Cumbu cumbu gitu

Setelah bersiap sebentar mandi dan menukar pakaian akhirnya Riani ikut pergi ke Titi panjang yang terletak di kota Tanjung Balai. Dia berboncengan dengan Seno, sedangkan Rian bersama Nania dengan menggunakan motornya.

Sementara Najwa dan Akira berboncengan dengan Dutar dan Maco, meninggalkan motor yang mereka bawa di rumah sederhana milik keluarga Rian.

Sebenarnya Rian tidak ingin ikut pergi jalan-jalan ke Titi panjang. Dia berencana akan pergi ke desa Titi lama untuk menemui neneknya prihal tiga Jin yang sekarang bersemayam di tubuhnya.

Oleh karena tiga sahabatnya yang terus saja memaksanya, terpaksa dia mengikuti mereka untuk ikut pergi bersama. Tiga sahabatnya itu telah berjanji padanya, akan mengantarnya ke desa Titi lama untuk menemui neneknya malam nanti.

Sepanjang perjalanan menuju Titi panjang di kota Tanjung Balai. Rian lebih banyak diam daripada bicaranya, dia merasa canggung dan malu pada Nania. Maklum, baru kali ini dia berboncengan dengan mahluk yang bernama wanita.

Apalagi wanita yang bersamanya termasuk wanita yang memiliki predikat gadis yang cukup cantik di matanya, jadi bawaan jantungnya dek-dekan men? Begitupun dia masih sadar diri.

Sebagai seorang pemuda yang berasal dari golongan rendah yang tidak memiliki harta dan benda menyebabkan dia tidak berani bermain hati dengan Nania. Dia membentengi hatinya agar tidak memiliki perasaan lebih jauh pada Nania, selain dari persahabatan.

Setelah menempuh waktu kurang lebih satu jam akhirnya mereka tiba di kota Tanjung Balai, dan beberapa menit setelah itu mereka sampai di Titi panjang.

Dutar Seno dan Maco di ikuti Rian menghentikan motor nya di depan warung pinggir jalan di tepi sungai, dekat dengan jembatan. Mereka istirahat sebentar di tempat itu untuk melepas dahaga setelah sedikit lelah menempuh perjalanan.

Mereka mencari posisi tempat paling ujung untuk duduk, dari situ mereka bisa menikmati indahnya panorama sore di tepi sungai yang mengalir dengan tenang, sambil melihat keramaian orang-orang yang sibuk entah ngapain di atas jembatan. Anjirr, aku bingung nulis apa.

Sebenarnya tidak ada yang sepesial di tempat itu selain jembatan panjang yang melintasi tiga pulau kecil di bawahnya, dan sampan-sampan kecil para nelayan yang lalu lalang.

Meskipun begitu banyak sekali pedagang yang menjual makanan dan aksesoris di atas jembatan. Mungkin masih kekurangan tempat wisata Bro, jadi tempat seperti itu sudah ramai di datangin orang di negeri konoha.

Apalagi hari minggu, bejibun anak muda yang datang ke tempat itu berpasang-pasangan. Ada yang kongkow bersama teman-temannya. Ada yang datang sekedar untuk memancing ikan bersama keluarganya. Ada juga yang mengambil kesempatan untuk memalak orang dari luar daerah, seperti yang sekarang di lihat Rian dan teman-temannya.

Yang lebih parah lagi. Ada juga pasangan yang tak tau malu menggunakan kesempatan hari itu untuk bermesraan di sana. Lebih tepatnya mereka lagi mesra-mesra an di bawah jembatan, cumbu-cumbu gitu. Dasar gak punya otak. Mungkin pasangan selingkuh atau pasangan yang lagi kepepet, gak sempat tadi malamnya. Barangkali ya?

Setelah selesai makan minum beristirahat sebentar di dalam warung. Nania, Najwa, Akira dan Riani berjalan kaki menuju atas jembatan. Sedangkan Rian, Dutar, Seno dan Maco lebih dulu sampai di atas jembatan dengan menaiki motor. Mereka memarkirkan motornya di trotoar atas jembatan di antara motor-motor yang lebih dulu terparkir di sana.

"Mereka cantik-cantik ya?" ucap Seno sembari matanya menatap Nania, Najwa, Akira dan Riani yang tengah melihat-lihat dagangan aksesoris di sepanjang jalan menuju jembatan.

Empat gadis itu memang sama cantik dan sama pula tinggi badannya. Mereka jadi pusat perhatian setiap anak muda yang mereka lewati. Bahkan sudah beberapa kali anak-anak muda di sepanjang jalan menuju jembatan ingin memikat mereka, tapi mereka tidak melayan selain memberikan senyum sintalnya.

Sambil duduk di atas motor yang sudah terparkir Rian, Dutar, Seno dan Maco terus mengawasi Nania, Riani dan Najwa. Siapa tau ada laki-laki kurang ajar yang kelewatan berani bertindak lebih mengganggu mereka. Dan benar saja. Terlihat segerombolan anak muda tengah menghadang jalan mereka.

"Bro, ada yang gangguin adikmu dan cewek-cewek milik kita. Ayo kita datangin" ucap Seno kepada Rian sembari menaikan cagak motornya,menghidupkan mesinnya kemudian pergi.

"Ia, ayo kita datangin" ucap Maco dan Dutar dengan semangat yang membara dalam dadanya, lalu cabut pergi mengikuti Seno.

Sementara Rian masih duduk di atas motor menatap sekumpulan anak muda yang cari mati, karena berani mengganggu adik dan teman-temannya. 'Sepertinya siang ini akan berkelahi lagi' gumam Rian seraya menyalakan motor lalu pergi mengikuti tiga sahabatnya.

Mau tak mau Rian terpaksa mengikuti tiga sahabatnya itu yang sudah lebih dulu meluncur bak superhero di film, kemudian dia menghentikan motornya di samping motor tiga sahabatnya yang sudah terlibat percakapan sedikit memanas dengan beberapa orang dari kumpulan anak muda di depannya.

"Mereka memang bukan pacar kami, tapi mereka teman-teman kami. Bahkan mereka datang bersama kami" ucap Maco tegas membalas kata-kata sekumpulan anak muda yang tadi telah bertanya apakah empat gadis itu pacar mereka. sementara Nania, Najwa dan Akira menjadi cemas. Bahkan Riani agak gemetaran melihat situasi yang sudah tidak damai lagi.

Sekumpulan anak muda itu tidak puas hati pada empat pemuda di hadapannya. Mereka merasa lebih banyak sehingga memandang remeh empat pemuda yang coba menghalangi kemauannya. Lagi pula mereka ini anak-anak orang kaya yang selalu mendapatkan semua keinginan nya di kota ini.

Sudah menjadi realita dalam hidup ini, siapa yang lebih banyak memiliki kekuatan pasti mereka akan merasa lebih kuat dari yang lainnya. Bahkan di jaman sekarang koalisi sangat di perlukan meskipun mereka sudah lebih kuat dari pesaingnya.

"Tinggal kan gadis-gadis ini. Kami bisa mengantar mereka pulang ke rumahnya. Dan kalian... . Pergi dari sini, sekarang juga" ucap salah satu dari kumpulan anak muda yang menghadang. Dia terlihat yang paling angkuh, juga paling keren di antara teman-temannya. Sepertinya dia pimpinan dari sekumpulan anak muda brengsek itu.

Sementara Dutar, Seno dan Maco hanya tersenyum sinis mendengarnya. Ucapan orang itu terdengar seperti perintah dan ancaman, tapi mereka sama sekali tak tergerus mundur sedikitpun.

"Berkelahi? Kami sudah biasa. Kalian hanya belasan orang saja. Bahkan tadi malam kami tidak lari melawan orang-orang yang jauh lebih banyak dari kalian" empat sekawanan itu bermonolog dalam hatinya. Melawan belasan orang tidak akan sulit di banding melawan orang-orang yang jumlahnya hampir mendekati ratusan.

"Bagaimana jika kami tidak mau pergi?" ucap Rian yang mendadak otaknya tension tingkat tinggi akibat ucapan pemuda di hadapannya.

bersambung

Terpopuler

Comments

Heri Anto

Heri Anto

embat jangan kasi ampun

2022-12-16

0

Samosier Toba

Samosier Toba

Teruskan 💪💪

2022-12-15

0

Samosier Toba

Samosier Toba

pukol 🤨🧐

2022-12-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!