Malam itu penduduk desa Peri menjadi gempar perihal terjadinya pingsan masa yang terjadi di tengah jalan perbatasan desa Peri. Masing-masing ahli keluarga mereka mulai bertanya pada para korban yang mulai tersadar dari pingsannya. Hanya Rian saja yang masih terkulai tak berdaya di atas sofa panjang dalam rumah pak Haji Karsa.
"Apa yang terjadi pada kalian? Sepertinya kalian berkelahi, tapi kenapa kalian bisa pingsan semua?" ucap pak Haji Karsa.
Saat itu itu ada bu Hajah Romlah, istri pak Haji Karsa, Nania. Bahkan Najwa dan Akira kembali datang ke rumah Nania bersama orang tuanya. Mereka kepo ingin tau, apa sebenarnya yang telah terjadi.
"Kami melihat Hantu, Pak" ucap Dutar yang langsung di benarkah oleh Maco dan Seno. Kemudian dia menceritakan semua kronologi, mulai dari awal berkelahi sampai di datangin dua mahluk besar yang gak mempan di doai.
"Hantu?"
"Ia, Pak. Sepertinya mahluk itu Genderuwo yang bertubuh sangat besar dan Harimau yang juga sangat besar" jelas Dutar seraya bergidik.
"Itu pasti Jin. Tapi baru kali ini terdengar ada penampakan di tempat itu, karena tempat itu bukan tempat angker" ucap pak Haji Karsa. "Aneh, kenapa teman mu ini tidak sadar juga?" lanjut pak Haji Karsa melihat Rian yang masih anteng di atas sofa.
"Mungkin dia terkejut batin, Pak!" cicit Maco seraya menggoyang tubuh Rian yang masih terpejam.
"Terus kita bagaimana ini? Si Rian gak sadar-sadar. Mau pulang takut Hantu. Sementara, malam makin larut. Motor kita udah rusak. Sekarang kita mau ngapain?" ucap Seno bingung menatap dua temannya.
"Untuk malam ini kalian bermalam saja di rumah bapak, lagipula teman kalian belum sadar. Besok akan bapak antar kalian pulang, selepas mengurus motor kalian yang di rusak pemuda sini" Ucap pak Haji Karsa selaku orang yang harus bertanggung jawab karena dia seorang kepala desa di desa Peri, jadi harus menyelesaikan permasalahan yang di lakukan penduduk desanya.
Keesokan harinya. Dutar Seno dan Maco tampak menunggu Rian dalam kamarnya. Sore itu mereka datang menjenguk Rian yang belum juga sadar dari pingsannya. Ayahnya yang kebingungan sudah pergi ke desa Titi lama untuk menjumpai Neneknya, tapi saat itu kakeknya mengatakan kalau Rian baik-baik saja. Mungkin kek Rahman sudah mengetahui apa yang sedang terjadi padanya. Jadi dia menyuruh ayah Rian agar segera pulang saja, dan mengatakan tidak perlu mencemaskan nya.
" Oalah Bro Bro, kau ini kenapa si Bro? Kok gak bangun-bangun, Padahal kita sudah sadar sejak tadi malam. Kau mimpi enak apa gimana si di sana? " keluh Seno yang cemas melihat temannya.
Siang tadi, sekitar pukul 11. Pak Haji Karsa mengantar Rian Seno Dutar dan Maco kerumahnya, setelah menyelesaikan masalah perkelahian yang mengakibatkan kerusakan tiga motor. Akhirnya anak-anak muda penduduk desa Peri terpaksa mengganti motor yang sudah remuk itu dengan yang baru.
"Di minum Bang, makan juga kuenya. Maaf ya bang, Riani tinggal dulu. Mau bantu ayah dan ibu di kebun"
"O, ia ia. Terimakasih yah, Riani!?. Ya sudah, sana bantu dulu ayah dan ibumu. Biar kami yang jaga abang mu di sini" ucap Maco pada Riani yang nyelonong masuk kedalam kamar seraya memegang nampan di tangannya.
Empat orang yang menjadi sahabat itu sudah sangat akrab pada keluarga masing-masing, jadi mereka sudah tidak ada sungkan-sungkannya lagi ketika bertamu.
"Co, kau bawa gendol gak?"
"Bawa. Memang kenapa?"
"Sini, mau ku pakai. Biar ayem nungguin Rian yang tentram dalam tidurnya. Siapa tau dia langsung tersadar mencium baunya"
"Ah, gila Kau"
"Udah, gak papa. Mumpung yang punya rumah gak ada"
"La itu"
"Dia gak usah di hitung. Lagian dia sedang pingsan. Aku berusaha menyadarkan nya lewat asap rokok ini"
"Dasar gemblong"
Dutar meracik daun terlarang yang di mintanya dari Maco. Dia membuat gulungan sedikit agak besar untuk tiga batang rokok. Kemudian membagikan pada Seno dan Maco dan satu untuk dirinya sendiri.
"Pehh, mantap" ucap Dutar seraya menghembuskan asap rokok yang menggumpal pekat ke udara. Tiga pemuda itu kini sama-sama memakainya di dalam kamar Rian. Sementara Rian sendiri masih terbaring anteng di atas tempat tidurnya.
"Meong. Meong"
"Eh, kucing ini kok gak mau keluar si? Mabuk mampus lo" tukas Dutar pada kucing anggora dalam kamar Rian.
"Mungkin dia pingin ilusi itu Bro! coba tes tiup ke hidungnya" ucap Seno sambil terkekeh.
"Eh, benar juga. Kucing bisa mabok gak ya? Ku tes ya Woi? cicit Dutar yang malah jadi penasaran gara-gara ucapan Seno. Dia menangkap kucing itu lalu meniup-niup hidungnya dengan asap marijuana.
" Ia, ia. Coba tes" kata Maco mendukung. Dia malah semangat melihat reaksi kucing yang di asep in oleh Dutar. Dan berselang beberapa waktu kemudian, mereka bertiga tertawa terkekeh-kekeh efek dari asap daun terlarang itu. Di tambah lagi mungkin merasa lucu melihat kucing itu yang mulai sengok.
"Lihat woi, kucingnya jalan geloyorin" ucap Dutar melepaskan kucing itu. Mereka tertawa sejadi-jadinya di dalam kamar Rian.
"Kalian ngapain?" kata Rian curiga melihat tiga sahabatnya tertawa kekeh seperti orang gila menatap kucing anggora milik adiknya. Dia tambah curiga ketika indra penciuman nya menangkap aroma yang dia tau itu bau apa.
"Eh, Kau sudah sadar Bro. Kucing mu mabok" ucap Dutar menoleh Rian, lalu menunjuk kucing yang berjalan tertatih mengarah keluar.
"Kalian makek di kamar ku? Terus kucing itu kenapa?
" Mungkin dia terkontaminasi Bro. Salah kucing mu sendiri, tadi sudah ku usir keluar tapi dia gak mau. Mungkin dia kesepian Bro, gak ada yang nemenin. Makanya, kalau miara kucing itu kudu sepasang. Jadi dia gak merasa Jomblo"
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Samosier Toba
lanjutkan👍
2022-12-15
0
Samosier Toba
jago ngeles juga dia 🤣
2022-12-15
0
Samosier Toba
wong gemblung 🤣
2022-12-15
0