Berbulu

Playback

"Yah... . Apa gak sebaiknya mereka di antarkan dulu hingga ke perbatasan desa? Takutnya mereka di tunggu anak-anak sini di sana" cicit Nania pada pak Haji Karsa mengingat anak muda sini dari tadi berkeliling di depan rumahnya.

"Hmm...? Dasar anak-anak ini" pak Haji Karsa mendengus kesal.

* * *

Sementara itu di tempat lain.

"Woi, cepat sembunyi dulu. Tunggu mereka sampai mendekat, baru kita keluar" teriak orang di kegelapan.

Sigap seperti Tentara, orang-orang itu bergegas mencari tempat persembunyian. Ada yang sembunyi di balik pohon Sawit persis maling ayam. Ada yang tiarap dalam parit seperti buaya. Ada juga yang manjat seperti monyet. Intinya, mereka benar-benar siaga untuk menyergap targetnya hingga mendekat agar tak terlepas. Penantian panjang mereka tak ingin di sia-sia kan begitu saja, mengingat banyaknya penderitaan yang mereka alami di kegelapan. Banyak mahluk-mahluk kecil terbang hinggap menggigit, belum lagi yang diam-diam merayap tapi menggigit juga. Kurang apa coba menderitanya, mau lepas? O tidak bisa!

Sementara itu di sudut lain, Dutar Seno dan Maco keningnya agak berkerut kaget melihat ke depan. Pasalnya melalui sorot cahaya lampu motor, mereka bisa melihat batang pohon besar melintang di tengah jalan. Kapan-kapan pula batang pohon itu ada di tengah sana? Seingat mereka, tidak ada batang pohon saat tadi mereka melewatinya.

Tiga pemuda itu mulai curiga, dan Maco pun berbisik pada teman-teman nya "Ada orang yang meletakkan balok di tengah jalan. Kita harus berhati-hati, ini pasti perbuatan anak muda sini"

Rian yang duduk di boncengan belakang Maco, segera mendongak melihat ke depan. Sudut bibirnya terangkat ke atas tersenyum seraya berkata "Kita hajar saja mereka sampai mampuss, biar kapok. Dari dulu asal kita datang selalu nyerang diam-diam, lempar batu sembunyi tangan. Sekarang gak akan ku kasi ampun" ucap Rian semangat 45.

Dia selalu yang paling depan dalam setiap pertarungan. Beda ceritanya kalau urusan cewek, pasti ketinggalan satu tiang, kaku dan melempem.

Ketiga motor itu sekarang berhenti berjejer, persis di sebelah batang kayu besar yang melintang di tengah jalan. Perlahan bermunculan bayang manusia turun dari atas pohon, dari balik pohon, dan juga dari dalam parit.

Mendadak mata Dutar Seno dan Maco terbuka lebar, begitu pun dengan Rian yang jadi sedikit ciut nyalinya. Mereka tidak menyangka orang nya sebanyak itu. Siapa yang tidak takut coba? berhadapan dengan orang satu kampung. Ya pasti ciut lah!.

"Bagaimana ini Bro, orang nya banyak sekali. Bisa mati katak kita di sini" bisik Maco.

"Apa sebaiknya kita kembali saja kerumahnya pak Haji Karsa, ya?" balas Dutar berbisik. Hahaha, teryata anak-anak muda ini punya rasa takut juga. Wajarlah, namanya juga manusia. Yakan Bro?

Rian sendiri Speechless teringat dengan ucapan sompor yang tadi di ucapkan nya. Tapi mau bagaimana lagi? Sudah terlanjur terucap, tidak bisa di tarik lagi. Mau tidak mau harus menghadapinya secara ksatria. Lagi pula mereka sudah terkepung oleh blokade barisan lawan. Dengan gagah berani bercampur ragu akhirnya dia turun dari atas motor. Ingatan tubuhnya yang tak bisa terluka membuat dirinya terus menyemangati hatinya untuk bersikap ksatria. Mau takut apa? Mati, tanam. Itulah kalimat yang di sematkan dalam hatinya.

"Woi, turun kalian semua dari atas motor. Jangan bersuara, angkat tangan ke atas. Eh bukan ding, jongkok di tanah. Jangan melawan kalau tidak mau mati ku cucuk" ancam seorang pemuda tinggi berbadan ceking sambil memegang sendok garpu di tangannya. Dia adalah pemuda nomor 5 yang ngomongnya selalu salah-salah dari Sononya.

Pemuda nomor 1 melotot geli dengan mulut menganga, mendengar kawannya yang ada Slek di otaknya itu bicara. Padahal dia sudah overdosis tingkat tinggi emosinya. Eh sialnya, temannya itu membuat kadar emosi di kepalanya turun drastis akibat ulahnya.

"Bro... Kau itu gak usah ikut ngomong, mending diam aja daripada ngeselin" seru anak muda nomor 6 yang memiliki tubuh pendek berbadan kasar.

"Loh kok diam? Capek-capek nunggu, sampek di rubung semut dan nyamuk malah kau suruh diam?" 5

"Ah brengsek, kalian banyak bacot"

"Bagh"

"Bugh"

"Bagh"

Seno yang sedari tadi diam tiba-tiba melompat menyerang secara mendadak, menyebabkan mulainya pertarungan hebat. Tiga orang yang sudah di pukul olehnya jatuh terlentang, dengan mulut dan hidung yang sudah berdarah.

Sedangkan Rian Maco dan Dutar yang tadinya sempat kaget atas tindakan cepat, berani dan brutal oleh Seno. Segera cepat tersadar dari Speechless ketika mendengar suara teriakan yang menggema dari pihak lawan.

"Sera__________ng"

"Whush"

"Bagh"

"Bugh"

"Bagh"

Terjadi perkelahian seperti di film-film laga Jet li ataupun Zeky chan tempo dulu yang sangat di minati anak muda. Tapi di sini Rian Dutar Seno dan Maco tidak akan bisa menang seperti di film-film itu. Ya bayangkan saja empat orang harus melawan hampir ratusan orang dengan kekuatan normal. Mau menang? Mimpi! bisa bertahan hidup aja syukur.

Tidak sedikit yang terluka dari pihak lawan akibat tendangan dan pukulan empat pemuda ini. Tapi mereka sendiri sudah hampir sekarat di gebukin pihak lawan yang jumlahnya banyak. Hanya Rian saja yang tenaganya masih stabil, karena di bantu kekuatan tiga mahluk gaib yang bersarang di tubuhnya. Sedangkan Seno Dutar dan Maco tubuhnya sudah berdarah-darah dan kelelahan.

Bukan mereka saja. Bahkan tiga motor yang tidak bersalah anteng di parkiran badan jalan, ikut kena Imbasnya. Kini tiga motor itu sudah remuk, di hantam massa yang datang tak kira-kira.

Rian yang melihat tiga temannya sudah lelah dan terluka, terpaksa mendekati mereka untuk melindunginya. Dia berjuang mati-matian agar tak ada satupun lagi pukulan yang dapat mengenai tubuh tiga temannya itu. "Kalian jangan jauh-jauh dariku" seru Rian pada Dutar maco dan Seno yang langsung mengangguk tanda mereka mengerti.

"HaHaHa... . Rasakan kalian. Bakar motor nya, hajar terus mereka sampai mampus" Teriak seseorang yang sepertinya puas melihat tiga motor sudah remuk, tiga orang musuhnya sudah kelelahan dan berdarah.

Di saat Batalion cemen yang beraninya main keroyokan mulai merasakan puas dan senang, di samping Rian yang terus melindungi temannya yang mulai putus asa.

Tiba-tiba udara sekitar berubah menjadi dingin, di ikuti suasana yang begitu mencekam. Terdapat kilatan cahaya di atas langit sebelum munculnya sosok mahluk tinggi besar yang menjulang ke angkasa, mengakibatkan tanah sekitar bergetar karena kehadirannya.

Mahluk itu hitam legam, berbulu, memiliki taring panjang di kedua sisi mulut nya. matanya merah menyala, seraya mengeluarkan suara tawa yang menggelegar. Dia duduk berjongkok mengapit orang-orang di bawah dengan kedua kakinya. Kemudian dia menurunkan kedua tangannya yang besar ke atas tanah, menghalangi siapa pun yang ingin lari. Kuku-kuku tajam di jari nya menguit tubuh setiap orang yang masih berdiri hingga terjatuh, seakan memaksa mereka untuk patuh di bawah kungkungan nya.

Hanya Rian saja yang tak di ganggu mahluk itu. Hingga sampai detik ini dia masih tetap berdiri di antara yang lainnya. Begitupun tubuh Rian tetap saja gemetaran, seraya mengangkat tangannya untuk berdoa dan melafazkan ayat-ayat yang pernah di hafalnya.

Kali ini sudah tidak ada lagi yang namanya permusuhan, perkelahian di bawah sana. Yang ada mereka sama-sama berdoa dan melafalkan ayat-ayat suci Al-Quran sebisa mereka.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Samosier Toba

Samosier Toba

modar cocotmu😁😁😁

2022-12-14

0

Samosier Toba

Samosier Toba

kamu benar 🤣🤣

2022-12-14

0

Samosier Toba

Samosier Toba

badannya gemulai gak thor?

2022-12-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!