[ Upgrade sistem di aktifkan dalam hitungan 5,4, 3,2,1.... Sistem di tingkatkan.
Selamat, host telah berhasil melewati masa uji coba misi sistem dan berhasil membuka amplop pertama dan sekarang Misi sesungguhnya telah di mulai pada level 4 dan seterusnya.
Informasi Status Host.
NAMA : Liam Casper
USIA : 19 tahun
GENDER : Laki-laki
SKILL SEMENTARA : Mendapatkan keahlian bela diri selama menyelesaikan misi Level 4. Jika misi berhasil Skill akan tetap melekat dalam host jika gagal maka skill akan hilang dan untuk mendapatkannya lagi harus belajar.
MISI LEVEL 4: menolong Seseorang yang membutuhkan Bantuan dengan skill beladiri yang di dapat. Dalam satu Minggu host harus bisa menolong lima orang yang membutuhkan bantuan.
POIN : Hadiah poin akan bervariasi sesuai tingkat kesulitan melawan musuh.
Poin saat ini 485.000
TABUNGAN : 38.543.132.000 akan di tambah saat misi selesai.
HADIAH PENYEMANGAT : Satu unit motor Ninja H2R.
Dalam hitungan 3, 2, 1 Misi dimulai]
Liam hanya menghela nafas saat mendengar Oci menjelaskan sistem yang dimilikinya setelah di perbaharui dan yang membuatnya semakin geleng kepala dan tak yakin yaitu skill yang di berikan jelas-jelas beladiri butuh belajar bukan di dapat dari sistem apalagi hadiah penyemangat bagaimana sebuah sistem memberikannya. Namun semua pertanyaan terjawab saat seseorang mengetuk pintu kostnya.
"Maaf, apa anda tuan Liam?" tanya kurir.
"Iya saya sendiri. Ada apa ya pak, saya gak ada memesan sesuatu? tanya Liam heran.
"Saya datang kemari untuk mengantarkan motor yang sudah di pesan atas nama Liam dan ini semua surat-surat." jelas kurir membuat Liam semakin tak percaya dan segera membukanya amplop yang masih tersegel dari salah satu showroom motor ternama dan isinya adalah surat Kendaraan bermotor karena motor sudah di bayar lunas beberapa waktu lalu.
Tak lama motor itu pun sampai, membuat Liam tak percaya motor yang di dapatnya sama dengan yang sistem Oci berikan.
Segera saja Ninja H2R warna hitam di turunkan di halaman dan Liam segera menandatangani surat terimanya.
Saat kurir yang mengantar pergi, Liam segera memeriksa dan memastikan jika itu adalah nyata. Di pegang dan diusapnya setiap inchi body motor tersebut memastikan jika itu asli.
"Wih, baru beli motor nie." Tergiur Sofi tiba-tiba yang membuat Liam terperanjat.
"Eh mbak Sofi. Gak beli kok mbak. Ini hadiah dari teman, mana mungkin aku bisa beli motor semahal ini sedangkan kerjaan ku hanya penjaga keamanan, he..he.." jawab Liam bohong.
"Masa sih, Kenapa aku kurang percaya ya? Mana ada teman yang mau memberikan hadiah cuma-cuma dengan harga motor yang termasuk mahal ini, kecuali dia orang benar-benar kaya."
"I-iya mbak. temanku itu kaya raya, kalau ngasih gak tanggung-tanggung. Mbak mau kemana kok dah rapi pagi-pagi gini?" tanya Liam mengalihkan pembicaraan.
"Oh iya, hampir lupa. Aku ada janji sama teman mau merayakan ulang tahun teman sekalian syukuran karena gak jadi di pecat. Liam ucapan mu ternyata kemarin benar dan aku sudah berujar kalau apa yang kamu katakan benar aku akan-"
"Gak usah di pikirkan Mak, aku gak me-" belum selesai bicara Liam mendadak dapat serangan membuat matanya melebar saat Sofi mendaratkan ciuman di bibir Liam cukup lama.
Liam hanya bisa menegang bibirnya sendiri saat Sofi melepaskan ciumannya. Liam benar-benar tak percaya jika Sofi akan tetap menciumnya.
'Apakah ini juga salah satu efek dari pesonaku yang bertambah dua persen. Baru dua persen saja mereka sudah seperti ini bagaimana kalau sepuluh sampai lima belas persen.' gumam Liam sampai tak menyadari jika Sofi sudah pergi.
Apa yang di lakukan Sofi ternyata di lihat oleh Sifa yang diam-diam menyukai Liam.
****
Setelah kejadian pagi itu Liam pun segera mencoba motor barunya untuk jalan-jalan sembari memikirkan skill yang dia dapat. Rasa penasarannya masih menyelimuti tapi ia bingung bagaimana untuk membuktikannya selain itu tindak kejahatan seperti apa yang bisa menggunakan skill beladiri yang di maksud.
[ Berkendaralah ke depan lima ratus meter, belok kiri dua ratus meter, belok kanan tiga ratus meter, belok kanan lagi dua ratus meter. Ada sepasang suami istri butuh pertolongan.]
"Tunggu dulu. Tidak bisakah pakai GPS? lurus, belok kiri, belok kanan, belok kanan sepasang suami istri butuh pertolongan. bagaimana aku mengingatnya, terus bagaimana aku bisa menemukan jika memang mereka butuh bantuan?" tanya Liam seraya mengulang instruksi sistem Oci.
[Liam akan tau setelah sampai.]
"Iya baiklah." Liam segera tancap gas mengikuti arahan Oci agar bisa sampai tepat waktu.
Setelah belok kira dan kanan, Liam mendapati sepasang suami-isteri yang sedang ketakutan saat barang- barang dagangannya dirusak dan di buang ke segala arah hingga berserakan oleh para preman dan Teriakan mereka sama sekali tak di gubrisnya.
Namun Liam masih fokus dengan jalan yang ada di hadapannya ternyata masih satu jalur jalan utama. Itu artinya jika Liam berkendara lurus tanpa belok kiri dan kanan dia bisa menghemat waktu dan bisa sampai lebih cepat.
"Ternyata aku di kerjain, Eeemmm dasar pemandu sesat." gumam Liam.
Liam pun memarkirkan motornya dan segera menghampiri mereka yang masih sibuk membuat gaduh.
"Hai kalian, jangan sembarang menusuk dagangan orang." Teriak Liam menghampiri ketiga preman yang sibuk membanting barang-barang miliknya.
Mendengar teriakkan Liam mereka terusik dan berhenti, salah satu laki-laki yang memiliki banyak tato dengan rambut gondrong berbalik badan, menatap Liam yang tengah berdiri tak jauh darinya sambil mengacak pinggang menantang.
Cuih,
"Siapa kamu? berani sekali meneriaki kami. Mau sok jadi pahlawan?"
"Aku tidak tau urusan kalian apa dengan kedua orang tua itu, tapi cara kalian dengan merusak dagangannya itu yang tidak aku suka. Jangan mentang-mentang kalian bertubuh kekar terus dengan mudah menggertak mereka supaya takut." Liam menyeringai, "Memalukan."
"Jangan banyak bacot, kalau berani hadapi kami biar kamu tau siapa yang kamu lawan. Bor, Son ayo hajar bocah ingusan itu." Perintah Gon ketua preman.
Liam yang sama sekali tak tau caranya berkelahi tiba-tiba sekujur tubuhnya seperti tersengat aliran listrik dan begitu mudah menghindari serangan dari mereka bertiga yang berulang kali menyerang.
Bugh
Bugh
Bugh
Dengan mudahnya Liam menangkis serangan preman tersebut dengan kedua tangannya yang kosong, hingga membuat mereka kewalahan. Saat ada kesempatan Liam pun melakukan perlawanan dengan berbalik menyerang mereka, tangan Liam bertubi-tubi melayangkan tinjunya ke area wajah dan dada, menghajar mereka dengan kakinya untuk menendang tubuh besar mereka hingga tersungkur.
"Cepat pergi dari sini atau kalau tidak-" Belum selesai Liam berbicara para preman itu pun lari terbirit-birit.
Liam terheran-heran dengan dirinya sendiri yang begitu mudahnya mengalahkan para preman yang jika dibandingkan dirinya kalah jauh.
To Be Continued ☺️☺️☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments