Antah berantah

Sebagai seorang anak laki satu-satunya, Dutar Seno dan Maco sangat di sayangi orang tuanya. Walaupun mereka selalu menjadi penghabis uang dan harta bagi ayah ibunya, tapi tetap saja mereka jadi anak kesayangan. Kalau saja Rian tidak melarang, mungkin orang tua mereka akan memindahkan semua barang anak kesayangan nya itu ke negeri ini sebagai bekal mereka.

Sebenarnya orang tua Dutar Seno dan Maco keberatan melepas mereka untuk pergi merantau keluar negeri. Tapi karena anak-anak pembangkang itu begitu kukuh ingin mengikut Rian, terpaksa mereka harus mengalah. Mereka berlinangan air mata saat melepas kepergian Dutar Seno dan Maco di pelabuhan Feri di Teluk nibung.

Saat ini Rian terlihat sumringah sembari duduk bersila sambil mengira uang gajinya. Kelihatan sekali dia begitu senang mendapatkan hasil kerjanya itu selama sebulan. Dua ribu empat ratus Ringgit dalam genggaman tangannya, setelah di potong pinjaman. Uang yang cukup banyak untuk dirinya yang secara notabene terlahir dari keluarga kelas rendah.

Dutar Seno dan Maco tersenyum geli melihat wajah temannya yang terlihat seperti orang yang paling bahagia di atas dunia, hanya karena uang segitu aja. Dia terlihat puas dengan hasil jerih payahnya, hingga menggenggam erat uangnya itu seperti takut di rampas orang lain.

"Woi! Itu duit gak usah terus di pantengin. Gak bakal ada dari kita yang akan mengambil uangmu itu" goda Maco terkikik di ikuti Dutar dan Seno.

Mereka bertiga duduk bersila di atas ubin di hadapan Rian, sembari terus melahap makanan yang tadi di masak oleh Seno.

Kabin yang mereka tempati hanya berukuran 3x6 meter. Ruang yang cukup sempit untuk memasak sekaligus tempat tidur. Bagaimana lagi, namanya juga merantau broh?

Sedangkan untuk mandi ada di luar. Di sebuah bak kolam besar berukuran 3x7 dengan tinggi 120 cm tanpa ada dinding penutup, hanya ada penutup atas sebagai pelindung dari hujan dan panas mentari. Di situ semua para pekerja mandi dan cuci baju, tidak peduli itu wanita maupun pria.

"Kami juga punya Bro. Lihat itu, malah utuh gak kena potongan" timpal Dutar sembari menunjukkan tumpukan uang di hadapannya.

Selama sebulan ini Dutar Seno dan Maco gak pernah minjam uang. Masing-masing mereka masih menggunakan uang saku pemberian orang tuanya yang berjumlah sepuluh ribu Ringgit, di berikan saat di pelabuhan Teluk nibung.

"Makan dulu Bro, sebelum semuanya habis di embat sama Maco. Gak usah risau uang mu itu gak akan hilang. Kalau gak Bro, kau ikat aja uang nya pakai karet. Lalu pasang tali, kemudian gantungkan di lehermu. Seratus persen aman, Bro"

"Hahaha" serentak Dutar Seno dan Maco terkekeh menertawai Rian yang sekarang menatap mereka dengan wajah tanpa ekspresi. Dia diam lalu berkata: "Kalian tau"

"Enggak" dengan cepat tiga pemuda itu menjawab.

"Aku belum selesai bicara, anak setan!?"

"Hahaha" Tiga pemuda gesrek itu malah tertawa lagi, hingga Dutar tersedak oleh makanan nya sendiri.

"Mampusss" Ucap Rian puas melihat Dutar terbatuk-batuk hingga mencomot gelas berisi air minum di tangan Seno. Sedangkan Seno hanya melongo bego karenanya.

"Makanya kalau makan itu jangan tertawa, goblok!?. Sekarang, rasain kan?" ucap Rian menatap Dutar.

"Sebenarnya aku sedang penasaran pada hari perayaan kemerdekaan negara ini. Aku pikir perayaan nya besok, makanya seluruh pekerja di negara ini besok di istirahatkan. Rupanya aku salah. Perayaannya akan di adakan nanti malam selepas pukul 12"

"Kau dapat info dari mana?" tanya Maco yang jadi ikut penasaran.

"Aku mendengar dari orang-orang yang sudah lama tinggal di negara ini saat mereka bicara di kantin semalam. Katanya perayaan itu akan di lakukan di Dataran merdeka setiap tahunnya. Dan acaranya biasanya akan di lakukan sangat meriah"

"Pastinya akan ada banyak pengunjung yang hadir di sana kan?" potong Maco.

"Ya pasti, lah?" balas Rian menatap Maco. "Kita kan sudah gajian. Bagaimana kalau kita pergi ke sana?"

"Wah cucok itu. Jadi dari tadi kau mikirin ongkos untuk pergi ke sana ya?" kata Dutar penuh selidik menatap Rian. "Gak usah takut men. Duit kita bertiga masih cukup untuk pergi ke sana walaupun kita belum gajian. Kalau mau tidur di hotel juga masih bisa kalau untuk kita berempat. Betul gak Co? Sen?"

"Betul" kata Seno dan Maco mengangguk cepat.

"Bagus, kalau begitu cepat selesaikan makan kalian. Kita akan telusuri kota ini dari ujung hingga ke ujung. Kalau perlu gak usah pulang, besoknya kita kan gak kerja" tukas Rian semangat.

"Kau gak mau makan dulu Bro!?" celetuk Maco.

"Enggak. Sekarang lagi banyak uang. Kalau lapar tinggal beli aja di jalan"

"Wah, kalau tau gitu tadi aku gak usah masak, Bro!?" kata Seno. Dia yang paling rajin masak di antara mereka berempat. "Tapi kita belum paham lokasi kota ini, Bro. Bagaimana kalau kita tersesat atau di hadang sama penjahat?" lanjut Seno setelah berfikir.

"Itu gampang Sen, tinggal buka gugel map sambil nanya-nanya orang yang ketemu di sepanjang jalan. Kalau masalah penjahat, itu lagi gampang. Kalau dia sampek berani macem-macem tinggal kita __"

"Gebukin" saud Dutar Seno dan Maco kompak.

"Nah, itu kalian sudah tau. Kita ini empat pemuda yang jago berantem, masa takut di jahatin sama orang" kata Rian menatap tiga sahabatnya.

"Benar yang kau bilang itu, Bro. Kita ini super hero yang datang dari desa Pasir, mana bisa mau di jahatin sama orang seenaknya. Kalaupun kita masih kewalahan juga, tinggal panggil saja tiga pembantu mu itu. Aku jamin mereka semua akan pingsan seperti kita waktu itu" kata Seno sembari terkekeh.

Seno Dutar dan Maco sudah mengetahui tentang keberadaan tiga Jin yang tersembunyi di dalam tubuh Rian. Tapi mereka juga tau kalau Rian tidak akan sembarangan memanggil tiga Jin itu. Dia sudah berjanji pada neneknya untuk tidak menggunakan tiga Jin itu maupun meminjam kekuatannya untuk melakukan kejahatan.

Setelah selesai berdiskusi dan menyiapkan semua tetekbengek yang akan mereka perlukan dalam merambah kota KL. Akhirnya empat pemuda itu melangkah meninggalkan kawasan pemukiman tempat para pekerja yang lokasinya di kelilingi pagar Seng dan kawat berduri.

Mereka terus berjalan menyongsong malam di atas trotoar hingga sampai ke Pudu Raya. Sebuah terminal bus yang cukup ramai padat dan sesak oleh kendaraan roda empat. Dan juga orang-orang yang berjubel di sana sini berjalan sesuai kepentingan nya, entah itu sekedar menikmati suasana atau keperluan lainnya.

"Tempat ini sangat ramai, ya?" Ucap Dutar yang matanya terus jelalatan menatap kagum sana sini melihat bangunan-bangunan tinggi nan megah, di hiasi lampu yang berkelip menjadikan tempat itu sangat indah dan berkelas.

"Banyak juga cewek cantik-cantik,Coy" Sahut Maco tersenyum menyeringai. Playboy kampung itu tak jemu-jemu menoleh sana sini melihat gadis-gadis cantik yang berpakaian kekurangan bahan di antara ramainya manusia di tempat itu.

"Ayo kita mampir dulu di situ" seru Rian menunjuk empat ruko bertingkat yang di jadikan satu untuk menjadi restoran yang memiliki tulisan Halal di atas nya. "Sekarang aku dah mulai lapar, Coy! Bagaimana kalau kita makan minum dulu di situ? " lanjut Rian menatap tiga sahabatnya.

"Terserah kau saja, lagi pula aku juga sudah haus. Kalau nanti menunya lebih menarik dari masakannya Seno, aku pastikan akan makan lagi. Tapi kau yang bayarin ya? Muehehe... ." kata Maco tersenyum seraya menatap wajah Rian.

"Ya jelas lebih menarik dan enak makan di situ, bodoh? Namanya pun restoran, yang sudah jelas memasaknya menggunakan Koki yang sudah belajar membuat hidangan. Tidak seperti aku yang terkesan asal asalan yang penting kenyang" sahut Seno merendahkan diri walau sebenarnya masaknya lumayan enak dan cukup di sukai tiga sahabatnya.

Keempat pemuda itu melangkah menyelinap di antara ramai nya manusia, menuju restoran yang tidak jauh di depannya. Restoran itu memiliki halaman yang lumayan luas. Berjejer kendaraan roda empat yang tersusun rapi di parkiran depan kiri, terlihat juga beberapa mobil mewah yang terparkir di tempat itu.

Begitu sampai di depan pintu Rian menghentikan langkah. Dia agak ragu untuk masuk kedalam, memikirkan berapa harga yang akan di kenakan makan di tempat itu.

"Ini gak restoran berbintang kan?" ucap Rian memiringkan kepalanya kesamping. Takut salah masuk dan akhirnya uangnya tidak cukup untuk membayar tagihan. Gak lucu kan siap makan lalu di gebukin karena gak bayar. Lagi pula dia baru kali ini masuk ke tempat seperti itu, ya jadi nya gak tau hal sepele seperti itu.

"Udah masuk aja, tadi aku cuma lihat ada bintang di atas langit sama tulisan Halal di tingkat tiga. Kalau nanti bayar nya mahal aku yakin uang kita berempat masih cukup untuk bayarnya" ucap Maco seraya mendorong tubuh Rian melewati pintu kaca masuk kedalam restoran.

Begitu melewati pintu kaca mereka berempat terkesima melihat suasana di dalam restoran itu. Tapi mereka cepat tersadar mengatasi rasa takjub di hatinya sebelum orang-orang mengatakan mereka kampungan, walaupun sebenarnya mereka memang kampungan karna datang dari desa konoha di negeri antah berantah.

"Ayo kita naik keatas" ucap Rian sembari melangkah ke arah tangga meskipun ada lift tidak jauh dari tempatnya berdiri. Dia takut salah pencet tombol lalu naik hingga ke bulan.

Setelah sampai di atas Rian kembali berkata: "Ayo kita duduk di sana" ucap Rian sembari menunjukkan tempat paling ujung dengan isyarat kepalanya. Dekat dinding kaca yang menghadap langsung keluar, memperlihatkan keramaian manusia dan indahnya bangunan-bangunan tinggi yang menjulang megah

Mereka berempat melangkah melewati orang-orang yang sedang menikmati hidangan di atas mejanya. Lalu duduk di samping sekumpulan muda-mudi yang sedang bercengkrama antara sesamanya.

"Wuih, ceweknya cantik-cantik Coy" ucap Maco berbisik seraya melirik gadis-gadis yang duduk manis bersama sembilan orang pemuda di sebelahnya.

"Matamu itu di tahan, Co. Apa kau gak lihat mereka bersama pacar-pacar nya?" balas Dutar berbisik.

bersambung

Terpopuler

Comments

Heri Anto

Heri Anto

enak dong mandi bareng 😁😁

2022-12-23

0

Heri Anto

Heri Anto

jadi TKI 😀😆😀

2022-12-23

0

Samosier Toba

Samosier Toba

Dasar wong kampung 😁😁

2022-12-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!