Empat faktor

Setelah di antar Pian dengan motor butut ke desa Titi lama dengan memakan waktu lebih dari setengah jam dari desa Pasir. Akhirnya nek Timah sudah sampai di rumahnya beberapa menit yang lalu. Sekarang dia tertidur lelap di pembaringan ditunggui suaminya yang terlihat sabar, yaitu kek Rahman. Sedangkan Pian sendiri langsung berpamitan pada ayahnya setelah meletakkan rantang di atas meja yang tadinya di bawa ibunya untuk membawa makanan kerumahnya. Dia pulang dengan tenang setelah melihat ibunya nyaman di dekat suaminya, yaitu ayah Pian sendiri. Mungkin sudah lumrah bagi manusia setiap insan akan lebih nyaman pada pasangan tulang rusuknya sendiri. Jadi para reader harus akur dengan pasangan, biar nyaman. Oke?

Sebenarnya kalau nek Timah tidak memindahkan tiga mahluk halus yang jadi pengikutnya pada cucunya yang malang itu. Dia tidak membutuhkan pertolongan orang lain jika hanya sekedar untuk melindungi diri dari bahaya, mengangkat benda yang berat, atau bepergian kemanapun yang dia mau. Dia cukup memerintah tiga mahluk gaib suruhannya untuk memenuhi kepentingan dan keinginannya. Contohnya saat dia ingin pergi kedesa pasir seperti sebelumnya. Nek Timah hanya membutuhkan beberapa saat untuk sampai kesana dengan selamat. Dengan cara menunggangi harimau jin suruhannya yang mampu berlari lebih cepat dari motornya Rosi.

Setelah bersabar sekian lama kek Rahman menunggui istrinya yang terbaring, akhirnya nek Timah terbangun juga dari tidurnya. Seulas senyum kek Rahman ukirkan dari bibir tua yang sudah menghitam seraya menatap teduh wajah istrinya yang telah keriput termakan usia. Begitupun mereka masih bisa di katakan mesra kan Bro? mengingat umur mereka yang sudah senja. Harusnya mereka bisa jadi contoh bagi orang lain maupun para pembaca.

"Kenapa kau memberikan ilmu Hitam itu kepada cucumu? " ucap kek Rahman setelah memastikan mata nek Timah terbuka lebar.

"Aku mau dia terlindungi. Aku tidak rela orang terus menindasnya merendahkan lalu menyakitinya" balas nek Timah seraya berusaha mengangkat tubuhnya untuk duduk.

"Hehe, kau benar Nek tua!?" kata kek Rahman lembut seraya membantu nek Timah untuk duduk dengan benar. "Tapi caramu itu salah. Apa kau yakin saat Rian sudah besar nanti, dia tidak akan salah langkah menggunakan kemampuan yang di miliki? Sebenarnya kekuatan yang dia perlukan adalah Iman. Sisi terlemah pada dirinya terletak di hatinya sendiri. Kalau kau tidak percaya, andai suatu hari kita masih hidup saat masa itu datang. Maka kau akan melihatnya."

Kata-kata itu berhasil membuat nek Timah untuk berpikir lebih jauh kedepan. Dia menatap lekat suaminya, tau ada makna tersirat dalam ucapannya. Suaminya memiliki ilmu yang jauh berbeda dengannya, selain ahli beladiri, mengobati orang dengan do'a nya. Dia seperti mengerti sesuatu yang akan terjadi.

"Kalau begitu kau buatlah sesuatu untuk menangkal nya. Agar dia bisa hidup dengan baik dan tidak terjerumus kelembah sesat di masa depan"

"Huh, tidak ada manusia yang bisa merubah takdir. Nenek tua? Manusia hanya bisa merubah nasib dengan kemauannya sendiri"

"Oh, kalau begitu ajari dia sesuatu yang membuatnya tetap yakin. Dan terus mengingat pada Tuhan nya"

"Nah! itu baru benar... ."

Keesokan harinya tengah hari di sekolah SD desa Pasir. Rian masih duduk anteng di bangkunya ketika semua murid sudah pergi meninggalkan kelas untuk pulang kerumah mereka masing-masing. 'Apa yang terjadi, kenapa hari ini tidak ada satupun dari mereka yang menggangu ku?' batin Rian penasaran.

Sebenarnya kejadian semalam saat nek Timah mengancam orang-orang dengan menunjukkan kemampuan anehnya dalam membunuh, membuat mereka takut untuk berurusan lagi dengan keluarga Pian dalam hal pertikaian. Mereka takut akan mati sia-sia seperti ratusan burung yang mati mendadak dengan mulut menganga berbuih kehitaman. Sesungguhnya kejadian itu cepat terkabar merebak ke seluruh seantero penduduk desa, dari mulut ke mulut hingga tak sengaja terdengar ketelinga setiap anak kecil di seantero itu.

Dan sejak kejadian semalam Rian merasakan ada yang aneh pada tubuhnya. Setelah bangun dari tertidur entah kenapa dia merasa lebih segar, percaya diri, sehat kuat berani. Dan perasaan takut yang selama ini bersemayam di hatinya karena seringnya di bully, menguap hilang sirna begitu saja. Kenapa aku merasa sangat cool dan keren? Hehehe.

Rian menarik buku dari dalam tas, lalu meraih pena yang tergantung di kantong bajunya. Kemudian dia menuliskan beberapa kalimat di tengah-tengah lembaran buku itu.

"Untuk bertahan hidup di masa depan, seorang lelaki harus menguasai empat faktor:

1 Kekuatan jasmani

2 Uang dan Harta

3 Pengaruh

4 Kekuasaan penuh

Dengan begitu aku akan menjadi orang yang mendapatkan semua kebahagiaan dalam dunia ini"

Rian memandangi tulisan yang sudah dibuatnya sendiri dengan seksama. Setelah puas memandangnya, diapun menutup buku itu. Lalu menulis lagi sebuah nama samaran di bawah nama aslinya pada sampul buku itu. Setelah selesai, dia kembali memasukkan buku itu kedalam Tas. Lalu beranjak berdiri seraya menyangkutkan tasnya di bahu sembari melangkah pergi meninggalkan tempat itu.

* * *

Sepuluh tahun kemudian

Bersambung

Terpopuler

Comments

Senajudifa

Senajudifa

lanjut

2022-12-16

0

Samosier Toba

Samosier Toba

sepertinya akan seru

2022-12-13

0

༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐

༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐

Pesan moralnya bagus 👍

2022-12-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!