Bab 17

Setelah berpapasan dengan Andin, Arga masuk dengan membawa dua kantong plastik yang berisi nasi kotak dan minuman kaleng yang sudah di belinya di kantin.

"Ini pesanannya," ucap Arga sambil meletakkan kantong kresek yan ia bawa.

Liam melirik kantong plastik tersebut lalu menghentikan aktivitasnya di depan layar laptop nya, "Kok lama?" tanya Liam singkat.

"Kalau mau cepat, pesan nasi bungkus aja pqk. Kan bapak mintanya nasi goreng, ya harus di goreng dulu lah, makanya lama," saut Arga.

"Alasan buat ngeles, iya kan."Liam menarik kantong plastik. " Kok beli dua?" protes Liam lagi.

"Anu, itu- tadi gak ada kembaliannya makanya aku beli dua. Kan aku juga lapar. Masa bapak gak mau berbagi dengan saya."

"Katanya, gak mau makan makanan kantin!" ledek Liam.

"Kapan aku bilang?"

"Tadi."

"Gak ada, aku gak pernah bilang begitu."

Liam pun hanya menghela nafas, melihat Arga menahan malu.

"Nie ambil dan makanlah, biar kamu tau. makanan di kantin ini enak dan juga di jamin higenis." Arga segera mengambil satu kotak dan juga mengambil satu kaleng minuman dan segera duduk di sofa untuk makan.

Melihat Arga, Liam pun bangkit berdiri dan membawa kontaknya lalu duduk di samping Arga.

"Kalau makan pelan-pelan, nanti tersedak." tegur Liam.

Arga segera menghentikan untuk menyuap lalu melihat Liam yang baru memasukkan makannya.

"Pak Liam, terimakasih karena bapak masih bersikap baik padaku, padahal aku sudah melakukan banyak kesalahan. Aku janji akan menjadi bawahan mu dan akan setia padamu."

"Sudahlah lanjutkan makan mu, Aku tidak mau kamu berjanji, cukup buktikan dengan perbuatan mu saja. Paham kan maksudku?Oya satu lagi, jika tidak ada orang jangan panggil aku pak cukup Liam saja." ungkap Liam dan Arga pun mengangguk.

"Pak, ada kiriman untuk bapak." ucap Dini yaitu sekertaris Liam yang berada di balik pintu.

"Masuklah." perintah Liam dan setelah saja Dini masuk dengan membawa Paper bag.

"Pak ada yang menitipkan ini. Katanya untuk bapak."

"Dari siapa?"

"Dari kurir yang mengantar tadi, bilangnya dari Nona Jessica. " Jelas Dini.

"Oh, kamu boleh keluar sekarang." Liam pun segera membuka paper bag tersebut dan melihat isi di dalamnya yang berisi sebuah kota persegi. Liam segera membukanya dan ternyata isinya adalah sebuah kemeja dan selembar catatan kecil.

"Aku kira Jessica mengatakan iya untuk membantuku membujuk ayahnya, tapi ternyata dia menganggapnya serius dan berfikir aku benar-benar menjadikannya kekasih," gumam Liam sambil terus memandangi kemeja tersebut.

"Apa yang kau pikirkan?" tegur Arga.

"Tidak ada. Oya tolong ingatkan aku nanti malam ada pesta kamu harus ikut serta bersamaku."

*****

Waktu pun segera berlalu, Liam sudah bersiap untuk ke pesta dan mengenakan kemeja pemberian Jessica.

"Liam, kita berangkat bersama?" Ajak ayahnya.

" Tidak ayah, aku sudah ada janji untuk menjemput Jessica, kita akan bertemu di pesta nanti." jawab Liam.

"Apa Jessica itu kekasihmu? kenapa tidak kamu ajak main kesini?

"Belum waktunya ayah, lagian baru beberapa hari juga Liam jadian."

Alstar pun menepuk kedua pundak Liam, mengungkapkan kebanggaannya," Ternyata Liam sudah menjadi laki-laki dewasa, Ayah hampir lupa kapan pertama kali ayah menyayikan lagu Nina Bobo, memandikan kamu, dan membujukku untuk makan. Ah ternyata ayah sudah tua rupanya. Maafkan ayah yang meninggalkan kamu pergi dan kehilangan waktu selama tujuh belas tahun."

"Jangan ungkit masalah itu ayah, aku sudah memaafkan mu. Tapi aku masih belum bisa memaafkan wanita yang telah membuang ku. Aku ingin tau, bagaimana reaksinya saat melihatku sekarang, apakah ada penyesalan atau tidak sama sekali." Liam mengepalkan kedua tangannya dengan geram. Namun Alstar segera mencairkan suasana lalu segera pergi lebih awal, bukan untuk menemui mantan istrinya sebagai tujuan utama melainkan Hana sekedar bisnis yang memaksanya untuk datang.

"Arga ayo berangkat, Kita jemput Jessica sebelum ke pesta." Arga pun mengangguk dan segera membukakan pintu mobil untuk Liam.

Mereka pun akhirnya sampai di rumah Jessica, dan Liam segera menghampiri rumahnya untuk mengajak Jessica pergi.

"Sudah datang." tanya Robi yang juga sudah bersiap.

"Iya Om, apa Jessica nya sudah siap?"

"Jes, Calon mantu sudah datang." Teriak Robi membuat Liam terbelalak. Tak percaya pria tua di depannya menganggap dirinya menantu padahal baru sekali bertemu.

Tak lama Jessica pun keluar dengan mengenakan gaun dengan warna senada dengan Liam, terlihat cantik dan juga seksi.

"Aku sudah siap." Jessica menghampiri lalu melingkarkan tangannya di lengan Liam.

"Pa, kami berangkat duluan, kita bertemu di pesta nanti." pamit Jessica.

"Saya izin membawa Jessica dulu Om." pamit Liam.

Mereka pun segera pergi untuk menuju ke pesta, di dalam mobil Liam sudah tidak tahan untuk tidak bertanya pada Jessica tentang semua rencananya yang tidak ia ketahui.

"Jes, bisakah kamu jelaskan padaku, kenapa semua bisa jadi begini? Kita baru kenal dan seharusnya tidak begini, lalu kenapa semuanya jadi rumit dan papamu menganggap ku sebagai calon menantu, jelaskan padamu Jes, sebelum semuanya terlambat."

"Itu semua adalah salahmu, jika kamu tidak menyelamatkan aku saat itu, mungkin semuanya tidak akan seperti ini. Sebelumnya aku sudah pernah berjanji sebelum aku bersiap untuk bunuh diri, siapapun yang berhasil menyelamatkan aku, aku akan mengabdikan hidupku padanya dan kamu telah menyelamatkan aku dan telah mengakui aku sebagai seorang kekasih itu artinya aku akan menjadi kekasihmu dan tidak akan memutuskan kamu sampai kapanpun dan Kenapa papa menyetujuinya, kerena kamu berhasil membawaku kembali, papa sudah berjanji akan merestui hubungan pada siapapun yang aku inginkan. Paham sekarang." Jelas Jessica, membuat Liam terdiam dan tak bisa berkata-kata apa-apa lagi, tak bisa menyalahkan Jessica kerena semua yang memulai adalah dirinya.

"Ini semua pasti sudah direncanakan oleh Oci. Astaga, kenapa semuanya jadi rumit begini, apa yang aku ucapkan di masa lalu kenapa menjadi kenyataan." Gumam Liam.

"Liam... kenapa kamu diam? Apa kamu tidak senang?"

"Tidak, aku hanya berfikir sejenak, jika kamu sepasrah itu, apa kamu tidak akan menderita? jujur ya, aku tidak punya perasaan padamu dan jika seandainya aku memilih wanita lain, apa kamu tidak akan marah?"

"Aku yakin kamu tidak sejahat itu, tapi jika kamu tetap melakukan itu, apa boleh buat, aku tidak bisa menarik janjiku." Jawab Jessica membuat Liam semakin heran.

To Be Continued ☺️☺️☺️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!