Negeri sebrang

Rian menatap nek Timah dengan wajah kebingungan. Bagaimana cara dia agar bisa mengobati 17 pemuda di hadapannya? Walaupun semua itu memang terjadi karena dirinya, tapi bukan dialah pelaku utamanya.

Bibir nek Timah sedikit tersenyum, seakan mengerti yang ada dalam pikiran Rian. Kembali tangannya menepuk bahu Rian sembari berkata setengah berbisik kepadanya.

"Kau bisa langsung menyembuhkan mereka. Sekarang angkat tangan kiri mu kemudian kembangkan jarinya. Maka sihir yang di lepaskan Mayang pada mereka akan di serap kembali olehmu"

"Bagaimana mungkin itu bisa terjadi, Nek?"

"Lakukan saja, nanti Nenek akan jelaskan pada mu"

Rian mengikuti apa yang di katakan neneknya. Dia mengangkat tangan kiri setinggi dada lalu membuka jarinya lebar-lebar. Beberapa saat kemudian dia agak terkejut merasakan sesuatu di tangannya yang berdenyut menyerap cahaya biru samar yang datang dari 17 pemuda di hadapannya. Tapi hanya bisa di lihat olehnya juga kakek dan nenek nya.

Dan pada saat yang sama tubuh 17 pemuda di hadapannya bergetar menahan kesakitan merasakan ada sesuatu yang keluar dari tubuhnya. Namun rasa sakit itu perlahan menghilang seiring tubuhnya yang sudah bisa bergerak bebas, berfungsi normal lagi.

Setelah menyadari dirinya telah sembuh. 17 pemuda itu sangat berterima kasih pada Rian, bahkan orang tua mereka sembah sukur atas kesembuhan mereka. Para orang tua 17 pemuda itu yang notabene golongan orang kaya, masing-masing ingin memberikan hadiah sebagai ungkapan terimakasih nya kepada Rian.

Melihat Rian yang masih muda. Seseorang di antara mereka ingin memberikan sebuah mobil untuknya. Dia beranggapan anak muda seusianya pasti akan senang di hadiahi sebuah mobil. Tentu saja Rian sangat senang. Tapi sayangnya kek Rahman menghalangi nya.

Setelah semua tamu pergi meninggalkan rumah. Kek Rahman dan nek Timah memberikan penyuluhan pada Rian. Mereka menjelaskan semua kemampuan yang sekarang di miliki nya.

Intinya dia tidak boleh jumawa maupun sesumbar, karena adanya tiga Jin di dalam tubuhnya. Bahkan nek Timah meminta Rian agar berjanji untuk tidak melakukan kejahatan dengan menggunakan mereka.

Kek Rahman sendiri memberikan nasihat baik kepada Rian. Berpesan agar sentiasa ingat kepada Tuhan dan semua pelajaran Agama yang telah di ajarnya.

'Ingatlah, jika suatu hari kau sudah tersalah langkah dan tersesat. Lengah oleh pikiranmu sendiri, hingga menjadi lemah karena tindakan Mu itu. Maka kembalilah pada Tuhan Mu. Dia yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang'

* * *

Satu bulan sudah, Rian berada di negeri sebrang. Cerita dari orang-orang tentang kemakmuran negeri itu membuatnya tertarik untuk pergi ke sana. Akhirnya dia dan tiga sahabatnya memutuskan untuk pergi merantau, dan sekarang bekerja sebagai buruh bangunan di daerah yang paling makmur negara itu.

Selama satu bulan tinggal di perantauan, mereka mulai terbiasa hidup mandiri. Mencuci pakaian sendiri, bahkan mereka sudah pandai memasak.

Empat pemuda itu tinggal dalam satu kabin yang menjadi sarana tempat tinggal bagi para pekerja. Terdapat ratusan orang dari berbagai negara yang bekerja di tempat itu. Sebuah konstruksi bangunan yang akan di jadikan hotel berbintang, bertingkat 20. Hari ini akhir bulan, di mana setiap pekerja akan mendapatkan gajinya.

Saat ini wajah Rian terlihat sangat senang, karena sore nanti mereka akan gajian. Tapi Dutar, Seno dan Maco masih biasa saja, tidak menunjukkan apa-apa di wajahnya. Wajar saja mereka bertiga masih tenang. Setiap orang tuanya menukarkan uang senilai 35 juta rupiah ke mata uang negara ini hanya untuk uang saku. Siapa yang tidak tenang?

bersambung

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***