?" tanya Liam saat mengangkat panggilan dari Jessica.

"Aku akan laporkan ini semua sama calon papa mertua, biar kamu dimarahi." gertak Jessica lalu mematikan ponselnya.

Setelah panggilan itu mati, Liam segera melemparkan ponselnya di atas nakas dan melanjutkan perbincangannya dengan Sofi.

Tanpa Liam sadari, layar ponsel Liam menyala dan Angka pada poin terus berkurang per menit.

To Be Continued ☺️☺️☺️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!