Bab 14

Secepat kilat Liam meraih tangan gadis yang hendak menjatuhkan tubuhnya dari atas jembatan layang. Jika terlambat sepersekian detik saja, mungkin Liam tak akan bisa meraih tangannya.

Sekuat tenaga Liam menarik tangan gadis tersebut naik kembali ke atas, "Be-rat sekali." ucap Liam sambil terus menarik tubuhnya hingga berhasil membawa ke atas jembatan.

"Apa yang kamu lakukan, mati bunuh diri tidak bisa menyelesaikan masalah paham." ucap Liam kesal, namun gadis itu malah menangis terisak-isak sambil memeluk lututnya.

"Ma-maaf bukan maksudku untuk membentak mu. Aku hanya kesal saja melihat caramu yang lari dari masalah." ucap Liam lebih pelan agar gadis itu tidak takut padanya.

"Kenapa kamu menolongku, seharusnya kamu biarkan saja aku mati. Aku gak bisa terus hidup dan menyaksikan dia bahagia di atas penderitaan ku, Hiks... Hiks..." ucap gadis itu membuat Liam tak kuasa menahan tawa saat mengetahui jika alasan gadis tersebut bunuh diri hanya karena laki-laki. Namun segera ia tutup mulutnya dengan tangan saat gadis itu menatapnya tajam.

"Maaf."

Mereka pun bersandar di tiang pembatas sisi jembatan. Saat itu jalanan terlihat sepi dan hanya satu dua mobil saja yang melewati jembatan tersebut kerena sedang mengalami perbaikan.

"Aku capek hidup, masalah hidupku tak henti-hentinya menghampiri. Aku sudah berusaha bertahan tapi tetap tidak bisa. Buat apa aku hidup lagi, orang tuaku saja tidak perduli aku masih hidup atau mati setelah aku memutuskan untuk bertahan dengan kekasihku dan menentang orang tuaku. Tapi sekarang apa yang aku dapat, laki-laki yang aku perjuangkan malah tega selingkuh dengan wanita lain yang lebih kaya dan mencampakkan aku begitu saja." ungkap gadis yang bernama Jessica.

Liam yang mendengar ungkapan isi hati Jessica pun merasa iba. "Masalahmu cukup berat juga, tapi dengan kamu bunuh diri, itu akan membuat laki-laki itu akan lebih bahagia. Daripada kamu mati konyol lebih baik beri dia pelajaran agar dia tau betapa sakitnya hatimu. Aku dulu juga pernah ada di posisi seperti dirimu ingin lari dari masalah dengan mengakhiri hidup, tapi apa yang aku dapat. Mati tidak cedera iya, itu malah lebih sakit. Tapi anehnya aku terus saja mengulang di saat aku tak punya jalan keluar, tapi usahaku selalu gagal dan tetap selamat."

"Lalu kenapa kamu masih hidup sampai sekarang?"

"Setelah aku pikir-pikir, percuma juga mati bunuh diri. Hanya orang bodoh saja yang masih nekat. Orang lain masih makan dan tidur dengan nyenyak, sedangkan kita mati sia-sia." ucap Liam, mereka bersyukur malaikat maut belum mau mencabut nyawanya dan kini dia bisa banyak belajar dari apa yang sudah terjadi.

"Lebih baik sekarang kamu pulang, mungkin orang tuamu sedang menunggu dirimu."

"Aku takut pulang, aku belum siap untuk mendapatkan hinaan mereka lagi kerena sudah menentang mereka." tolak Jessica.

"Tidak ada orang tua yang membenci anaknya, saat anaknya sudah menyadari kesalahannya. Jika kamu takut pulang sendiri, aku akan mengantarmu dan membantumu untuk menjelaskannya." ajak Liam membuat Jessica sedikit lebih tenang dan mengangguk menyetujuinya.

Tak lama sebuah taksi tiba-tiba berhenti, membuat Liam heran, karena sebelumnya tidak memesan taksi.

"Apa benar ini tuan Liam yang memesan taksi?" tanya sopir taksi. Liam pun kebingungan Karena tak memesan taksi.

[ Taksi di kirim oleh Oci. Silahkan Liam mengikutinya, untuk mengantarkan gadis itu. Tugas selanjutnya buatlah gadis yang ada di samping Liam sebagai kekasih dan Liam akan mendapatkan banyak keuntungan, misi terbatas jika tidak bisa membuat gadis itu setuju, maka Liam akan mendapatkan hukuman berat dari Oci. Selamat berjuang Liam.]

'Astaga, kenapa sekarang dia mengatur hidupku, bukankah perjanjian awal tidak begini.' Gerutu Liam.

[ Ini termasuk misi Liam, jika Liam gagal, laim tidak akan bisa membuka amplop selanjutnya yang bisa memberitahu tempat ibu Liam berada.]

'Iya, baiklah. Aku ikuti, jangan terus mengancam ku.'Saut Liam dalam hati.

"Iya pak, saya yang pesan." jawab Liam dan segera mengajak Jessica masuk kedalam taksi untuk mengantarkannya pulang.

Di perjalanan Jessica tampak gelisah, ia takut untuk bertemu dengan orang tuanya, Liam hanya memperhatikannya saja, ia sendiri masih canggung dengan gadis yang baru ia kenal.

Tak lama mereka pun sampai di rumah yang di tunjukkan Jessica.

"Ini rumah orang tuaku. Mudah-mudahan mereka mau memaafkan aku."

"Yakinlah, semuanya akan baik-baik saja."

Jessica pun memanggil satpam yang berjaga untuk membukakan pintu gerbangnya. Alangkah terkejutnya pak satpam yang melihat kepulangan Jessica.

"Non Jessica pulang." Ucap satpam lalu buru-buru membukakan pintu gerbang.

"Mama dan papa ada di rumah pak?"

"Ada di rumah Non." jawabnya

"Ayo ikut masuk, kamu janji tadi akan menemani aku menemui orang tuaku. Jika mereka tetap menolak ku kamu yang harus tanggung jawab karena sudah menggagalkan rencana bunuh diriku." ucap Jessica lirih.

Liam, mau tak mau harus mengikuti Jessica. Liam pun memaki mulutnya sendiri yang bicara asal pada Jessica.

Tak lama Jessica pun bertemu dengan kedua orang tuanya, Jessica hanya bisa tertunduk dan meminta maaf atas kesalahan yang sudah dilakukannya.

"Kenapa pulang? bukankah kamu bilang tidak akan Sudi lagi menginjakkan kaki di rumah ini." ucap Rudi papa yang masih kesal.

Jessica langsung bersimpuh di kaki papanya dan meminta maaf, atas keputusannya yang gegabah dan tidak mau mendengarkan kata-kata papanya.

"Sekarang kamu baru menyesal kan, setelah di campakkan. Papa melarang mu demi kebaikanmu, karena papa tau dia tidak baik buat kamu. Tapi apa yang kamu putuskan dan sekarang kamu merasakan sendiri kan kalau omongan orang tua itu benar." Saut yang mama yang juga kesal.

Rudi pun menatap Liam dengan tajam, seolah meminta Liam mengatakan hubungannya dengan Putrinya.

"Kamu siapa?" tanya Rudi sambil menunjuk ke arah Liam.

"Saya. Eemmm, Saya kekasih barunya Jessica." Ucap Liam terbata. Jessica pun terkejut mendengar pengakuan Liam yang berani mengaku kekasihnya.

"Siap nama orang tuamu?" tanya Rudi.

"Orang tua?!"

"Iya, kamu masih punya orang tua kan. Katakan siapa nama orang tuamu agar aku tau, kamu boleh pacaran dengan Jessica atau tidak."

"Baik-baiklah akan saya katakan. Alstar nama ayah saya." ucap Liam, membuat Rudi berfikir sejenak. Lalu melirik ke arah putrinya yang masih terisak.

"Jessica apa benar dia itu kekasihmu?" tanya Rudi langsung, Jessica yang tak tau skenario apa yang sedang di mainkan Liam membuat Jessica terdiam, bingung untuk menjawabnya, takut jika Liam hanya mempermainkan dirinya.

'Ayolah Jes, jawab iya, biar misi ku berhasil. kalau kamu tolak matilah aku malam ini.'

To be continued ☺️☺️☺️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!