"Iya, Mas. Kamu tak kerja? Kok belum berangkat juga?" tanya Nisa sambil menghapus air matanya. Kini matanya mengarah ke suaminya.
"Mana mungkin aku meninggalkan kamu, dalam kondisi kamu seperti ini. Tentu saja aku merasa tak tega. Hari ini aku sudah izin tak bekerja, aku ingin mengajak kamu membeli oleh-oleh untuk Bunda setelah Khanza pulang sekolah. Oh ya, lusa kamu berangkat jam berapa? Sudah pesan tiketnya? Kamu naik apa ke Yogya? Maaf ya, aku tak bisa ikut bersama kamu," ungkap Reynaldi.
"Iya Mas, aku sudah tahu. Daripada kamu ikut bersama aku, pasti kamu akan lebih memilih untuk pergi bersamanya," ucap Nisa lirih dalam hati.
"Iya, Mas. Tak apa-apa, aku mengerti. Kamu 'kan harus bekerja. Soalnya Aku di Yogya tak sebentar. Lagi pula kalau kamu ikut, sama saja bohong dong. Aku 'kan ke sana karena ingin menenangkan diri, sekaligus menengok Bunda. Aku sudah pesan tiket kereta, lusa aku berangkat jam 12 siang," sahut Nisa.
Nisa tak pernah tahu ujung dari pernikahan dirinya dengan sang suami. Suaminya memang bersikap baik lagi dengannya, tetapi jika memang benar suaminya berselingkuh. Nisa akan lebih memilih untuk berpisah. Sejauh ini dirinya hanya memiliki kecurigaan, tetapi belum memiliki bukti yang jelas mengenai perselingkuhan suaminya.
Nisa terlihat sudah bersiap-siap, dia ingin mengantarkan Khanza ke sekolah. Saat ini Khanza duduk di bangku TK A, dan berusia 4 tahun. Meskipun Khanza baru berusia 4 tahun, dia sudah sangat pintar bicara seperti orang dewasa. Dia juga memiliki pengetahuan yang cukup luas. Semua itu tentu saja berkat sang bunda yang selalu mengajarkan banyak hal untuknya.
"Mas, aku berangkat dulu ya mengantar Khanza ke sekolah," ujar Nisa kepada sang suami.
"Ayo sama aku juga! Aku ingin ikut mengantar Khanza ke sekolah. Sudah lama juga aku tak pernah mengantar Khanza ke sekolahnya," ucap Reynaldi dan Nisa mengiyakan.
Mereka kini dalam perjalanan menuju TK Khanza. TK Khanza cukup jauh, harus memakan waktu 20 menit untuk sampai ke sana. Mereka pergi dengan menggunakan sepeda motor matic milik Nisa. Mereka terlihat harmonis, seperti tak ada permasalahan di dalam rumah tangganya.
Khanza terlihat sangat senang, karena di antar ke sekolah oleh kedua orang tuanya.
Nisa pun terlihat bahagia. Dia terlihat melingkarkan tangannya dari belakang, dan meletakkan kepalanya di punggung suaminya. Dadanya terasa sesak, kala mengingat permasalahan di rumah tangganya.
"Aku merindukan rumah tangga kita yang dulu, Mas. Semoga rasa cinta kamu ke aku dan Khanza tak berubah," gumam Nisa dalam hati.
Mereka sudah sampai di sekolah Khanza. Khanza turun dan mencium tangan ayah-nya, dan Reynaldi memberikan kecupan di kedua pipi dan kening anaknya. Setelah itu Khanza diantar sang bunda masuk ke dalam sekolah.
"Assalamualaikum, Bu. Saya mau meminta izin, Khanza rencananya lusa mau ikut saya ke Yogya untuk menengok neneknya yang sedang sakit. Kemungkinan Khanza izin selama tujuh hari, Bu," ucap Nisa.
"Iya, Bunda. Tak apa-apa. Silahkan saja!"
Setelah meminta izin dengan guru Khanza, Nisa pamit pulang. Karena Nisa tak boleh menunggu Khanza di sekolah. Sesuai aturan di sekolah, orang tua tidak boleh menunggu anaknya di sekolah. Orang tua hanya boleh mengantarkan anak sampai depan pintu gerbang.
"Ayo Mas, kita pulang! Nanti kita jemput Khanza tiga jam lagi," ucap Nisa.
Nisa naik ke motor, dan Reynaldi mulai melajukan sepeda motornya. Namun, Reynaldi tak mengajak istrinya pulang ke rumah. Dia ingin mengajak istrinya ke sebuah tempat yang enak untuk mengobrol. Sudah cukup lama mereka tak ada waktu untuk berduaan.
"Kita mau ke mana, Mas? Kok ini bukan arah pulang ke rumah?" tanya Nisa kepada sang suami.
"Aku mau mengajak kamu jalan-jalan. Sudah lama kita tak ada waktu berduaan. Lumayan sambil menunggu Khanza pulang sekolah," sahut Reynaldi.
Mereka sedang dalam perjalanan menuju ke restoran ayam kriuk. Perjalanan ke sana harus memakan waktu tempuh sekitar dua puluh menit dari sekolah Khanza. Kini mereka sudah sampai di restoran ayam kriuk.
"Kamu mau pesan apa?" tanya Reynaldi kepada sang istri.
"Aku mau es cream sama burger saja," sahut Nisa.
Nisa terlIhat lebih banyak diam, dan Reynaldi yang justru berusaha untuk lebih aktif agar suasana tak terasa canggung. Karena mereka sempat merasa seperti orang yang baru kenal.
Ponsel Reynaldi berdering, tentu saja merusak waktu berduaan mereka. Reynaldi meraih ponselnya dari saku celananya. Dirinya langsung gugup seketika, karena melihat nama yang tertera di layar ponselnya yang tertulis nomor ponsel Viona. Reynaldi langsung mereject panggilan dari Viona dan mematikan ponselnya.
"Kenapa tak kamu angkat teleponnya? Malu? Karena ketahuan aku?" sindir Nisa. Dia yakin yang menghubungi suaminya adalah kekasih gelapnya.
"Ah, enggak. Hanya nomor yang tak dikenal," ucap Reynaldi bohong.
"Kamu pikir aku percaya Mas, dengan apa yang kamu ucap?" ucap Nisa dalam hati.
"Maafkan aku, Nis. Aku tak bisa melawan perasaan ini. Aku cinta kamu dan dia," gumam Reynaldi dalam hati.
Suasana menjadi tak nyaman, mereka sibuk dengan pemikirannya masing-masing. Reynaldi masih saja ingin mempertahankan Viona di hidupnya, padahal dirinya tahu kalau sampai istrinya tahu. Rumah tangganya akan terancam karam.
Kini mereka sudah dalam perjalanan pulang untuk menjemput Khanza kembali. Perjalanan pulang mereka tak seromantis saat berangkat. Nisa enggan memeluk tubuh suaminya.
"Kenapa? Marah lagi? Curiga lagi?" sindir Reynaldi. Nisa memilih untuk diam, tak menjawab.
Saat sampai di sekolah Khanza pun, dia memilih langsung turun dan bergabung dengan ibu-ibu temannya Khanza. Sedangkan Reynaldi justru memilih untuk menghubungi Viona. Dia mencari tempat untuk bersantai.
"Maaf ya tadi aku matikan ponselnya, soalnya tadi aku lagi meeting," ucap Reynaldi berbohong. Dia memilih melakukan panggilan telepon tak melakukan panggilan video.
"Oh gitu, aku kira kenapa. Aku kira kamu lagi sama istri kamu," sahut Viona ketus. Reynaldi yakin kalau kekasihnya itu sedang cemburu.
"Tidak, Sayang. Sudah ya jangan ngambek! Oh ya, lusa Nisa sama anakku mau pulang kampung ke Yogya. Dia mau nengok ibunya," rayu Reynaldi.
Mendengar istri dah kekasihnya mau pergi, tentu saja Viona merasa senang. Justru dirinya berharap kalau Nisa tak akan kembali lagi ke Jakarta, agar tak menghalangi dirinya untuk kembali lagi dengan Reynaldi.
"Pokoknya aku ingin, selama istri kamu di sana. Aku ingin kamu menginap di kosan aku," rengek Viona.
"Iya, aku pasti menginap. Biar Rey junior tak kedinginan, kalau lagi ingin ada yang melayani," ungkap Reynaldi. Bukannya malu atau marah, Viona justru sangat senang mendengarnya.
Tanpa Rey sadari, ada wanita yang sejak tadi memperhatikan gerak-geriknya yang asyik menelepon. Dia adalah Nisa, istri sahnya.
"Kamu jahat, Mas! Baru tadi kamu merayu aku, dan sekarang aku harus melihat kamu begitu bahagia bicara dengannya di telepon," ucap Nisa lirih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 342 Episodes
Comments
Shinta Dewiana
rekam nisaaaa....buat buktiii..
2024-05-29
1
S
Nissa...seperti kambing congek.kasihan deh lo.
jika pasangan pengjianat itu berulah ya mmg pantas wong dia mmg laknat lah kamu bisa bisanya cuma diem aja. Mau menenangkan diri??menenangkan diri ta i.
2024-03-29
0
Minarni Juita
mendingan Nisa pura pura aja ke Jogja,tpi sebenarnya dia TDK ke Jogja demi menyelidiki suaminya
2023-02-23
1