"Kalau begitu aku bukan tandingan mereka ya Mayang. ku lihat dari cerita mu pasti mereka sangat kuat"
"Hahaha, Anda salah,Tuan. Tuan tidak perlu takut pada mereka... . Bisa terbang, bisa menghilang, bisa tenggelam kedalam tanah, tidak mempan racun, dan memiliki pedang sakti. Apa Tuan lupa dengan kami? Hehehe itu hanyalah hal kecil buat kami, Tuan. Kami adalah Jin yang memiliki ilmu gaib, ilmu yang tidak nyata bagi manusia.
Bahkan Tuan sekarang memiliki Rowing, yaitu parang Iblis yang pernah kami berikan saat di dunia Jin. Parang itu mampu membelah gedung ini menjadi 2, jika Tuan mau"
"Benar yang di katakan Maung api, Tuan. Kalau hanya terbang menghilang dan tenggelam kedalam tanah, semua Jin bisa melakukannya. Malah aku bisa membawa Tuan pergi jauh ke dasar bumi, bahkan aku bisa memindahkan bangunan terbesar di negeri ini kemanapun yang Tuan mau. Jadi apa lagi yang Tuan takutkan? Apa Tuan lupa dengan Mayang birahi? Dia itu yang paling kuat di antara kami. Dan dia salah satu yang terkuat di antara semua Jin. Dengan sihirnya dia mampu meracuni dan membunuh ribuan mahluk hidup dalam sekejap. Mayang birahi salah satu Jin yang tertua walaupun terlihat masih muda. Perjalanan hidup nya sudah sangat panjang untuk mengalami berbagai situasi di bumi ini. Dia juga satu di antara Jin yang pernah terbang tinggi hingga langit ke tuju" ungkap Tomang.
"Langit ke tuju? Tinggi sekali. Benarkah apa yang telah di katakan oleh Tomang tadi, Mayang? kalau memang benar, aku ingin kau membawaku terbang melintasi awan dan bulan hingga mencapai bintang. Aku ingin melihat apa yang ada dan tersimpan di ujung langit"
"Hehehe... .Memang benar Tuan, aku pernah terbang sampai ke sana. Tapi itu dulu. Sekarang tidak ada satupun Jin yang bisa terbang ke sana untuk mencuri berita. Setiap di antara kami yang berani datang mendekat, maka anak panah dari para malaikat akan menghujam tubuh kami sampai mati" ungkap Mayang.
"Oh, begitu rupanya. Sejak kapan hal ini terjadi?"
"Sejak utusan Tuhan yang terakhir di turun kan ke bumi. Sejak saat itu pula pintu-pintu langit telah di tutup. Tapi setidaknya aku masih bisa membawa Tuan terbang tinggi dan membuat Tuan terlihat sakti"
Walau Rian agak sedikit kecewa, tapi dia masih senang mendengar ungkapan terakhir Mayang. "Kalau begitu kau bisa membuatku jadi manusia super dan terkuat di bumi ini?"
"Bisa, Tuan. Tapi bukan yang terkuat. Karna kekuatan itu hanya utuh milik Tuhan. Apa Tuan tau tentang kakek, Tuan? Dia bahkan bisa mengalahkan kami bertiga"
"Kakek ku? Bagaimana bisa? Bukankah kalian bertiga sangat kuat?"
"Yah, kami memang kuat. Tapi kakek mu itu orang yang memiliki kekuatan iman yang sangat tinggi. Do'a nya yang mustajab mampu membuat kami terbunuh ataupun terusir dari dimensi ini, Tuan"
Rian terdiam, dia memikirkan apa yang di katakan Mayang birahi. Dari situ dia dapat menarik kesimpulan bahwasannya tiada siapapun yang terkuat di bumi ini selain dia Sang Pencipta.
_____________________________
Setelah tersadar dari hanyut dalam pikiran. Rian pun menoleh pada tiga sahabatnya lalu berkata ; "Woi... . Ayok selesaikan tagihan makan kita, lalu pergi dari sini"
"Ayok lah, perutku pun sudah enakan di banding tadi. Sepertinya sekarang sudah bisa jalan. Kapan-kapan kita datang ke sini lagi ya? Hehehe" kata Dutar terkekeh.
"Ya jelaslah Bro, makanan di sini enak. Bisa di ulangi lagi. Eh liat itu" ucap maco menunjuk dengan isyarat kepala kearah pelayan yang datang membawa nampan menuju meja sebelah.
Rian Dutar dan Seno ikut mendongak melihat para pelayan yang datang berduyun seakan menemui tamu terhormat. Memang terhormat pun. Satu di antara pelanggan yang duduk di meja sebelah pemilik dari restoran itu sendiri.
"Mereka ini pasti anak-anak orang kaya raya, lihat dari setelan pakaian nya sudah keliatan" ucap Maco.
"Benar... . Mereka melayani orang-orang ini sangat terhormat. Lihat orang itu, dia sampai menundukkan kepala pada gadis itu" tukas Dutar pada seseorang yang tak lain manajer restoran.
"Kita culik cewek itu yuk Woi"
Sontak Rian Dutar dan Seno menoleh Maco. "Jangan kumat lagi gila mu" ucap Rian mendelik.
"Hehehe aku hanya bercanda" ucap maco terkekeh. "Tapi gadis itu memang sangat cantik Bro, jauh ngalahin cewek-cewek di desa Peri" sambung Maco setengah berbisik.
"Bukan cewek itu saja, Co. Malah semua cewek yang ada di meja itu cantik semua. Apalagi 2 gadis yang duduk mengapit pemuda itu. Alus nya ngalahin ratu bidadari, pehh" ungkap Dutar ikut berbisik, menatap tiga orang yang bernama Libra aeros Karasuka dan Salsabila nastiti.
"Ada lagi gak ya? Cewek cantik seperti mereka. Kalau ada akan ku kejar hingga ke liang lahat"
Rian Dutar dan Maco menoleh Seno. "Cewek mati, maksud mu?" kata Maco.
"Dah jadi hantu, Bro?" timpal Dutar tersenyum geli.
"Heh. Sudah,sudah. Otak kalian pada klopp semua. Ayo cepat bayar biar kita pergi dari sini, jadi otak kalian gak tambah ngeres liatin cewek orang" gerutu Rian pada tiga sahabatnya.
"Oke baiklah Bro" ucap Maco berdiri dari duduk menyandar. "Pak! Tolong kira berapa harga makanan kami" seru Maco pada seseorang yang tak lain manajer di restoran ini.
Manajer Syahril langsung berhenti. Baru beberapa langkah dia pergi meninggalkan Anisa anak pemilik restoran. Seorang pemuda berdiri memangil dengan gaya sok parlente.
Manajer Syahril melangkah mendekat, setelah bicara sebentar dia pergi mengambil Closed bill lalu kembali lagi. Tak lama kemudian terdengar jeritan setengah mati dengan posisi mata melotot hampir melompat keluar.
"Buset!! Gua makan apa?? ini apa gak salah nulis!? " teriak Maco melihat bill di tangannya. Rm 30.000
Dutar Seno dan Rian melompat dari tempat duduknya, mendengar teriakan Maco yang menggelegar di seisi ruangan.
Bahkan tetangga sebelah meja ikut melompat malah ada yang tersedak makanannya hingga terbatuk-batuk. Semua orang dalam ruangan ini, kini mendongak menatap mereka menjadikan tontonan.
"Hei bedebah, sialan, anak setan, bajingan. Apa yang kau lakukan? Dasar norak, gak mutu, kampungan, banyak utang, miskin, gak punya otak. Kenapa kau masuk sini kalau gak punya uang? Dasar gila!"
Karna terkejut. Meletup-letup makian yang di lontarkan seorang gadis yang duduk di meja sebelah, yaitu Zalia. Sehingga menjatuhkan harga diri seorang Maco. Sedari kecil Maco yang tak pernah di ejek seperti itu, apalagi di hadapan banyak orang. Membuatnya merasa sangat terhina.
Dengan raut wajah nyalang Maco menatap gadis itu lalu berkata ; "Aku memang orang kampung, miskin, norak, terus kenapa?" ucap Maco menantang. "Yang penting aku bukan setan meninggalkan hutang di restoran ini" lanjutnya sembari merogoh kantong celana.
" Ini uangku, kalian tambahin " ucap Maco meletakkan semua uang nya di atas meja.
Rian Dutar dan Seno menggenapi uang itu hingga mencapai Rm 30.000 lalu memberikannya pada manajer Syahril tanpa meminta penjelasan.
"Sekali lagi jangan masuk ke restoran ini ya anak setan!?" ucap Zalia masih kesal.
Dutar Seno dan Maco yang mendengarnya jadi nyalang, bahkan sekarang wajah Rian ikut merah padam mendengar makian Zalia.
"Berhentilah bicara Nona, kami sudah membayarnya dan akan segera pergi dari sini" ucap Rian.
"Memangnya kenapa kalau dia tidak mau berhenti bicara?" ucap seorang pemuda berdiri dari tempat duduknya yang tak lain bernama Leo.
"Maka aku akan menutup mulutnya" ucap Dutar maju selangkah.
"Brak"
Leo menepuk meja lalu berjalan mendekati Dutar. "Berani kau melakukannya?" ucap Leo sembari menarik kerah baju Dutar.
"Kenapa Tidak?" balas Dutar menepis tangan Leo dari lehernya.
Keadaan menjadi panas. Orang-orang dalam ruangan semakin mengarahkan pandangannya kearah 2 pemuda yang bertengkar. Bahkan Libra dan Argi datang mendekat. Begitupun Rian. Dia semakin merapatkan tubuhnya kearah Dutar.
"Pergilah, sebelum kesabaran ku menghilang" ucap Libra yang berdiri kokoh di samping Leo, sedangkan Argi hanya menatap dengan matanya yang tajam.
Dutar hanya diam tak berkata. Dia merasakan ada aura yang kuat dari 2 pemuda yang baru datang ke hadapannya.
"Kami memang akan pergi. Jadi jangan menghalang jalan sebelum pikiran menguasai hatiku." Rian tiba-tiba bicara dengan intonasi suara seperti yang pernah di lakukan Nek Timah 10 tahun yang lalu. Di mana saat itu Nek Timah marah kemudian membunuh ratusan burung yang terbang jauh di atas nya.
Sontak Dutar Seno dan Maco menoleh ke asal suara itu, lalu menatap ngeri kepada Rian teringat kejadian dulu. 'Apa dia akan membunuh orang-orang di sini?' batin mereka.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐
nah.... jadi nih.... tawuran
2022-12-25
0
༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐
penggunaan macam apa coba...
ayo berantem... berantem....
2022-12-25
0
༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐
Hahahaha 🤣
Makan enak bayarnya juga enak 🤣🤣
2022-12-25
0